12 April, Jumat: Masa Lalu dan Masa Depan

1.1K 150 70
                                    

Ternyata, berpacaran diam-diam dengan seseorang sama serunya dengan pertandingan Quidditch. Mengejar bola snitch yang melaju cepat, menghindari bola Bludger yang menyerang tanpa ampun, menukik tajam dengan sapu terbangmu, semua itu sama serunya seperti bertukar pandang dengannya di seberang lorong, atau tersenyum ke arahnya di saat siapapun tidak memperhatikan mereka, atau bertemu diam-diam di tempat persembunyian mereka.

Benar-benar membuat darah berdesir dengan kencang.

"Well, kita sudah pasti tidak akan menang Piala Asrama tahun ini," gerutu Ron saat mereka melewati jam pasir berisi poin Asrama. Jam pasir milik Gryffindor benar-benar kehilangan banyak sekali poin dalam minggu terakhir ini, membuatnya hampir kosong. Begitu kontras dengan Jam Pasir milik Asrama sebelah mereka, Slytherin, yang terisi penuh dengan zamrud hijau.

Harry menggumam. "Ternyata Inquisitorial Squad tidak menyia-nyiakan kesempatan mereka."

"Benar sekali," Hermione mendesah, ketika mereka sudah berjalan menuju Aula Utama bersama dengan gerombolan anak-anak yang lain. Seperti Prefek yang lainnya, Hermione merasa terganggu dengan perubahan baru yang dilakukan oleh Umbridge. Kekesalannya benar-benar terlihat. "Yang mereka lakukan adalah penyelewengan kekuasaan, bahkan Prefek saja tidak boleh mengurangi poin seenaknya, aku tuh—"

"Sepuluh poin dikurangi dari Gryffindor karena kamu membosankan, Granger," sebuah suara memotong perkataan Hermione di belakang mereka, disusul dengan suara tawa yang membuat Harry dan teman-temannya mengernyit karena sebentar lagi pasti ada hal buruk yang tidak diinginkan. Dulu, artinya mereka akan dicemooh. Kini, mereka tetap akan dicemooh, tapi ditambah dikurangi poin atau bahkan dapat diberi hukuman.

Gerombolan yang lain benar-benar tidak suka dengan kedatangan orang baru ini, namun sebaliknya, Harry merasa sukacita saat dirinya berbalik. Yang baru saja berujar memang adalah Parkinson, kini dia tengah menyilangkan tangannya ke depan dada. Matanya berkilat, tampak senang dengan peran barunya. Namun mata Harry langsung tertuju pada pria di sebelah gadis itu.

Draco bertemu mata dengannya lalu mencibir. "Ada yang mau kamu katakan, Scarhead?" tanyanya, panggilan Draco membuat Harry hampir kalah dalam menahan senyumnya.

Kalau saja tidak ada banyak orang yang memperhatikan mereka, mungkin Harry sudah tersenyum lebar sekarang. Rumor bahwa Harry mendirikan sebuah organisasi rahasia benar-benar kalah dengan rumor bahwa Draco dan dirinya sempat berpacaran. Yang terakhir benar-benar membuat Harry kesal.

Karena Harry sama sekali tidak suka pada sorot mata banyak orang yang memandangnya dengan kasihan, ataupun komentar jahat orang-orang yang dilontarkan pada Draco. Harry harus berusaha mati-matian agar dirinya tidak meledak pada siapapun orang selanjutnya yang membuatnya kesal.

Harry menggunakan kekesalannya untuk menjawab pertanyaan Draco. "Ada, tapi bukan padamu," gerutunya. Mengeraskan rahangnya untuk menahan dirinya agar tidak tersenyum saat bibir Draco setengah berkedut. Rahangnya yang mengeras membuatnya tampak marah, hal ini semakin menyulut kerumunan untuk makin berbisik-bisik seru.

Draco meringis. "Aku tidak suka nada bicaramu, Potter." suaranya seperti mencibir, layaknya seringai di wajahnya. "Mungkin beberapa poin yang dikurangi dari Gryffindor bisa membuatmu jera."

Bisik-bisik tak suka dari para Gryffindor yang ada di kerumunan membuat Harry yakin bahwa batu rubi yang ada di jam pasir milik Gryffindor kini kembali berkurang, namun dia sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari mata Draco yang berkilat nakal.

Harry tidak dapat menahan dirinya. "Cuma segitu?"

Mata perak di depannya melebar karena terkejut, mungkin menyangka Harry hanya akan mengernyit padanya. Harry merasa telah menang sedikit dari Draco. Bisik-bisik kagum dari orang-orang terdengar di telinga Harry, kini semua orang berhenti berpura-pura untuk tidak memperhatikan mereka. Menanggapi itu, Draco segera mengganti keterkejutannya dengan seringai.

✓ The Owlery #2 (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang