25 Desember, Senin: Natal di Grimmauld Place

1.3K 225 23
                                    

Harry pikir dirinya akan merasa lebih baik setelah melihat Arthur Weasley keluar dari rumah sakit dengan mata kepalanya sendiri. Namun setelah itu pun, dengan pria tersebut dikelilingi oleh keluarganya di meja makan, perasaan tidak enak yang bersarang di perut Harry tidak juga menghilang. Malahan, dia merasa jauh lebih buruk setiap kali melihat perban yang berada di tubuh pria tersebut. Perban yang menutupi luka-luka yang belum juga sembuh, luka yang bisa jadi diakibatkan oleh Harry.

Merasa seperti penyelundup di antara reuni keluarga yang begitu hangat, Harry mengambil kesempatan untuk pergi dari meja makan setelah makan malam usai. Dia masih tidak ingin kembali ke kamar tidur, jadi dirinya berkeliling ke seluruh penjuru rumah, sekali lagi menyadari bahwa Kreacher tidak ada di sana.

Peri rumah itu menghilang sejak Harry tiba di sini, setelah dia tidak berhenti menggerutu pada semua orang dan Sirius berteriak padanya untuk segera keluar dari dapur. Raut wajah peri rumah yang begitu ceria saat dirinya diusir membuat Harry curiga, namun Sirius yakin bahwa peri rumah itu hanya sedang bersembunyi di loteng.

Menyadari bahwa setidaknya Harry bisa mencari peri rumah itu, dia berjalan dan menjulurkan kepalanya ke setiap ruangan yang dia lewati. Dia memeriksa semua kamar, kamar mandi, gudang dan bahkan ruangan tempat Buckbeak biasanya beristirahat. Namun peri rumah itu tidak dapat ditemukan dimana-mana.

Harry membuka pintu yang lain, berhenti sejenak begitu menyadari bahwa ruangan itu adalah ruang duduk. Dia memeriksa dinding, dan merasa kecewa begitu menemukan bahwa permadaninya masih ada di sana. Sofa yang kini dia duduki begitu berdebu, dengan permukaan yang sudah rusak karena waktu sampai warna aslinya sudah tidak dapat dikenali. Kertas pelapis dinding pun juga sudah mengelupas, beserta tirai yang hampir jatuh dengan menyedihkan.

Mengetahui bahwa ruangannya dulu hanya disediakan untuk tamu membuat keberadaannya lebih menyedihkan lagi.

'Jadi penasaran, apa pendapat Draco soal ruangan ini,' pikir Harry, menatap perabotan yang sudah tua. 'Mungkin saja ruangannya terlalu kecil'. Ruangannya bahkan tidak sampai setengah dari ukuran Ruang Kebutuhan, dan tentu saja bukan kecil, cuma ukurannya normal. Namun begitu, ruangannya masih memiliki dua lampu gantung, sebuah perapian dan sebuah piano, jadi mungkin saja jauh lebih besar sedikit dari ruangan normal kebanyakan.

Namun, lampu gantungnya sudah rusak, perapiannya sangat kotor, dan pianonya—sebenarnya pianonya tidak masalah sih, cuma sedikit berdebu saja. Piano yang ada di Ruang Duduk Draco pastilah tidak berdebu.

Saat melihat pianonya, Harry jadi teringat pada Draco, lalu mengambil bingkisan yang ada di jaketnya. Bingkisan ini datang pagi hari ini dan berada di samping hadiah-hadiah lain yang mungkin dari Nyonya Weasley. Harry langsung mengenali tulisan siapa yang tertulis di bingkisan ini dan langsung menyimpannya di saku, karena tidak mungkin jika Harry membukanya di depan si kembar mengingat mereka pasti akan menggodanya mati-matian. Kini, saat tidak ada siapa-siapa yang dapat menyaksikan, Harry membukanya dengan hati-hati.

Isinya adalah sebuah syal dengan bahan yang begitu lembut dan terasa mahal, berwarna hijau gelap yang begitu familiar.

"Kalau melihat warnanya dan raut wajahmu yang konyol, tebakanku hadiahnya pasti dari ponakan sepupu kesayanganku," ujar seseorang dengan nada yang begitu geli, membuat Harry kaget dan langsung menoleh ke arah sumber suara. Sirius tengah berdiri di pintu, menatap Harry dengan seringaian.

Saat mereka tiba di rumah ini pertama kali, Sirius terlihat berantakan seperti saat mereka bertemu di Hogsmeade, bahkan malah lebih parah. Hari ini dia terlihat begitu bersih dan rapi, menandakan bahwa dirinya sangat senang saat ada banyak orang di sekitarnya setelah menghabiskan waktu sendirian untuk waktu yang lama.

✓ The Owlery #2 (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang