Sehari sebelum tahun pelajaran dimulai, Harry menerima dua surat, keduanya diberikan oleh Ron yang tampak geli. Salah satunya amplop berlambang Hogwarts dan mungkin berisi daftar buku yang telat sekali datangnya, dan yang kedua adalah dari seseorang yang tulisan tangannya begitu familiar. Harry langsung melempar surat yang pertama.
Surat-menyuratnya dengan Draco mulai kembali sering, walaupun diganggu dengan godaan si kembar dan raut wajah Sirius yang selalu masam. Harry dan Ayah baptisnya itu masih menolak untuk bicara pada satu sama lain setelah hari persidangan itu, bahkan setelah Lupin dan Hermione memberitahu mereka berdua bahwa mereka begitu kekanak-kanakan.
"Kamu dan pacarmu itu konyol sekali deh," ujar Ron saat Harry langsung mengambil surat Draco dari tangan Ron.
"Bukannya kamu harus baca daftar bukumu?" tanya Harry, sudah membuka suratnya. Surat itu tidak begitu panjang, dan diawali dengan 'Scarhead' dan bukannya 'Harry'. Setelah memanggilnya begitu, Draco langsung mengeluh soal keterlambatan datangnya surat dari sekolah.
Diagon Alley pasti ramai sekali hari ini, aku yakin. Tapi untungnya tidak masalah untukku. Karena Father membelikanku buku-buku yang dibutuhkan kemarin. Beliau baru saja memberikan bukunya padaku pagi ini.
Harry mengerjap membacanya, lalu mendekatkan suratnya lebih dekat ke wajahnya.
Aku belum selesai membaca semuanya sih, tapi biar kuberitahu ya, buku untuk Pertahanan Ilmu Hitam benar-benar kacau. Profesor barunya pasti gila seperti Lockhart dulu, tidak peduli apa pendapat Father.
Tapi itu semua tidak penting sih, soalnya masa iya aku menulis surat cuma buat mengeluh? Sisa keluhanku akan kuberikan padamu di kereta nanti deh. Jangan lupa untuk baca surat sekolahnya dengan lengkap. Soalnya, kalau aku benar, maka tahun ini adalah tahun yang menjanjikan untuk kita.
Sampai jumpa besok,
Draco.
Ada beberapa hal yang membuatnya khawatir setelah membaca suratnya, namun Harry malah fokus pada bagian akhir suratnya.
Besok. Dia akhirnya dapat bertemu dengan Draco besok. Tanpa menghentikan senyumnya, Harry melipat suratnya dan meletakkannya di sebelah ranjangnya untuk membaca surat dari sekolahnya. Seperti yang dikatakan Draco, ada dua buku baru yang harus dibeli, 'Buku Paket untuk Mantra, Tahun ke-5' dan 'Teori Pertahanan Sihir'. Mungkin Harry terpengaruh oleh pendapat Draco, namun dia merasa tidak suka dengan judul buku yang kedua.
"Hey, Ron," ujar Harry, menggulung kertas perkamennya. "Kamu pernah dengar penulis buku ini, tidak? Wilbert Slinkhard?"
Dua suara keras menandakan Apparition dari Fred dan George yang tiba-tiba sudah berada di depannya. "Kami bertanya-tanya, kira-kira siapa yang dapat buku Slinkhard," ujar Fred. "Orang-tua kami bilang—Oh, surat apa tuh?"
George langsung mengambil surat dari Draco namun Harry lebih cepat bergerak. Dia langsung mengamankannya lalu mengernyit pada si kembar, dibalas dengan seringaian geli dari keduanya. "Manis sekali ya, Fred?" tanya George, sambil mencubit salah satu pipi Harry. "Padahal besok mereka mau ketemu, tapi pacar tersayangnya masih saja mengirim surat hari ini."
"Mereka itu tidak bisa berpisah, George," Fred setuju, sambil mencubit pipi Harry yang satunya. "Manis sekali, ya, Ronnie?"
Ketiganya buru-buru membalikkan badan saat Ron tidak kunjung membalas mereka. Namun, mereka malah menemukan Ron tengah berdiri kaku, dengan mulut yang melongo menatap surat dari Hogwarts-nya. Si kembar langsung berpandangan, lalu buru-buru mendekat ke arah Ron untuk melihat apa isi suratnya. Dua detik kemudian, mereka ikut melongo. Salah satu dari si kembar menambahkan, "Kamu jadi Prefek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ The Owlery #2 (INA Trans)
FanfictionSetelah Harry dan Draco berpacaran dan menunjukkannya pada dunia, ternyata tidak lantas membuat kehidupan mereka jauh lebih mudah di tahun ke lima. . "Pacarku bukan seorang gadis. Pacarku Draco. Er, Draco Malfoy." Mata Ginny langsung membulat besar...