"Nanti Draco datang menonton latihan kita," Harry berkomentar sambil mengambil roti panggang di meja Gryffindor yang tak terlalu penuh. Sarapan dihidangkan pukul 8 pagi setiap harinya, namun selama akhir pekan, makanannya akan terus ada sampai jam 10, antisipasi akan siswa-siswa yang memilih untuk bangun agak siang. Dan biasanya, memang banyak sekali siswa yang bangun siang. "Maksudku, sebelum ini pun biasanya dia memang menonton latihan Gryffindor dengan Slytherin yang lain kan, jadi ya tidak ada bedanya dengan yang dulu." tambah Harry.
"Menurutku ada bedanya, mate." Ron mengangkat kepalanya dari telur dan daging asapnya, tiba-tiba terlihat tidak yakin. "Oh iya, soal latihan nih, kira-kira kita bisa ketemu lebih dulu untuk latihan berdua tidak? Ini latihan pertamaku sebagai keeper, dan, kamu tahu lah..."
Harry berpikir kalau itu ide yang sangat bagus. "Iya, tentu saja. Ayo latihan berdua setelah sarapan."
Ron gembira, tapi tidak dengan Hermione, yang kini sedang memandang mereka penuh rasa tidak setuju. "Yakin mau membuang-buang waktu begitu? Perlu kuingatkan kalau tugas-tugas kalian belum ada yang selesai?"
"Aku sudah ada yang selesai beberapa kok," kata Harry, karena memang begitu adanya. Memang masih ada setumpuk tugas yang belum dikerjakan, tapi tidak terlalu banyak karena dia sudah mulai mengerjakannya bersama dengan Draco. Harry membuka mulutnya untuk memberitahu hal itu namun hal lain menangkap perhatiannya. "Ah, Hermione, lihat!"
Surat-surat mulai berdatangan, salah satu burung hantu terbang berpisah dengan yang lain untuk mendarat di samping Hermione dan menjatuhkan Daily Prophet. Ketika Hermione sibuk meletakkan beberapa koin Knut pada kantong kecil yang dibawa si burung hantu, Ron dan Harry bertukar senyum karena gembira Hermione terdistraksi. Namun setelah itu, Hermione membuka korannya dan wajahnya seketika memucat. "Oh, tidak," katanya, tidak membiarkan Ron dan Harry bertanya lebih jauh dan langsung menunjukkan halaman pertama koran tersebut pada keduanya.
Perut Harry terasa seperti tenggelam begitu menyadari siapa yang ada di sana.
"Ada seseorang yang melaporkan keberadaan Sirius di London," kata Ron keras, lalu menatap pada kedua temannya serius. "Apa kalian berpikir ada seseorang yang bermulut besar dan mengadu soal ini?"
"Tidak," kata Harry sungguh-sungguh. "Lucius Malfoy yang melihatnya. Dia sadar melihat Sirius di Peron Stasiun."
Hermione terkesiap. "Serius?"
Harry mengangguk, mengedarkan pandangannya untuk memeriksa bahwa tidak ada seorangpun yang mendengarkan mereka. Namun tentu saja tidak masalah karena mejanya hampir kosong. "Dia melihat anjing di sampingku dan memberitahu Draco kalau anjingnya adalah Sirius."
Kedua temannya bertukar pandang seolah tidak percaya. "Dan Malfoy memberitahumu soal itu?" tanya Ron.
"Harry, kamu tidak memberitahunya apa-apa, kan?" bisik Hermione, terdengar khawatir. "Soal Sirius?"
Harry tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengernyitkan dahinya. "Tidak, Hermione, tentu saja. Dia melihat anjingnya berjalan di sampingku dan dia memperingatkanku, itu saja."
Hermione bergumam. "Well, berarti yang jelas setelah ini Sirius tidak bisa keluar rumah lagi." dia mengerucutkan bibirnya. "Dumbledore sudah memperingatkannya. Sirius harusnya mematuhi itu."
Mereka masih terus berada di kesunyian yang tegang sampai Ron mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mengambil daging asap dan Hermione mendengus gusar padanya. Harry melihat mereka berdebat, sambil memakan roti panggangnya sendiri. Dia harus memberitahu Sirius soal Lucius yang mengenalinya, namun mengirim surat pada Sirius pasti berisiko tinggi. Dia sudah mengirim surat minggu lalu, dan Filch hampir saja memergokinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ The Owlery #2 (INA Trans)
FanfictionSetelah Harry dan Draco berpacaran dan menunjukkannya pada dunia, ternyata tidak lantas membuat kehidupan mereka jauh lebih mudah di tahun ke lima. . "Pacarku bukan seorang gadis. Pacarku Draco. Er, Draco Malfoy." Mata Ginny langsung membulat besar...