Pintu menuju Ruang Kebutuhan baru saja terbuka untuk mempersilakan gerombolan terakhir keluar dari sana ketika terdengar beberapa suara orang yang terkesiap kaget. Suara sepasang langkah kaki yang datang dari luar lalu membuat Harry mengangkat wajahnya penuh kewaspadaan.
"Apa yang dia lakukan di sini?" tanya Dean.
Draco sedang berjalan mendekat ke arah Harry, sengaja mengabaikan para Gryffindor yang menatapnya curiga. Harry menyadari bahwa tidak ada yang berusaha menghentikannya, entah karena mereka sudah terbiasa dengan Slytherin atau karena refleks mereka kurang bagus. 'Harus latihan soal refleks nih', pikir Harry, lalu tersenyum pada Draco saat pacarnya itu sudah berdiri di depannya. "Hei."
"Hei," jawab Draco, sambil mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan yang dipenuhi dengan bantalan. "Masih belajar mantra pembuat pingsan?"
"HAH MEREKA PACARAN?!" Suara pekikan Dean terdengar dari kejauhan, diikuti dengan Ron yang tertawa lebar.
Harry sama sekali tidak mendengarnya, dan malah menjawab pertanyaan Draco. "Iya," jawabnya. "Dan mantra Impedimenta. Sama latihan mantra yang lama-lama sebelum liburan."
Draco mengerutkan hidungnya. "Kedengarannya membosankan." Dia lalu mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Harry sambil mengamati perkamennya. "Apa lagi yang kamu rencanakan?"
"Dah, Harry!" Hermione berpamitan, sambil melambaikan tangan di pintu. "Sampai jumpa, Malfoy!"
"Sampai jumpa," jawab Harry, sementara Draco mengangguk, matanya kembali terpatri pada daftar yang ditulis Harry begitu pintu tertutup. Draco membacanya sampai sesuatu membuatnya berhenti.
"Ah, si Patronus Potter."
"Ayahmu sempat memanggilku begitu," komentar Harry, 'Dan dengan nada yang sama pula,' pikirnya.
"Aku tahu. Ayahku bangga sekali waktu menciptakan panggilan itu untukmu," ujar Draco, lalu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Harry sambil menyeringai. "Si Patronus Potter."
Harry meringis. "Aku lebih suka dipanggil Scarhead."
"Tentu saja, kalau panggilan itu kan aku yang buat," jawab Draco, kembali mengamati perkamennya. "Patronusmu," katanya lagi, "Aku dengar kamu bisa menciptakan Patronus Utuh." Harry memandangnya, dan Draco melanjutkan bicaranya. "Kalau tidak salah, Patronus Utuh itu sangat sulit kan?" mata peraknya terpancang lurus ke arah Harry sekarang, menatapnya dengan intens, membuat Harry ingin membusungkan dadanya dan berbohong jika mengeluarkan Patronus Utuh itu begitu mudah.
Alih-alih, Harry malah jujur. "Lumayan sih. Butuh waktu berbulan-bulan sampai aku bisa melakukannya."
"Dan kamu tidak menyerah."
Harry mengedikkan bahu. "Soalnya aku benar-benar tidak suka Dementor."
"Siapa sih yang suka," kata Draco, lalu berjalan menjauhi Harry. Suara langkah kakinya bergema di seluruh ruangan saat dirinya berkeliling, mengamati dekorasi natal yang tiba-tiba muncul beberapa saat lalu. Sesuatu yang tergantung di langit-langit menangkap perhatiannya, membuat Draco menoleh ke arah Harry dengan penasaran. "Mistletoe."
"Hati-hati. Aku dengar sih, mistletoe itu sarangnya nargle."
Draco menggumam, sambil mengamatinya lagi. "Aku juga dengar dari seseorang soal itu."
"Dari Parkinson?"
"Iya, dan sekarang Greg juga ikut-ikut," kata Draco, kini sepenuhnya menghadap Harry. "Dia berhasil diyakinkan, dan Lovegood sangat senang berbagi soal majalahnya dengan orang lain."
Harry mengangkat satu alisnya. "Aku masih bingung kok bisa mereka tiba-tiba berteman."
"Gara-gara nargle, mungkin." Draco tersenyum. Ada sesuatu di Ruangan ini yang membuat Draco begitu cocok berdiri di sini. Mungkin langit-langitnya yang tinggi dan cermin-cermin yang ada di dinding, atau atmosfer elegan yang kadang sedikit menakutkan. Atau sebenarnya karena Draco sendiri, yang membawa aura yang penuh arti, membuatnya terlihat begitu percaya diri dimanapun dia berada. Baik itu di perpustakaan, kandang burung hantu, ataupun di tengah hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ The Owlery #2 (INA Trans)
FanfictionSetelah Harry dan Draco berpacaran dan menunjukkannya pada dunia, ternyata tidak lantas membuat kehidupan mereka jauh lebih mudah di tahun ke lima. . "Pacarku bukan seorang gadis. Pacarku Draco. Er, Draco Malfoy." Mata Ginny langsung membulat besar...