11

1.8K 292 7
                                    

Benar saja, orang-orang memberikan hadiah-hadiah mahal. Saat gilirannya, orang-orang dalam aula merasa sangat bingung. Benarkah? Seorang selir tingkat 1 hanya memberikan syal?

"Ini memang murah, tapi ini hanya ada satu. Karena aku yang membuatnya khusus untuk Jeonha, dengan kerja keras ku sendiri. Harga nya memang tak seberapa, tapi ketulusan nya yang berharga. Syal ini juga akan menghangatkan Jeonha saat cuaca dingin." Jelas Sunghoon dengan riang.

Jaeyoon tersenyum melihat ketulusan dari selir nya, ia hampiri Sunghee. "Pakaikan."

Dengan senang Sunghoon pakaikan syal nya di leher Jaeyoon. Disaat hadiah yang lain hanya ditaruh, hadiah milik Sunghee atau Sunghoon dipakai Jaeyoon hingga akhir acara.

"Jeonha, aku menunggu mu di kamar ku." Ujar Sunghoon pelan sembari memasang kan syal nya. "Terima kasih sudah mau memakai nya."

Ibu Suri Agung dan Joohyun ikut tersenyum, Sunghee selalu bisa membuat sesuatu yang berbeda dan membuat Jaeyoon tersenyum.

"Tunggu." Jaeyoon mencekal lengan Sunghee, ia mengkode Jongseong membawa kotak yang sudah disediakan, Jongseong sendiri pengawal pribadi nya.

Sunghoon hanya diam saat di pasangkan gelang di tangan kanan nya. "Biasanya kau akan marah karena aku tidak memberi mu hadiah juga dan sekarang jangan marah." Ujar Jaeyoon dengan lembut.

Ia perhatikan gelang yang diberikan. "Terima kasih Jeonha."

"Terima kasih kembali, kau bisa duduk." Setelah Sunghoon duduk di tempatnya, barulah Jaeyoon duduk di kursi nya dan tidak melepaskan syal yang diberikan Sunghoon.

━━━━━━ ◦ PAST ◦ ━━━━━━

Saat membuka pintu kamar Sunghee, Jaeyoon melihat rambut Sunghee yang baru tergerai tepat disaat ia masuk. Rambut panjang berwarna hitam, tak kalah cantik dengan wajah pemilik rambut tersebut.

Ia taruh nampan yang dibawa di meja, obat yang diberikan bibi. Sunghoon datang menghampiri dengan rambut tergerai.

"Jeonha, bukan kah percuma saja aku terus meminum obat nya tapi tidak ada usaha dari kita berdua?"

"Aku tidak akan melakukan nya kalau kau—"

"Aku sudah siap."

"Apa dengan ini aku akan lupa dengan apa yang aku lakukan dengan Jake? Semoga saja."

Jaeyoon merapihkan rambut Sunghee, tangan nya turun dari dahi ke dagu. "Sebenarnya aku tidak mau, aku takut kau terluka lagi."

Sunghoon memberanikan diri untuk menangkup wajah sang Kaisar. "Jeonha tidak perlu takut dengan masa lalu, jadikan itu sebagai pelajaran kita di masa sekarang. Aku hanya perlu menjaga diri lebih baik."

Kaisar terdiam cukup lama, ia benar-benar takut sesuatu terjadi pada Sunghee. "Kalau begitu, panggil namaku bukan Jeonha."

Ia tersenyum kecil. "Jae… yoon, Jaeyoon."

Tapi tiba-tiba Jaeyoon menjauh dan pergi ke arah pintu, Sunghoon sudah berpikir negatif. Ternyata, Jaeyoon hanya menyuruh seorang pengawal untuk tidak berjaga di depan pintu dan melarang seseorang masuk, lalu mengunci pintu.

Sang Kaisar kembali ke kamar. "Minumlah dulu obat nya, tidak baik membuang-buang. Bibi, Sunoo, dan Jungwon sudah menanam nya susah payah."

Sunghoon langsung meminum nya hingga habis. "Sudah." Setelahnya ia merasa tubuhnya terangkat, ditidurkan dengan perlahan di ranjang.

"Ini yang terakhir, kau yakin dan melakukan nya karena terpaksa, kan?"

"Aku yakin dan tidak terpaksa, Jaeyoon." Ia berbicara dengan nada yang meyakinkan."Dan juga, aku merindukan permainan Jake. Meskipun aku dengan nya hanya bermain sekali, aku juga sedang mabuk."

Malam itu pun menjadi malam yang panas untuk keduanya, seorang pengawal melaporkan hal tersebut pada Janda Permaisuri, Ibu Suri, dan Kim Minjeong.

To be continued….

[✓] Past || JakeHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang