24

2K 250 2
                                    

Jake baru sampai di apartemen nya dengan Sunghoon, ia langsung mendapat pelukan erat. Menyimpan seluruh pertanyaan dalam kepala, ia lebih dulu menenangkan kekasihnya yang menangis.

Mungkin karena akhir-akhir ini Sunghoon sulit tidur, si pemuda Park tertidur dalam pelukan kekasihnya. Jake mendapatkan laporan dari Karina tentang keadaan Sunghoon.

Ia membawa Sunghoon ke kamar mereka, membiarkan Sunghoon istirahat dahulu. Tapi, ada yang aneh dengan kamar nya. Karina tidak mengatakan jika Sunghoon hobi melukis dan di tidak pernah tau itu saat sekolah.

"Buku apa ini?" Ia melihat setumpuk buku yang baru ia lihat. Mengambil satu untuk di baca, duduk di sofa yang berada di kamar. "Ada nama Sunghoon?"

━━━━━━ ◦ PAST ◦ ━━━━━━

Jake hanya membaca setengah bukunya, ia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu ikut tidur sembari memeluk kekasihnya.

Bahkan saat jam sudah menunjukkan 10 malam, keduanya masih nyenyak tertidur dengan posisi saling memeluk. Mereka tidur jam 2 siang, sudah 8 jam berlalu.

Salah satu handphone berbunyi, Sunghoon lah yang terbangun. Matanya yang masih tepejam dengan malas mengambil handphone yang entah itu milik siapa. " Ne, yeoboseyo."

"Kau dan Jake tidur atau simulasi mati?"

Ternyata Karina. "Memangnya sudah jam berapa?"

Karina menghela nafas kesal. "10 malam, kalian memang nya tidak lapar? Ada makanan di kulkas, kau tinggal memanaskan saja. Bersyukurlah masih ada yg peduli pada kalian berdua."

"Selesaikan juga masalah kalian. Ku tutup telepon nya."

Sunghoon hanya berdeham, ia menaruh handphone nya untuk di charger. "Jake, bangun."

Dengan sekali percobaan Jake pun terbangun, mengecup bibir Sunghoon yang mengundang kekesalan. "Pa— ku kira sudah pagi." Jendela kamar yang masih terbuka memperlihatkan malam di kota Seoul.

"Kau sudah membersihkan diri?" Tanya Sunghoon sembari merapihkan rambut kekasihnya yang mungkin belum di sisir.

"Sudah, kau akan marah jika aku belum membersihkan diri malah tidur dan memeluk mu."

"Aku akan memanaskan makanan yang Karina belikan."

"Aku ikut." Jake langsung mengekori kekasihnya yang keluar dari kamar untuk mempersiapkan makan malam yang benar-benar malam untuk mereka berdua.

━━━━━━ ◦ PAST ◦ ━━━━━━

"Lukisan buatan mu?" Tanya Jake di sela makan nya. Ia baru teringat dengan barang-barang antik di kamar, dari lukisan sampai setumpuk buku dengan cover zaman dulu.

"Ani."

Jake menatap bingung kekasihnya. "Lalu? Wajah dari lukisan nya terlihat tidak asing."

"Sepertinya nenek mu berbohong. Nama mu bukan di ambil dari karakter yang ada cerita fiksi, tapi dari leluhur mu, lebih tepatnya leluhur kita berdua."

"Mwo? Tapi, aku anak keturunan yang mana? Jaeyoon dengan selir liciknya, atau Jaeyoon dengan Permaisuri nya?"

"Dengan permaisuri nya."

"Tapi, nenek mengatakan jika Sunghoon takut untuk mengandung dan terus menghindari suaminya."

"Apa ada yang bisa menolak perintah seorang pemimpin seperti nya? Tentu saja Jaeyoon membawa-bawa posisinya. Dia memiliki 5 keturunan dengan Sunghoon."

Jake mengangguk paham. "Lalu, masalah yang membuat mu sedih sampai kau sulit tertidur apa?" Tanya nya dengan lembut.

"Bukankah dengan begitu kita masih saudara?" Tanya Sunghoon dengan kepala tertunduk, suara yang pelan, memainkan makanan nya. "Aku pun masih keturunan dari Jaeyoon dan Sunghoon."

"Marga mu?"

"Park."

"Marga ku?"

"Shim."

"Apa sama?"

Sunghoon menggeleng, kali ini kepalanya sudah tidak menunduk. Menatap Jake dengan bibir mengerucut. "Tapi, leluhur kita sama."

"Sebelum Jaeyoon dan Sunghoon, masih ada leluhur kita yang lain. Leluhur semua orang sama. Kita bukan anak mereka, tapi kita keturunan mereka. Memang nya kita keturunan ke berapa?"

"Enam."

"Itu cukup jauh, dengan kata lain kita masih saudara jauh. Orang tua kita pun tidak melarang, bahkan nenek yang lebih tua dari kita tidak melarang dan malah mendukung."

Sunghoon menjauhkan makanannya. "Mungkin saja nenek mu lupa atau belum tau aku siapa."

"Sayang, kau bukan khawatir dengan kita yang masih bersaudara. Kau khawatir dengan masalah di antara kita, fitnah dan orang ketiga. Benar, kan?" Jake masih biasa saja dan mencoba memberi pengertian pada manis nya.

Sunghoon terdiam, tapi yang Jake katakan benar. Ia mengangguk kecil.

"Apa kita harus menyamakan yang tejadi dengan mereka berdua dengan kehidupan kita? Memang ada kesamaan, tapi aku atau pun kau bukanlah Kaisar dan Permaisuri. Kita hanya aktor Jake Shim dan aktor Park Sunghoon. Setiap hubungan pasti ada masalah, kita hanya perlu percaya satu sama lain, menyelesaikan nya dengan kepala dingin. Tidak perlu khawatir."

"Apa perjuangan ku menunggu mu tau perasaan ku selama bertahun-tahun masih belum cukup? Jika aku tidak serius, seharusnya sebelum dengan mu aku berkencan dengan orang lain."

Lagi-lagi yang Jake katakan benar. "Mianhae…."

"Untuk?"

"Keributan ini."

Jake menghampiri kekasih nya, duduk di samping kursi Sunghoon. "Aku tidak merasa ini keributan. Karena mu aku tau siapa leluhur ku dan tau alasan seorang Kaisar yang memiliki banyak selir masih setia pada istri pertamanya, Permaisuri nya."

"Kau memiliki kesamaan dengan Permaisuri Park Sunghoon."

"Apa?"

Jake mencubit hidung kekasihnya. "Sama sama memiliki sifat keragu-raguan, terutama ragu pada cinta pasangannya."

"Aku bukan meragukan mu, aku hanya takut."

"Dan berpikir aku hanya bermain-main."

"Jangan dibicarakan lagi."

To be continued….

[✓] Past || JakeHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang