24 : Tamparan Keras

4.1K 581 1K
                                        

Halo bestieee

Happy reading dan jangan lupa vote dan comment yaaa😘

•••••

T

anpa wanita itu sadari, sejak kedatangannya di bar malam ini ada seseorang yang terus mengawasinya. Menatapnya dari jauh. Dia Daffa Reagan Alexander.

Pria itu tidak mengalihkan pandangannya meskipun hanya sesaat dari Teressa yang duduk termenung. Minuman yang ada dalam genggamannya masih utuh. Tidak disentuh sedikitpun.

Tadi Daffa sudah menghampiri, tapi Teressa mengusirnya dan mengatakan bahwa dia butuh waktu sendiri.

Hingga Daffa tak tahan lagi dan memilih untuk kembali mendekat.

Pria itu duduk di samping Teressa. Wajahnya berubah panik ketika melihat pipi memerah juga sedikit luka di bibirnya.

"Sa"

Teressa menoleh dan bergumam pelan sebagai tanggapan, tapi dia tau wanita itu tengah menyembunyikan luka yang begitu besar.

Dia tengah menahan tangisnya yang sudah berada di pelupuk mata.

Melihat itu Daffa tidak banyak bertanya. Dia tau Teressa tidak akan bisa memberikan jawaban.

Jadi, Daffa memilih untuk menggenggam satu tangan Teressa yang berada di atas meja.

Senyumnya mengembang dengan sempurna kala wanita itu menatapnya. Tak lupa, dia juga mengusap punggung tangan itu dengan penuh kelembutan.

Berusaha memberikan ketenangan.

"Mau jalan-jalan lagi enggak? Ini masih jam delapan malam." Kata Daffa dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya.

Teressa menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.

"Terus mau apa? Jangan ngelamun nanti lo kesurupan." Canda Daffa yang membuat Teressa berdecak kesal.

Rasa sedihnya berbaur dengan kekesalan pada pria di sampingnya.

"Mau ke rumah gue? Ketemu sama Mama lagi." Tawa Daffa.

Sekali lagi Teressa menggelengkan kepalanya, "Enggak mau Daf."

"Mau gue peluk?" Tanya Daffa lagi.

Teressa kembali berdecak ketika mendengarnya.

"Ayo, jangan disini, lagian lo juga enggak minum dari tadi." Kata Daffa.

Pria itu mengajak Teressa pergi. Dan kali ini tidak ada penolakan.

Teressa mengikuti Daffa hingga ke parkiran, tapi sebelum pria itu memakaikan helm untuknya, Teressa menahan Daffa.

"Daffa"

"Kenapa sayang?" Tanya Daffa.

Tidak ada tanggapan. Teressa malah mendekat dan memeluknya dengan erat. Sangat erat hingga Daffa merasa sedikit sesak.

Tapi, Daffa tidak protes. Dia malah balas memeluk wanita itu dengan penuh kasih sayang.

Memberikan usapan di rambutnya tanpa banyak bertanya.

Teressa tidak butuh ditanya, dia hanya butuh seseorang untuk menjadi tempatnya bersandar.

"Enggak mau pulang Daf... Enggak mau ketemu Mama nanti Mama lihat pipi gue yang merah." Kata Teressa.

"Mau ke Laura? Atau mau ke rumah gue aja?" Tanya Daffa sambil mengusap kepala Teressa dengan sayang.

"Enggak tau.."

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang