28 : Sidang Perceraian

4.1K 587 275
                                        

•••••

Maap bestiee abis kuliah aku ketiduran ahahahaha🙏

Satu dulu yaa satu lagi nanti enggak bakal ketiduran kok😎

•••••

T

eressa menggenggam erat tangan Sania begitu mereka keluar dari ruang persidangan. Dapat dia rasakan tangan Mamanya yang begitu dingin bahkan wajah wanita itu terlihat sedikit pucat.

Meskipun selama ini dia siap dengan perceraian, tapi tetap saja hal ini tidak mudah untuknya.

Perceraian ini juga menyakitinya.

Bercerai setelah belasan tahun pernikahan tentu sangat menyakitinya. Ini masih sidang pertama. Tiga hari lagi mereka akan kembali ke persidangan.

Tadi juga ada Retta dan Nadya.

Mereka menemani Bara, tapi tidak ada satu orang pun yang melihat wajah kacau pria itu.

Teressa tak langsung pergi. Mereka malas bertemu dengan media yang menunggu di depan sana. Menunggu suaminya dan Retta mungkin.

"Sini Ma duduk dulu." Kata Teressa.

Sania mengangguk singkat. Dia duduk bersebelahan dengan anaknya. Kemudian menerima air mineral yang Teressa berikan untuknya.

"Mama enggak papa kan?" Tanya Teressa dengan cemas.

"Mama enggak papa sayang." Kata Sania sambil tersenyum.

Teressa mengusap tangan Mamanya. Dan tak lama suara Bara terdengar.

Kali ini genggaman tangan Teressa yang mengerat. Jantungnya berdegup dengan kencang.

"Sania.."

"Mama ayo pulang." Kata Teressa dengan cepat.

"Teressa.. Papa mau bicara sebentar." Kata Bara pelan.

"Ayo Ma kita lewat belakang aja ya? Aku minta Daffa tunggu di belakang." Kata Teressa lagi.

Sania tersenyum. Dia menyentuh pundak anaknya sebentar lalu beralih menatap seseorang yang masih menjadi suaminya.

"Terima kasih sudah datang, di sidang selanjutnya nanti kamu juga harus datang Mas." Kata Sania.

Bara diam sambil menatap Sania dengan sendu. Terlihat tidak rela untuk bercerai, tapi keputusan Sania sudah bulat.

"Aku ingin bicara dengan Teressa." Kata Bara yang kini menatap ke arah anaknya.

Teressa terlihat sibuk menghubungi Daffa. Pria itu tadi bersama dia dan Mamanya juga di ruang persidangan, tapi dia keluar lebih dulu.

"Daffa sudah??" Tanya Sania pada anaknya.

"Sudah, ayo Ma pulang... Aku enggak mau disini." Kata Teressa tanpa mau menoleh sedikitpun.

"Sania, aku mohon berikan aku izin untuk bicara sebentar dengan anakku." Kata Bara dengan penuh permohonan.

"Kamu ingat apa yang kamu katakan pada anakku? Jangan pernah temui Papa lagi dan sekarang itu yang sedang dia lakukan." Kata Sania.

Sania merangkul anaknya dan mengajak dia untuk pergi. Meninggalkan Bara yang bahkan tidak memiliki lagi keberanian untuk menahan keduanya.

Matanya memerah. Pria itu menahan tangisnya.

Pernikahannya hancur.

Hubungan antara seorang Ayah dan anak pun ikut hancur dan tak bisa lagi diperbaiki.

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang