42 : Biasanya Ada Papa

3.8K 616 291
                                    

••••

Haloo haloooooo🥰

Happy reading sayangkuuuu 😚

••••

M

ata indah itu perlahan terbuka. Cahaya yang begitu terang langsung menusuk penglihatannya.

Jari-jari tangan milik Teressa bergerak perlahan. Tepat disebelahnya ada wajah terkejut dan senang seseorang ketika melihatnya membuka mata.

Telinga Teressa masih sedikit berdengung. Dia hanya melihat orang yang tadi duduk disebelahnya itu berlari kencang sambil mengatakan sesuatu.

Sesaat setelah dengungan di telinganya itu menghilang Teressa mulai mendengar derap langkah kaki yang mendekat. Sangat kuat hingga dia dapat merasakan kehadiran beberapa orang disebelahnya.

"Teressa"

Suara itu terdengar. Teressa menatapnya dengan kepala yang sedikit sakit. Dia melihat seorang pria dengan balutan jas berwarna putih di tubuhnya.

Disebelahnya ada Mamanya yang sepertinya menangis, tapi untuk apa?

Mata Teressa kembali menjelajah ke seisi ruangan. Ini rumah sakit? Teressa berada di rumah sakit?

"Teressa bisa dengar saya?" Tanya Dokter itu pada Teressa.

Pertanyaan itu membuat Teressa mengalihkan lagi pandangannya pada sosok pria di sampingnya. Dengan lemah dia mengangguk, bibirnya terasa kelu untuk mengeluarkan suara.

"Teressa.. Akhirnya kamu bangun." Kata Sania dengan setetes air mata yang turun membasahi pipinya.

Wajah Teressa bingung lagi ketika melihat tangis itu. Tak lama suara pintu yang dibuka cukup kuat terdengar.

Rupanya ada Daffa di sana yang datang dengan nafas memburu hebat. Tadi Daffa sedang pulang dan betapa senang juga terkejutnya dia ketika mendapat kabar bahwa kekasihnya sudah sadar.

Pria itu langsung bergegas kembali ke rumah sakit. Dia berlarian dari parkiran hingga ke dalam sini.

Dan lega.

Lega sekali rasanya melihat mata indah itu kembali terbuka.

"Sa"

Teressa diam saja. Dia masih terlalu lemas bahkan untuk sekedar bicara. Dan dia juga malah sibuk bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang apa yang terjadi.

Kini dokter itu mulai memeriksanya lagi. Melihat keadaannya dan sedikit bertanya yang hanya dapat Teressa jawab dengan anggukan atau gelengan singkat saja.

Senang rasanya karena Teressa sudah bangun dari tidur lelapnya.

•••••

Kedua tangan Bara mengepal dengan kuat ketika dia melihat apa yang baru saja ditayangkan oleh rekaman cctv. Tubuhnya langsung lemas ketika melihat mobil itu menghantam kuat Teressa.

Itu mobil milik Retta. Dia sangat ingat dan hafal dengan plat mobil itu.

Mobil yang pernah dia belikan untuk istri keduanya. Dan ternyata mobil itu digunakan untuk mencelakai putri kesayangannya.

Bukan hanya Bara, tapi ada juga Nadya yang sama terkejutnya.

"Retta!"

Mata Bara memerah. Kepalan tangannya semakin kuat membuat urat-urat di lengan dan lehernya terlihat dengan jelas.

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang