Untuk rasa sakit

354 73 11
                                    

       Siang ini Singto berencana menikmati makan siang di kafe Krist setelah beberapa hari tak datang kesana. Langkahnya ringan, Dengan senyum sumringah ia memasuki kafe.

       "Selamat siang Krist, Mau chicken mentai dong, Laper nih." Ucap Singto sembari menghampiri si pemilik kafe.

       "Siaaaap, Bentar ya aku bilang ke orang dapur dulu." Krist tersenyum sebelum pergi meninggalkan Singto.

       Tak lama kemudian Krist kembali, Duduk di dekat mantan suaminya itu. Mereka berbincang santai seperti biasa. Sesekali Singto menggoda Krist, Dan Krist tersipu karenanya.

       Jika Singto sudah ke kafe Krist, Bisa dipastikan ia akan lama di sana. Hal itu benar benar terjadi karena sampai matahari mulai bergerak ke arah barat pun Singto masih setia menemani Krist.

       Lonceng yang dipasang di pintu kafe berbunyi saat Jane membuka pintu. Matanya beradu pandang dengan Singto. Laki laki itu tersenyum ramah pada Jane. Sayang senyum itu tak cukup untuk membayar kekesalan Jane yang telah semalaman suntuk mendengar cerita Fiat.

       Jane teringat akan ucapannya yang akan menampar siapapun orang yang berani mengatakan kalau Fiat adalah anak yang menyusahkan. Perlahan ia mendekati Singto dan Krist. Begitu Jane tiba di dekat Singto, Ia diam sejenak. Baik Krist maupun Singto sama sama kebingungan. Tanpa aba aba Jane menampar pipi Singto dengan tenaga yang cukup kuat.

       Suara tamparannya bahkan terdengar nyaring. Orang orang yang ada di sana terkejut melihat tindakan Jane.
       "Kak Jane..." Ucap Fiat. Ia sangat terkejut melihat Jane menampar ayahnya.
        "Jane kamu apa apaan sih?" Krist berdiri dan berusaha menjauhkan Jane dari Singto, Khawatir akan terjadi serangan kedua.

        Bukannya merasa bersalah atau meminta maaf, Jane justru menyunggingkan senyum puas. Ia pergi begitu saja seolah tak terjadi apa apa, Meninggalkan Krist yang kebingungan dan Singto yang pipinya terasa panas setelah ditampar.

       "Jane lo gila banget sumpah. Dateng dateng nampar Pak Singto kaya orang mabuk. Gila lo ngga tau apa kalo Bos Krist sayang banget sama Pak Singto. Siap siap aja lo dipecat, Asli dah." Salah satu karyawan yang kebetulan menyaksikan kejadian tadi menegur Jane.

        "Gue ngga takut." Ucap Jane tanpa rasa ragu.

●●●

        "Aku pikir waktu Kak Jane bilang mau nampar itu boongan, Eh taunya nampar beneran hahahaha. Kasian liat muka ayah tadi."
        "Ayah lo aja ngomong kaya gitu ke lo tanpa rasa kasian, Ngapain lo kasian sama dia? Yang boleh jahat sama lo tuh cuma gue, Orang lain ngga boleh."

        Sekarang duduk di rooftop dan mengobrol dengan Fiat sudah menjadi rutinitas baru Jane. Hanya disana ia tak dipandang aneh karena berbicara sendiri.

        Mereka berdua sedang menikmati pemandangan kota di malam hari saat Krist tiba tiba menghampiri.
        "Jane, Aku mau nanya nanya boleh?"
        "Soal tadi sore ya?"

       Krist mengangguk dan duduk di samping Jane.
       "Kamu ada masalah sama Mas Singto? Dari cara kamu menampar Mas Singto tadi keliatan banget kamu punya perasaan benci ke dia." Krist memulai pembicaraan.

       "Kak Krist, Aku tau sesuatu yang mungkin ngga bakal Kak Krist percaya."
       "Apa itu?" Tanya Krist. Jane menghela napas berat.
       "Mantan suami Kak Krist itu brengsek."
       "Ahhh... Kamu pasti denger cerita dari orang orang yang kerja di sini ya. Jane, Semua orang pernah punya masa lalu. Dan semua orang juga berhak punya masa depan. Mas Singto mungkin emang brengsek dulu ninggalin aku, Tapi dia sadar akan kesalahannya dan berjanji untuk memperbaiki semuanya. Kamu ngga bisa ngejudge orang cuma dari masa lalu, Apalagi kamu denger dari cerita orang. Mas Singto ngga seburuk yang kamu kira kok Jane."

       Jane tertawa, Ia lalu menatap Fiat yang duduk tak jauh dari tempat dirinya dan Krist berada. Anak itu tersenyum tipis.

       "Kan aku udah bilang, Kak Krist ngga bakal percaya. Untuk hal ini aja Kak Krist ngga percaya, Apalagi hal lain? Jadi aku rasa pembicaraan kita sampe sini aja. Aku ngga masalah kalo Kak Krist mau pecat aku karena insiden penamparan ini."

       "No no no, Aku ngomong gini sama kamu bukan karena aku mau mecat kamu. Kamu bukan orang baru, Bahkan untuk orang kaya Mike yang notabene nya pendiem waktu sekolah aja bisa akrab sama kamu. Aku tau kamu bukan orang jahat atau orang freak yang tiba tiba melakukan penyerangan. Kamu bener bener ngga mau ceritain masalah kamu sama Mas Singto ke aku? Siapa tau aku bisa bantu loh Jane."

        Yang bisa Jane lakukan hanya terdiam menatap laki laki yang ada di sampingnya itu. Ada sebuah keanehan yang Jane rasakan. Debaran yang dulu ia rasakan tiap berada di dekat Krist kini tak terasa lagi.

       "Aku denger cerita ini bukan cuma dari karyawan yang kerja bareng aku." Ujar Jane pada akhirnya.
"Terus dari siapa?"

        Jane terdiam cukup lama. Dalam sekali tarikan napas Jane mengeluarkan sebuah pengakuan yang cukup membuat Krist terkejut.

       "Dari Fiat."

Jangan lupa vote nya kak🤩

NEPENTHE ( Sequel Of 1000 Angsa Kertas )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang