"Kak Krist, Aku pulang dulu ya." Pamit Jane. Sementara itu Krist masih bersama Singto, Entah apa yang membuat mereka begitu betah berbincang.
"Oh iya Jane. Mau aku anterin ngga?"
"Oh ngga usah kak. Aku bisa pulang sendiri kok."Alih alih terus membujuk Jane untuk diantar pulang, Krist justru kembali berbincang dengan Singto. Ia membiarkan Jane berjalan meninggalkan kafe tersebut malam malam.
Ada perasaan kecewa di hati Jane saat Krist tak memintanya pulang bersama untuk kedua kalinya. Tolakan Jane barusan bukanlah tolakan yang sebenarnya. Terkesan rumit, Namun begitulah perempuan.
Menuju pangkalan ojek Jane berjalan sendirian. Sayang begitu ia tiba di pangkalan ojek, Tak ada satupun ojek yang mangkal seperti biasanya. Jane menghela napas. Ia lalu duduk di pangkalan ojek tersebut.
Satu per satu rintik hujan mulai berjatuhan membasahi bumi. Tak butuh waktu lama bagi tetesan air hujan untuk membombardir semesta. Dalam sekejap hujan menjadi begitu deras. Disertai kilat dan petir yang saling sahut menyahut di angkasa.
Jane semakin gentar dan ketakutan saat petir menggelegar dahsyat. Tak ada satupun orang yang lewat, Sementara ponselnya mati beberapa jam yang lalu. Yang bisa Jane lakukan hanyalah diam menunggu hujan reda.
Dari kejauhan terlihat sorot lampu mobil mendekatinya. Sebenarnya Jane sedikit waswas, Namun ia sedikit berharap pada mobil itu. Setitik harapan itu semakin membesar saat mobil tersebut berhenti di depan Jane.
"Karyawannya Krist ya?" Si pemilik mobil itu berbicara setelah menurunkan kaca mobilnya.
"I-iya pak." Ucap Jane. Wajah orang itu tak asing. Baru beberapa saat lalu Jane melihatnya.Rupanya orang itu adalah Singto. Ia lalu menawarkan tumpangan pada Jane. Tak ada pilihan lain, Jane akhirnya setuju diantar pulang oleh Singto.
Usai menyebutkan alamat, Jane hanya diam memandangi jalanan yang basah diguyur hujan.
"Krist tadi cerita sama saya. Dia ngga nyangka banget ketemu sama temen SMA nya."
"Kita bukan temen. Aku cuma adik kelas Kak Krist." Jawab Jane dengan nada datar, Terkesan seperti enggan berbincang dengan Singto.Bukan tanpa alasan Jane bersikap demikian. Mendengar cerita Aye membuat Jane kesal pada Singto. Bagi Jane, Tak boleh ada seorangpun yang menyakiti hati Krist.
"Dulu kalian berdua deket?" Singto mencoba mencairkan suasana.
"Ngga juga. Aku lebih deket sama Kak Mike dibanding Kak Krist."
"Ohh gitu."
"Iya."Obrolan terhenti, Baik Singto maupun Jane sama sama diam. Singto yang kehabisan topik dan Jane yang hampir kehabisan kesabaran. Kalau saja Jane tak ingat saat ini sedang menumpang, Bisa dipastikan Singto habis tercekik olehnya.
"Makasih ya pak tumpangannya." Ucap Jane setelah ia turun dari mobil Singto. Tanpa tersenyum gadis itu berjalan meninggalkan Singto, Menghilang dari balik pintu rumah.
"Semobil sama dia kaya semobil sama setan, Panas." Gumam Jane.
●●●
"Papa, Jok ini udah berdebu banget karena udah ngga didudukin lama banget. Pengen deh ada seseorang yang duduk di sini, Di samping papa."
"Siapa? Ayah kamu? Jok ini kan sengaja dikosongin karena ini tempat kamu nak."
"Uhm no... Bukan ayah."
Krist membuka mata. Ia baru saja bermimpi berbincang dengan Fiat. Dalam mimpinya Fiat mengeluhkan tentang jok mobil yang selalu kosong. Entah apa maksud dari mimpi tersebut.
Karena mimpi itu, Krist jadi tak bisa tidur kembali. Suara Fiat di mimpi terus terputar di kepalanya. Krist yang sudah kepalang bangun lantas pergi menghampiri kamar Fiat, Tertidur di ranjang almarhum putranya.
Berada di hamparan pulau kapuk milik Fiat menghadirkan rasa rindu tersendiri bagi Krist. Tangannya meraba permukaan kasur, Dari sana Krist mampu melihat rangkaian angsa kertas milik Fiat.
Air mata Krist perlahan menetes. Suasana haru menyelimuti ruangan tersebut. Tiap kali rindu, Krist akan datang kesana, Menangis sepuasnya.
"Papa kangen banget sama kamu nak. Kamu apa kabar disana? Papa harap kamu udah terlahir kembali biar kita bisa ketemu lagi. Atau kamu masih nunggu papa supaya kamu bisa terlahir dari rahim papa di kehidupan selanjutnya? Papa masih nyimpen stok susu cokelat punya kamu loh. Sekarang udah kadaluarsa. Susu itu mungkin udah ngga bisa dinikmati, Tapi masih menyimpan kenangan. Susu yang belum sempat dihabiskan oleh pemiliknya. Kamu keburu sakit, Dibanding minum susu kamu lebih sering minum obat. Fiat masih inget June ngga? Dia makin cantik loh sekarang."
Krist terus bercerita diiringi deraian air mata. Tak peduli seberapa sesak dadanya, Krist terus mengutarakan rasa rindunya. Semakin lama mata Krist semakin terasa berat. Seolah Fiat hadir dan mengelus kepala sang papa, Mendengarkan laki laki yang disayanginya bercerita.
Menjelang pagi, Krist justru terlelap. Dengan mata yang membengkak karena air mata yang mengiringi rasa rindunya pada Fiat.
Haii jangan lupa vote yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
NEPENTHE ( Sequel Of 1000 Angsa Kertas )
FanfictionSetelah kepergian Fiat, Krist masih harus melanjutkan sisa hidupnya. Mencoba berdamai dengan masa lalu dan menata masa depan, Menghadapi lika liku, Pahit manis dan suka duka kehidupan. Kisah baru mulai Krist tapaki, Hingga akhirnya ia bertemu dengan...