Pamit

379 82 7
                                    

       Dream catcher buatan Jane dan Krist sudah selesai digarap seminggu yang lalu. Malam ini menjadi malam terakhir Jane hidup bersama Fiat. Gadis itu sengaja membolos kerja karena ingin menghabiskan waktu bersama hantu yang sudah cukup lama berada di sisinya.

       "Besok malem, Aku izin pinjem tubuh Kak Jane buat ngomong sama papa ya." Tutur Fiat. Jane mengangguk tanpa memalingkan sedikitpun pandangannya dari wajah Fiat. Rasanya baru kemarin ia bertemu dengan Fiat. Dengan perasaan terpaksa Jane menyetujui permintaan Fiat untuk membantunya.

       "Fiat beneran mau pergi? Kalo udah sampe surga jangan lupain gue ya. Janji abis pergi dari gue lo harus lebih bahagia." Jane tak kuasa menahan tangis. Di dalam kamar miliknya ia menangis, Tak rela melepas Fiat untuk selama lamanya.

       "Kak Jane jangan nangis, Kan masih ada beberapa jam buat kita ngobrol." Ucap Fiat. Tangannya mengelap air mata Jane. Namun bukannya berhenti menangis, Jane justru semakin terisak.

        Jam seperti berjalan sangat cepat. Matahari tiba tiba saja terbit dari ufuk timur. Jane belum tidur sama sekali, Semalaman suntuk ia menangis, Meminta Fiat untuk tetap berada di sisinya.

●●●

       "Lo masih ikut gue kuliah hari ini kan Fi?" Tanya Jane. Fiat mengangguk dan mengacungkan ibu jarinya. Sebisa mungkin Jane mencoba untuk terlihat tegar. Ia perlu berkuliah di pagi hari sebelum mengantar Fiat bertemu papanya malam ini.

       Sekeras apapun Jane mencoba, Ia tetap tak akan bisa fokus pada materi. Yang Jane lakukan hanyalah memandangi Fiat yang duduk di sampingnya.

       "Jane? Lo ngga papa? Lo dari tadi ngga merhatiin dosen ngejelasin loh." Tegur salah satu teman kuliah Jane.

       "Ngga papa kok." Jawab Jane singkat.

       Jane mencoba memperhatikan penjelasan dosen, Sedangkan Fiat menoleh. Ia menangkap tatapan kosong milik Jane. Gadis itu sedang tidak baik baik saja. Sejujurnya, Kalau bisa Fiat ingin tetap disini, Menemani Jane 24 jam. Namun dunia ini bukanlah tempat ia berada seharusnya.

       Lagi lagi hari berjalan dengan sangat cepat. Matahari perlahan condong ke arah barat, Bersiap untuk menutup hari.

       Langkah Jane terasa berat. Kafe Krist menjadi tempat yang amat ia hindari akhir akhir ini. Namun mau tak mau Jane harus kesana, Ia perlu mengantar Fiat bertemu orang tuanya.

       2 hari sebelumnya Jane meminta Krist, June, Mike dan Papa Krist untuk datang ke kafe pukul 21.00. Dan yap, Mereka semua menunggu momen ini.

       Baru pukul 19.00 namun orang orang sudah berkumpul, Termasuk Jane yang matanya sudah tak berbentuk karena terlalu banyak menangis. Di tangan Jane sudah ada sebuah dream catcher buatannya sendiri hasil arahan dari Fiat.

       June menatap Jane yang terus menerus menangis, Membuat siapapun yang menyaksikan turut terhanyut dalam suasana. June memeluk gadis cantik yang selama ini menjaga Fiat, Mencoba menguatkan Jane.

       "Pasti Kak Jane ngerasa kehilangan banget ya, Be strong kak, Kita ada di sini buat Kak Jane." Tutur June, Padahal matanya sendiri sudah tergenang.

       "Kak Jane, Aku mau ngomong sama papa sekarang." Tutur Fiat. Jane mengangguk dan membiarkan Fiat merasuki tubuhnya. Terlihat perubahan yang begitu jelas dari tingkah laku Jane. Usai hening selama beberapa detik, Fiat yang ada di tubuh Jane memeluk Krist. Pelukannya begitu erat, Pelukan seorang anak yang merindukan papanya.

       Krist sendiri turut merasakan kerinduan itu. Ia tahu saat ini bukan Jane yang memeluknya, Melainkan Fiat. Mereka berdua hanyut dalam tangis. Papa dan anak ini saling merindu cukup lama hingga akhirnya Tuhan memberi mereka kesempatan bertemu kembali melalui Jane.

       "Papa apa kabar?" Untuk pertama kalinya Fiat berbicara pada Krist. Krist tak mampu menjawab, Lidahnya mendadak kelu.

       "Aku kangeeeen banget sama papa. Tujuan aku ngomong kaya gini ke papa, Supaya papa bisa mengikhlaskan kepergian aku. Papa selalu nyalahin diri papa sendiri karena ngga bisa liat aku membuka mata untuk yang terakhir kalinya kan? Papa ngga pernah gagal jadi orang tua aku. Papa Krist itu papa terhebat di seluruh dunia.Pa, Aku titip Kak Jane ya. Ah iya Boleh aku minta tolong sama papa? Jauhi ayah. Dia bukan orang yang baik. Ayah udah banyak nyakitin hati papa kan? Papa bisa bahagia tanpa ayah. Please... Lupain semuanya. Lupain permintaan egois aku yang minta papa dan ayah rujuk. Aku ngga mau jadi alesan papa bohong ke kakek."

       "Kakek, Maaf aku ngga sempet ketemu kakek waktu masih hidup. Makasih udah hadirin orang sebaik Papa Krist di hidup aku. Ayo kita ketemu di kehidupan selanjutnya." Fiat menghampiri kakeknya dan memeluk pria tua itu.

       "Fiat, Pergi yang tenang ya sayang, Kakek pasti doain kamu." Ucap Papa Krist sembari mengelus punggung Fiat.

       "June, Kita ketemu lagi. Waktu itu kita udah maaf maafan kan? Sekarang gue cuma mau bilang kalo gue sayang sama lo sampe kapanpun itu. Tolong doain gue biar gue bisa pergi ya." Usai berpelukan dengan sang kakek, Fiat lantas menggenggam jemari June.

       "Tapi gue masih belum ceritain semuanya ke lo. Gue masih mau ngobrol sama lo."
       "Simpen, Simpen cerita itu. Kita ngobrol lagi nanti."

       Krist tak henti hentinya mengeluarkan air mata. Disaksikan oleh semua karyawan, Momen mengharukan dan sedikit tidak masuk akal ini berlangsung.

       "Om Mike... Makasih udah jagain papa ya." Fiat mendekati Mike dan berniat memeluk laki laki itu.
       "No no jangan peluk om, Ah..." Mike akhirnya menitikkan air mata juga setelah Fiat mendekapnya. Dekapannya hangat di malam yang dingin.
       "Di surga nanti jangan nakal ya, Harus bahagia terus pokoknya ponakan om, Oke??"

       Fiat mengangguk dan melepas pelukan. Ia lalu mengambil sebuah dream catcher yang tergeletak di atas meja.
       "Dream catcher buat papa, Kenang kenangan dari aku. Ya walaupun Kak Jane yang bikin. Di terima ya Pa."
       "Fiat mau pergi sekarang juga?" Tanya Krist. Fiat mengangguk. Ia lantas memeluk papanya untuk yang terakhir kali.

       "Fiat sayaaaaang banget sama papa."
       "Papa juga sayaaaaang banget sama Fiat. Pergi yang tenang ya sayang. Dengan ini, Papa ikhlasin kepergian kamu. Semoga kita bisa ketemu lagi di lain waktu. I love you so much."

       Krist melepas Fiat dengan linangan air mata. Semua orang yang ada di sana turut meneteskan air mata juga. Krist terus memeluk tubuh Jane dengan begitu eratnya hingga Jane sendiri yang melepas pelukan. Fiat sudah tak berada di sana, Seiringan dengan Jane yang mendapatkan kesadarannya kembali.

       Jane menangis sejadi jadinya. Diantara semua orang, Hanya dirinya yang tak di pamiti oleh Fiat. Krist menarik Jane dalam dekapannya, Malam ini menjadi malam penuh air mata.

       "Makasih udah jagain anak aku selama ini ya Jane. Dia udah ngga ada di sini kan sekarang? Semoga Fiat menemukan jalan pulang yang sebenarnya."

       Fiat sudah benar benar pergi, Setelah Krist mengikhlaskannya, Fiat dapat meninggalkan dunia seperti yang seharusnya terjadi.

       "Selamat jalan, Anakku."
    

      

Hehehe vote nya kak

NEPENTHE ( Sequel Of 1000 Angsa Kertas )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang