Jane sudah pergi beberapa waktu lalu namun Krist masih bisa mendengar kata demi kata yang telah diucapkan oleh gadis itu. Penuturan Jane merenggut separuh akal sehatnya.
Laptop yang semula menjadi pusat perhatian Krist kini tak tersentuh. Benda itu menjadi saksi bisu kejadian tak masuk akal yang baru saja terjadi pada pemiliknya.
Krist meraih ponsel miliknya dan segera menelpon Singto. Ia tak tahu harus menceritakan hal ini pada siapa lagi. Tak butuh waktu lama bagi Singto untuk menjawab panggilan dari mantan suaminya.
"Mas..." Ucap Krist. Suaranya sedikit bergetar, Sepertinya ia masih syok.
"Halo Krist, Kenapa? Saya lagi di kantor."
"Aku mau ngomong, Kamu bisa kesini ngga mas?"
"Bisa sih, Tapi ngga sekarang. Mungkin agak sorean saya kesana. Kamu ngga papa kan Krist? Suara kamu kaya orang ketakutan gitu."
"Ngga papa mas, Aku tunggu ya."●●●
"Lo kenapa ngga mau ngomong sama papa lo tadi? Padahal itu kesempatan emas loh." Jane terus menggerutu, Menyayangkan tindakan Fiat yang menyia nyiakan kesempatan.
"Tadinya aku pengen banget kak ngomong sama papa, Pengen cepet cepet pergi dari sini. Sampe akhirnya aku ketemu Kak Jane. Makin kesini aku malah makin berat ninggalin dunia. Bukan cuma karena papa, Tapi karena Kak Jane juga. Aku takut nanti di akhirat ngga ada yang belain aku kaya kakak, Ngga ada yang rela ninggalin urusan pribadinya buat aku."
Jane tersenyum, Setiap ucapan Fiat selalu bisa membuatnya tersenyum. Kalimat demi kalimat yang terucap murni dari hatinya. Mengenal Fiat membuat Jane bertemu jalan takdir yang tak pernah ia duga.
"Kak Jane, Aku boleh minjem uang kakak ngga? Aku ngga yakin sih bisa balikin, Tapi kalo nanti kita ketemu lagi, Pasti di balikin kok. Aku pengen beli hadiah buat papa."
"Fiat, Lo percaya ngga kalo gue bilang gue bakal bayarin hadiah buat papa lo, Semahal apapun itu?" Jane bertanya pada hantu di sebelahnya.
"Percaya dong." Jawab Fiat. Ia menjawab tanpa berpikir."
"Kenapa bisa percaya coba?" Sekali lagi Jane bertanya.
"Karena hadiah yang aku beli bakal di kasih buat orang yang Kak Jane suka, Iya kan?""Salah, Gue rela keluarin duit banyak semata mata karena lo. Bukan karena Kak Krist atau apapun itu. Ngga heran kenapa Kak Krist sampe sekarang ngga bisa lepasin lo, Fi. Lo se loveable itu. Bahkan lo sukses bikin gue berhenti jatuh cinta sama Kak Krist... Dan mulai jatuh cinta sama lo."
Hening. Fiat butuh waktu untuk mencerna kalimat terakhir yang diucapkan oleh Jane. Gadis itu jatuh cinta padanya? Bagaimana bisa?
"Kak Jane, Kakak tau kan kalo kita beda? Dari semua mahluk tuhan kenapa harus aku?"
"Iya gue tau, Gue juga tau akhir dari cerita kita. Gue udah terbiasa sama kisah cinta bertepuk sebelah tangan kok, Tenang aja. Tugas gue cuma move on kalo nanti lo udah ngga ada di sini. Gue harap abis ini lo ngga berubah."Ini benar benar di luar ekspektasi Fiat. Ia tak pernah membayangkan sosok malaikat penjaga di sampingnya ini akan memiliki perasaan lebih.
"Jangan suka sama aku kak. Kak Jane orang baik, Di luar sana pasti ada orang baik juga yang nunggu dipertemukan sama kakak. Lupain perasaan itu ya kak, Aku ngga mau Kak Jane sedih. Kan Kakak sendiri tau akhir cerita kita. Aku udah banyak nyusahin fisik kakak, Jangan sampe nyusahin hati juga." Ujar Fiat. Nada bicaranya terdengar sangat halus.
"Lo nolak gue Fi? Ngga papa sih. Seenggaknya gue tau gue harus ngapain abis ini. Thanks ya."
"Tapi Kak Jane hebat, Udah ada kemajuan. Waktu suka sama papa kan kakak ngga berani ngakuin, Bahkan sampe sekarang."Mendengar perkataan Fiat, Jane hanya bisa mencibir. Memang begitu kenyataannya. Jane bisa menjadi dirinya sendiri di dekat Fiat, Berbeda dengan saat ia berada di dekat Krist. Yang Jane lakukan hanya agar terlihat sempurna dan menarik di mata Krist.
Mereka berdua terus berbincang sepanjang jalan. Seiring berjalannya waktu Jane sudah terbiasa dengan pandangan orang terhadap dirinya yang sering berbicara sendiri. Jane lebih memilih mengabaikan mereka, Toh pada kenyataannya Jane tak berbicara sendiri, Ia berbicara dengan Fiat.
●●●
Krist menghela napas setelah cerita panjangnya hanya direspon bercanda oleh Singto. Laki laki itu terus meyakinkan Krist dan mengatakan bahwa Fiat sudah tenang di surga.
"Krist, Bisa aja kan Jane dapet informasi itu dari karyawan kamu. Serius deh kalo kaya gini saya jadi takut kesehatan mental kamu keganggu. Mending jangan deket deket sama Jane dulu. Dia agak aneh."
"Mas, Tapi Jane tau beberapa hal yang ngga semua orang tau. Apa ngga seharusnya kita tanya sama paranormal? Gimana kalo Fiat beneran masih ada di sini? Dia ngga bisa pergi ke surga. Mas, Kita harus ambil tindakan."
"Tenang, Krist dengerin saya. Yang diucapin Jane itu ngga bener. Fiat anak yang baik, Dia pasti bisa masuk surga dengan mudah. Tenang ya, Jangan panik gini. Fiat kalo liat kamu panik kaya gini pasti sedih."
Singto berdiri dan membantu Krist bangkit. Ia memeluk laki laki berwajah cantik itu dan menepuk punggungnya perlahan. Terlihat jelas Krist seharian mengalami panic attack karena memikirkan Fiat.
Di dekapan Singto, Krist merasa sedikit tenang, Meskipun ketenangan yang diberikan oleh Singto, Hanya ilusi.
Haiiiii, Maaf bgt up nya rada molor, Akhir akhir ini lagi sibuk nugas ueueueue apalagi bntr lagi uprak xixixi tp Insya Allah bakal tetep up, doain ya guys
KAMU SEDANG MEMBACA
NEPENTHE ( Sequel Of 1000 Angsa Kertas )
FanfictionSetelah kepergian Fiat, Krist masih harus melanjutkan sisa hidupnya. Mencoba berdamai dengan masa lalu dan menata masa depan, Menghadapi lika liku, Pahit manis dan suka duka kehidupan. Kisah baru mulai Krist tapaki, Hingga akhirnya ia bertemu dengan...