Perlahan mengikhlaskan

325 71 3
                                    

       Ucapan Jane semalam benar benar mengganggu pikiran Krist. Sederhana, Namun sukses membuat perasaan ragu Krist terhadap Singto perlahan tumbuh. Memori tentang masa lalunya dengan Singto seakan terputar secara otomatis. Bagaimana Singto meninggalkannya, Mengkhianati dirinya bersama seseorang yang sudah krist anggap teman.

       Tatapan Krist tak lepas dari wajah papanya yang sedang menonton tayangan televisi. Jane benar, Papanya adalah orang yang baik. Bahkan setelah putra semata wayangnya bertindak seperti anak durhaka, Papa Krist masih bersedia merentangkan tangannya, Memeluk Krist yang saat itu sedang berada di titik terendah.

       Tak seharusnya Krist menyia nyiakan kepercayaan yang diberikan oleh papanya. Memikirkan itu membuat Krist frustasi. Matanya lalu beralih menatap kantung belanja yang berisi peralatan membuat dream catcher. Hati Krist tergerak untuk mengunjungi kafenya sendiri dan merangkai dream catcher disana bersama Jane.

       "Papa, Aku mau ke kafe." Ucap Krist. Papanya menoleh lalu tersenyum dan mengangguk. Memandangi wajah laki laki yang sangat mirip dengannya itu membuat Krist merasa bersalah. Selama ini ia membohongi papanya sendiri demi Singto.

       "Papa ngga mau peluk aku?" Tutur Krist sambil merentangkan tangan.
       "Makin kesini kelakuan kamu makin aneh aneh aja Krist." Meskipun mengomel, Papa krist tetap berdiri dan memeluk putra kesayangannya itu.
       "Maafin aku pa, Aku belum bisa jadi anak yang baik."

●●●

       "Hai Jane, Sorry kemarin aku ketemuan sama Mas Singto dan lupa kalo ada janji sama kamu. Tapi hari ini aku bawa peralatannya kok. Kita bikin di sini ngga papa kan? Kamu sibuk ngga?"

       Krist tersenyum dan memperlihatkan kantong di genggaman tangan. Ia duduk di salah satu kursi, Jemarinya cekatan mengeluarkan semua barang yang ia bawa. Sementara itu Jane hanya terdiam, Tak tahu harus berbuat apa. Perasaannya campur aduk. Ia senang melihat Krist begitu bersemangat, Namun dirinya juga merasa sedih karena waktu perpisahannya dengan Fiat semakin dekat. Dengan langkah gontai Jane menghampiri Krist, Bergabung dengan laki laki yang sudah mulai kegiatannya.

       "Aku semaleman nonton video tutorial bikin dream catcher. Jadi dikit dikit bisa lah hehehe." Ujar Krist penuh semangat.

       "Kak Krist, Kalo ada seseorang di deket kakak dan Kak Krist sayaaaaang banget sama orang itu tapi kalian ngga punya hubungan apa apa, Terus orang itu pada akhirnya akan ninggalin Kak Krist, Apa yang bakal kakak lakuin?" Jane melontarkan pertanyaan pada Krist yang sedang sibuk melilitkan benang.

       "Kalo udah tau ngga bakal bareng sih mending lupain aja, Ah ngga deh bukan lupain tapi ikhlasin. Kamu ngga bakal bisa nyoba lupa tapi kamu bisa nyoba ikhlas. Emang siapa orang yang kamu maksud?" Krist balik bertanya.

       Jane tak langsung menjawab. Ia justru menundukkan kepala, Menatap hasil karya nya yang sudah setengah jadi.

       "Kak, Mungkin udah waktunya Kak Krist tau. Aku suka sama kakak, Dari dulu. Yah mungkin Kak Krist sendiri udah tau tapi pura pura bego aja. Pengakuan ini sekaligus pengakhiran perasaan aku ke kakak."

       Krist tersenyum tipis. Ia menepuk bahu Jane beberapa kali sebelum berbicara.

       "Aku tau kok, Sandwich yang tiap pagi aku makan, Itu dari kamu kan? Makasih Jane, Tapi aku ngga bisa suka sama perempuan. You know, I'm gay."

       "Yeah aku udah tau kok. That's fine. Aku berhenti mencintai Kak Krist bukan karena aku tau kakak seorang gay. Aku berhenti mencintai Kak Krist karena... Ada seseorang yang tiba tiba dateng ke kehidupan aku."

       "Siapa? Mas Singto?" Krist mencoba menebak.
       "Aku ngga yakin kalo aku jawab sekarang Kak Krist bakal percaya."
       "Kenapa aku ngga percaya? Ngomong aja Jane."
       "Menurut Kak Krist kenapa aku milih warna jingga? Karena seseorang itu minta aku milih warna ini."

       Hening. Krist menelan ludah, Ia tahu betul siapa seseorang yang menyukai warna jingga.
       "Fiat?" Nama itu meluncur dari mulut Krist, Membuat si pemilik nama berkaca kaca.

       "Bener banget kak, Aku udah jatuh cinta sama anak angkat kakak."
       "Gimana caranya Jane? Gimana caranya kamu berkomunikasi sama dia?"

       Pipi mulus Jane dialiri bulir air mata. Semakin ia mencoba merelakan Fiat, Semakin besar egonya untuk mempertahankan sosok tersebut. Jane melanjutkan kegiatannya sementara Krist terus mendesaknya.

       "Nanti akan ada waktunya Kak Krist ngomong sama dia, Setelah dream catcher ini selesai digarap. Fiat yang minta aku buat nanyain tentang hadiah tempo hari. Kak, Kasih aku waktu buat beberapa hari lagi bareng Fiat ya. Abis itu aku janji aku bakal anterin Fiat ke hadapan kakak, Lepasin dia supaya dia bisa pergi ke tempat yang seharusnya."

        Krist mengangguk. Hari dimana ia akan berbicara dengan Fiat menjadi hari yang amat ditunggu. Pembuktian apakah Jane berbohong atau tidak akan segera terbongkar.

       "Enjoy your day, Tapi tolong jangan lama lama ya Jane. Aku juga mau ngomong sama anak aku."

       Jane mengangguk, Terpaksa.




Yahh mau pisah:(

NEPENTHE ( Sequel Of 1000 Angsa Kertas )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang