Makna damai

467 72 5
                                    

       Krist menarik napas dalam, Menghembuskannya perlahan. Dari dalam mobil ia menatap sebuah rumah yang tak asing baginya. Rumah yang dahulu sering ia kunjungi untuk bermain, Menghabiskan masa remaja yang indah. Butuh banyak pertimbangan untuk Krist memilih jalan ini. Setelah dirasa siap, Krist turun dari mobil, Berjalan perlahan memasuki area rumah tersebut.

        Meski awalnya sempat ragu, Krist tetap mengetuk pintu rumah itu, Tak ada jawaban, Krist kembali mengetuk pintu. Cukup lama ia berdiri di depan rumah namun tak ada respon. Krist mulai putus asa dan berniat untuk pulang. Namun suara gaduh seperti seseorang yang membuka kunci membuat Krist mengurungkan niatnya.

       Tak lama kemudian seorang perempuan keluar dengan wajah dan celemek penuh tepung. Mata perempuan itu membulat melihat kehadiran Krist.

       "Namtan..." Panggil Krist. Ia tersenyum dan mendekati Namtan. Yang dipanggil hanya bisa mematung, Tak percaya Krist yang saat itu mengusirnya kini datang menemui dirinya.

       "Krist, M-masuk dulu. G-gg-gue bikinin minum." Namtan tergagap. Ia meraih jemari Krist, Mengajak laki laki itu masuk ke rumahnya. Banyak tepung dan bahan kue lainnya di meja.

       "Lo sekarang bikin kue?" Tanya Krist. Namtan mengangguk, Ia melepas celemek dan pergi ke dapur untuk membuat minuman.

       "Setelah karir gue hancur, Gue mutusin buat balik kesini lagi. Memulai semuanya dari awal. Gue bikin kue buat dijual online. Keuntungannya lumayan, Seenggaknya gue ngga perlu godain suami orang lagi. Lo tumben banget kesini, Ada masalah apa?" Ucap Namtan begitu ia kembali dari dapur.

       Krist menyeruput segelas sirup buatan Namtan.
       "Gue mau kita damai. Tuhan aja bisa ngasih kesempatan kedua buat hambanya, Kenapa gue ngga bisa dan malah bersikap angkuh? Kesalahan lo emang Fatal, Tapi disini yang salah bukan lo doang. Ngga adil kalo gue maafin Mas Singto tapi gue ngga maafin lo, Iya kan?"

       Namtan mengangguk. Ia bersyukur Krist masih berlapang dada dan bersedia memaafkannya setelah apa yang telah ia lakukan.

       "Percaya ngga percaya, Sebulan yang lalu gue berkomunikasi sama Fiat melalui Jane. Anak itu minta gue buat hidup bahagia dan lupain semua yang pernah terjadi. Gue mutusin buat lupain rasa benci gue ke lo, Karena lo temen gue."

       Mereka berdua berpelukan, Meleburkan rasa benci yang selama ini tertanam, Mengakar dan memisahkan keduanya. Sebelum pulang Krist berbincang dengan Namtan, Membicarakan betapa bodohnya mereka dahulu merebutkan satu pria.

       "Besok gue bakal pindah ke pinggiran kota. Papa setuju dan ikut gue pindah."
       "Terus kafe lo gimana? Mau ditutup gitu aja? Sayang banget Krist."
       "Gue percayain kafe itu ke Mike dan Jane. Mereka bisa bantu gue kontrol kafe dari jauh. Ah iya lo bisa titipin kue lo di kafe gue. Nanti gue yang ngomong ke Mike dan Jane. Udah dulu ya, Gue mau pulang. Ada satu orang yang harus gue temuin."

       Namtan mengantar Krist hingga di depan rumah. Sekali lagi mereka berpelukan. Mereka berdua saling melambai tangan sebelum Krist benar benar pergi meninggalkan rumah Namtan.

       "Makasih Krist, Semoga kebaikan lo dapet balesan yang setimpal."

●●●

       "Krist, Akhirnya setelah hampir sebulan kamu ngilang, Kita ketemu lagi. Saya kangen banget sama kamu." Ujar Singto yang mendapati Krist datang mengunjungi apartemennya.

       Singto hendak memeluk Krist, Namun ditolak. Krist mundur beberapa langkah dan tersenyum. Ia tak ingin melukai kepercayaan papanya lagi.

       "Kedatangan aku kesini cuma mau pamit. Besok aku mau pindah. Hubungan kita sampe sini aja mas."
       "Loh kenapa? Kamu kembali memutus hubungan kita yang udah baik baik aja? Kamu ngga takut Fiat kecewa?"
    
       "Ngga ada hubungan yang baik baik aja kalo itu didasari kebohongan. Aku ngga tau apa yang kamu cari dan apa yang kamu dapetin dari aku, Tapi  yang kita lakuin selama ini bukan berdamai mas. Fiat minta kita berdamai, Bukan bersatu melawan restu. Udah ya, Aku permisi."

       Seolah tak mau memberi Singto kesempatan untuk berbicara, Krist melangkahkan kakinya secepat mungkin, Mengabaikan singto yang terus memanggilnya.

       Usai berpamitan dengan dua orang yang sempat memporak porandakan kehidupannya, Krist mengunjungi kafenya. Ia berpamitan dengan para karyawan disana.

       "Bos Krist beneran ngga mau kesini lagi?"
       "Pasti nanti kesini lagi sih, Tapi buat ngecek kinerja kalian, Bukan buat pulang."

       Karyawan karyawan itu satu persatu memeluk Krist, Memberinya doa dan kata kata perpisahan.

       "Bos Krist, Kalo kesini aku bikinin caramel machiato yang enak deh."
       "Aku janji bakal belajar bikin latte art yang bentuknya ngga bikin ambigu."
       "Bos Krist... Maaf ya aku pernah suka sama bos."

       Krist tertawa, Orang orang ini juga turut andil mengambil bagian dalam cerita hidupnya. Mereka yang mau bertahan, Bekerja di kafenya yang kecil dan kadang sepi pengunjung. Mereka yang rela potong gaji saat Krist mengalami masalah finansial. Kafe dan karyawannya adalah rumah kedua bagi Krist.

        "Makasih ya, Orang orang baik."
      



VOTE NYA JANGAN SAMPE LUPAAAA

NEPENTHE ( Sequel Of 1000 Angsa Kertas )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang