Maafin aku, Ayah

449 74 10
                                    

       "Kak Jane mau kemana?" Tanya Fiat saat Jane berdiri dan berjalan menuju lemari.

       "Kak Jane marah sama aku ya?" Fiat terus bertanya lantaran tak mendapat respon dari Jane. Gadis itu tengah sibuk memilah baju yang ia punya di lemari.

       "Lo mending keluar dulu, Gue mau ganti baju."
       "Jawab dulu mau kemana, Kalo ngga jawab aku ngga mau keluar."
       "Nyari hiburan, Udah sana keluar."

       Sejujurnya Fiat masih agak bingung, Namun karena Jane terus memintanya keluar, Mau tak mau Fiat keluar dan menunggu Jane di depan kamar.

       Tak lama kemudian Jane keluar dengan pakaian yang masih terbilang santai namun lebih rapi. Tak ada lagi kaus oblong dengan celana sepaha yang biasa ia pakai. Jane nampak cantik dengan balutan kaus ketat dan rok pendek serba hitam.

       "Mau nonton konser rock?" Terselip nada mengejek dibalik pertanyaan Fiat.
       "Mau ngelayat ke pemakaman lo. Mau ikut ngga?"
       "Kemana?"
       "Pemakaman lo."

       Fiat mendengus kesal. Kalau saja ia tak butuh bantuan Jane, Mungkin sekarang dirinya sudah memaki maki gadis itu. Fiat hanya mengikuti Jane, Berdiri di depan rumah cukup lama hingga sebuah mobil menjemput mereka.

       "Malem Jane! Sekarang lo sibuk banget ya sampe ngga bisa nongki nongki." Sapa seorang gadis yang menyetir mobil. Namanya Janhae, Dia salah satu teman Jane.

       "Iya Jan. Selain sibuk kerja gue juga sibuk ngurusin bocah cerewet. Jadi ya kayanya malem ini gue butuh healing."
       "Siapa bocah cerewet?"

        Jane tak menjawab pertanyaan Fiat. Ia memasuki mobil yang disetir oleh Janhae. Didalamnya sudah ada Ciize yang menyambutnya.

       "Gile cantul banget lo malem ini Jane." Puji Ciize.
       "Lah gue mah cantik terus kali. Lo aja yang baru nyadar."

       Dari jok samping Janhae Fiat tertawa terbahak bahak. Selain Jane, Tak ada yang mendengar tawa hantu tersebut.

       "Lo bisa diem ngga?!" Bentak Jane. Ia tak suka ditertawakan oleh Fiat.
       "Gue dari tadi diem Jane." Janhae menjawab. Ia sedikit terkejut saat Jane membentaknya secara tiba tiba.
       "Eh bukan lo Jan, Maksud gue tuh... Suara hati gue. Nah iya suara hati gue ngga mau diem."

        Mendengar alasan tak masuk akal Jane, Tawa Fiat semakin meledak. Apalagi Ciize dan Janhae memasang wajah kebingungan.

●●●

       Gemerlap lampu diskotik menyambut mereka bertiga, Atau berempat dengan Fiat. Terdengar dentuman musik yang menggelegar memekakkan telinga. Dari sini Fiat tahu kalau hiburan yang Jane maksud adalah klub malam.

       Seumur hidup Fiat tak pernah menginjakkan ke tempat seperti ini. Tentu saja karena Krist yang over protektif padanya. Fiat memperhatikan orang orang yang menari di lantai dansa, Orang orang yang menenggak alkohol dan orang orang yang berpakaian terbuka.

       Mata Fiat melebar tatkala ia melihat sang ayah diantara banyak orang. Ayahnya duduk di sebuah sofa. Disekelilingnya ada beberapa wanita dengan pakaian minimalis, Menyuapinya makanan ringan.

       "Kak Jane, Itu ayah." Ucap Fiat. Namun Jane tak dapat mendengarnya karena suara musik yang begitu keras.
       "Kak Jane, Permisi ya."

       Fiat memasuki tubuh Jane. Ia lalu berjalan menuju tempat duduk Singto. Untuk pertama kalinya Fiat meminjam tubuh Jane.

NEPENTHE ( Sequel Of 1000 Angsa Kertas )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang