Setelah mengantar Krist ke rumah, Rupanya Jane tak langsung pulang. Ia naik ojek menuju taman kota. Tak peduli bagaimana keadaannya yang lusuh sekarang, Jane hanya ingin menghirup udara segar.
Di beberapa titik terlihat beberapa pasang muda mudi yang sedang dimabuk asmara.
"Mau es cekek ngga Fi?" Tanya Jane pada Fiat yang duduk di sampingnya.
"Ngga mau, Ngga boleh sama papa, Takutnya batuk."Mereka saling pandang sebelum akhirnya tertawa bersama. Orang orang menatap Jane dengan tatapan aneh, Namun Jane tak peduli. Ia tak keberatan jika orang lain menganggapnya gila.
"Yaudah gue beli es dulu." Jane berdiri dan meninggalkan Fiat untuk membeli es. Ia kembali dengan es di genggaman.
"Buset, Banyak banget. Apa ngga radang itu tenggorokannya kak?"
"Tenang aja, Tenggorokan gue bukan hati lo, Jadi ngga rapuh hehehe."Fiat memperhatikan Jane yang sedang menyeruput seplastik es. Sadar sedang di perhatikan, Jane salah tingkah sendiri.
"Ngapain lo liatin gue? Suka lo sama gue hah? Bukannya lo udah nolak gue?" Tanya Jane.
"Kak Jane diliat liat cantik juga. Sayang banget ya kita terlambat bertemu. Coba aja kalo kita ketemu pas aku masih idup."
"Kalo kita ketemu pas lo masih hidup, Ceritanya ngga bakal kaya gini Fi. Gue mungkin ngga jatuh cinta sama lo, Karena lo masih bareng June. Ngomong ngomong soal June, Gimana perasaan lo ke dia? Aman kah?"
Fiat mengacungkan ibu jari dan tersenyum lebar. Menjalani hari bersama Jane memberi perubahan pada diri Fiat. Anak itu menjadi sosok yang lebih dewasa. Dahulu ia bahkan tak bisa menerima perpisahan papa dan ayahnya. Namun kini Fiat bisa dengan cepat tersenyum lagi setelah mengetahui kenyataan bahwa June telah memiliki kekasih.
"Kak Jane, Kalo nanti aku udah ngga ada di sini, Tolong jagain papa ya. Walaupun perasaan kakak ke papa udah hilang, Aku mau Kak Jane jagain papa kaya kakak jagain aku."
Jane berhenti menikmati es yang sudah ia beli. Es yang semula terasa manis mendadak hambar. Seketika musnah rasa haus di tenggorokannya. Mengingat Fiat tak selamanya berada di sisinya membuat Jane sedih.
"Egois ngga kalo gue minta lo terus di samping gue? Ngga usah urus masalah dunia lo. Tetep di sini aja, Di samping gue. Gue ngga masalah walaupun lo bukan manusia. Jangan tinggalin gue."
Ucapan seperti ini memang sudah Fiat duga. Pada akhirnya manusia akan menjadi egois dan ingin memiliki sesuatu yang tak seharusnya ia miliki. Fiat menyenderkan kepala di bahu Jane, Matanya terpejam, Menikmati semilir angin malam yang terasa dingin.
"Emang Kak Jane ngga mau aku pergi dengan tenang? Keberadaan aku disini adalah sebuah kesalahan kak. Yang salah harus dibetulin. Dan Tuhan memilih Kak Jane untuk bantuin aku nyelesain urusan dunia, Bukannya malah melarang aku buat pergi. Itu namanya Kak Jane melawan Tuhan. Aku tau ini mungkin berat buat kakak, Tapi aku ngga bisa selamanya disini, Dunia kita beda."
Helaan napas Jane loloskan setelah mendengar jawaban dari Fiat.
"Gimana kalo nanti waktu lo dilahirkan kembali kita ngga ketemu? Atau gue udah ngga ada?""Kak, Pikiran kaya gini yang ada di kepala aku tiap hari. Gimana kalo nanti aku ngga di lahirkan di lingkungan papa? Gimana kalo kita ngga saling kenal? Gimana kalo aku dilahirkan di zaman yang berbeda? Atau gimana kalo aku ngga dilahirkan sebagai manusia? Aku takut dengan semua kemungkinan itu. Tapi aku udah cukup hidup sebagai pengecut, Apapun yang terjadi harus aku terima." Ucap Fiat. Ia berusaha terlihat tegar.
"Jangan lupain gue ya Fi, Gue juga ngga akan lupain lo. Gue ngga akan pernah lupa sama sosok hantu yang minta tolong ke gue di rooftop kafe dan ngikutin kemanapun gue pergi. Hantu yang suka minum susu cokelat, Jadi cengeng kalo udah berhubungan sama papanya, Dan ngga tumbuh tinggi walaupun udah minum banyak susu."
"Yang terakhir harus banget diinget?" Ucap Fiat sewot. Sejak ia masih hidup, Fiat memang akan marah jika orang lain mengungkit ungkit soal tinggi badannya. Fiat bisa marah berhari hari jika temannya meledek dan mengatakan kalau Fiat sulit tinggi padahal sudah banyak minum susu.
"Tapi gue suka cowok pendek kok, Karena gue sendiri tinggi. Kalo pendek kan enak ngerangkulnya." Jane mencoba menghibur Fiat.
"Udah ah, Ayo pulang. Kak Jane tambah malem tambah ngeselin."
●●●
Jane dipaksa bangun dari mimpi indahnya oleh bunyi klakson mobil dari luar rumah. Begitu Jane membuka mata, Tak terlihat Fiat didekatnya. Jane panik bukan main, Baru semalam ia membicarakan soal perpisahan dengan Fiat, Tak mungkin sekarang Fiat meninggalkan Jane.
"Aku disini kak." Tutur Fiat yang sedang duduk di atas lemari. Ia tersenyum jahil karena sukses membuat Jane panik sepagi ini.
"Astaga Fiat, Serius deh lo bikin gue khawatir tau ngga."
"Hehehe sorry, Eh ada mobil tuh diluar. Dari tadi klaksonin mulu."Setengah malas Jane bangun dan berjalan keluar untuk menemui orang bermobil tersebut.
"Eh Kak Mike! Kesambet apa pagi pagi kesini? Masuk dulu kak."
"Gila masih bau iler, Baru bangun lo ya?"Jane melotot dan memukul bahu Mike. Yang dipukul hanya tertawa, Menyenangkan rasanya bisa kembali bercanda dengan Jane.
"Jane rumah lo hawa nya ngga enak banget kaya ada setannya."
"Emang ada, Kak Mike kesini cuma buat ngeroasting kehidupan aku?"
"Hahahaha ngga lah, Gue mau ngobrol soal Krist."Jane mengangguk, Obrolan mereka pagi ini mungkin akan cukup lama. Maka dari itu ia meminta izin untuk mandi sebentar.
"Om Mike, Udah lama banget yakan kita ngga ketemu." Ucap Fiat yang duduk di samping Mike. Mike merasakan bulu kuduknya berdiri, Ada perasaan janggal yang tak dapat dijelaskan.
"Beneran ada hantunya ini mah, Gue nunggu di luar aja dah." Mike bergidik ngeri. Ia lalu pergi ke teras rumah Jane. Sayangnya Fiat tak akan membiarkan teman papanya sendirian, Ia terus mengikuti Mike dan mengajak laki laki itu berbicara meskipun tak mendapat respon.
Mike menjadi gelisah tanpa sebab. Dirinya tak tahu kalau ada Fiat yang mengganggunya. Untungnya, Jane segera tiba dengan rambut yang masih basah.
"Kok duduk di luar?" Tanya Jane. Ia sebenarnya tahu Mike pergi pasti karena merasa terganggu oleh kehadiran Fiat.
"Ah ngga, Gue butuh udara segar aja."
"Maksud kakak udara di rumah aku ngga segar?"
"Ng-Ngga gitu Jane. Enakan di luar aja hehehe."
"Halah bilang aja takut. Ngomong ngomong gimana kondisi Kak Krist sekarang?"Mike mengangkat bahu. Wajahnya tampak sedih.
"Masih belum membaik. Dia bahkan ngga mau makan. Gue takut dia kenapa napa. Dia juga nanyain lo, Nanyain Fiat. Gue ngga tau apa hubungan lo sama Fiat tapi beberapa kali dia nyebut nama lo. Krist jadi kaya orang linglung, Persis kaya waktu Fiat baru meninggal. Gue berharap lo mau sesekali dateng ke rumah Krist buat hibur dia. Siapa tau kehadiran lo bisa bantu Krist kembali seperti semula. Itu aja sih yang mau gue bilang ke lo. Kata om Jake kafe Krist dititipin ke lo ya? Nanti kita ngobrol lagi di sana. Gue pamit dulu ya Jane, Harus kerja soalnya.""Iya kak, Hati hati ya." Jane mengantar Mike hingga di depan mobil. Mereka berdua saling melambai tangan. Jane terus berdiri di depan rumah hingga mobil Mike lenyap dari pandangan.
"Kak Jane, Ke rumah papa yuk." Ucap Fiat yang disambut anggukan kepala Jane.
Yey double up! Don't forget to vote yaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
NEPENTHE ( Sequel Of 1000 Angsa Kertas )
FanfictionSetelah kepergian Fiat, Krist masih harus melanjutkan sisa hidupnya. Mencoba berdamai dengan masa lalu dan menata masa depan, Menghadapi lika liku, Pahit manis dan suka duka kehidupan. Kisah baru mulai Krist tapaki, Hingga akhirnya ia bertemu dengan...