Singto turun dari mobil dan berjalan memasuki kafe milik Krist. Sayang disana ia hanya menemukan beberapa pengunjung kafe dan Jane yang sibuk menyapu lantai. Padahal niatnya Singto ingin berjumpa Krist setelah beberapa hari tak bertemu.
Melihat Jane, Singto lantas naik pitam. Sudah tertanam di pola pikirnya kalau Jane adalah pembawa pengaruh buruk bagi Krist.
"Harus berapa kali lagi saya bilang? Jangan pernah ada di dekat Krist lagi. Kamu bisa loh nyari pekerjaan lain selain ini. Apa perlu saya cariin kamu kerjaan? Ngga puas kamu bikin Krist histeris kaya kemarin?!" Tanpa basa basi Singto menyerang Jane dengan kalimat kalimat bernada tinggi.
Jane tak gentar sedikitpun mendengar penuturan Singto. Ia yang sudah kepalang benci menatap Singto dengan tatapan benci. Jane membanting sapu yang semula ia pegang ke lantai dengan begitu kencang.
"Kalo mau ngomong ngaca dulu. Minimal intropeksi diri. Lo pikir bos gue kemarin jadi kaya gitu karna apa? Karena mantan bini lo. MANTAN. BINI. LO." Jane mendekati Singto dan menunjuk nunjuk wajah laki laki itu.
"Gini deh ya, Pak Singto tukang manipulasi, si paling playing victim, Diantara gue dan lo, Yang harusnya pergi dari kehidupan Kak Krist itu ya lo. Bahkan Papanya Bos Krist aja ngelarang dia buat ketemu lo. Sedangkan gue? Gue dipercaya buat jagain kafe ini selama Kak Krist menjalani proses pemulihan." Tutur Jane dengan senyum bangga.
Tangan Singto mengepal. Wajah Jane terlihat sangat menyebalkan di matanya. Untungnya Singto masih bisa menahan amarahnya.
"Kamu pikir setelah papanya Krist tau apa yang kamu lakuin ke dia, Perlakuannya akan tetep sama? Jangan lupa Jane, Kamu juga pernah ngungkit soal Fiat di depan Krist."
Jane tertawa, Tawanya masih belum terhenti bahkan saat ia mengambil sapu yang beberapa waktu lalu terlempar.
"Yakin belum tau? Lo tanya sendiri gih. Beliau bahkan tau kalo Fiat masih ada di sekitar Kak Krist, Di sekitar putranya sendiri. Mau sekuat apapun lo berusaha nyingkirin gue, Gue tetep selangkah didepan lo." Ucap Jane dengan nada bangga. Ia puas melihat wajah masam Singto.
Dengan sekali decihan Jane berbalik badan, Meninggalkan Singto dengan semua emosi yang meluap luap. Fiat yang sedari tadi menonton perdebatan mereka hanya diam, Menatap ayahnya dengan tatapan datar. Ia tak keberatan mendengar Jane memaki sang ayah. Perasaan sayang untuk Singto telah memudar, Seiring dengan terbukanya sifat asli ayahnya.
"Untungnya Tuhan menghadirkan Namtan ke rumah tangga kalian, Jadi Papa ngga harus berlama lama menjalin hubungan dengan manusia aneh kaya ayah. Untung juga Tuhan menahan aku di dunia ini, Jadi aku bisa melihat kelakuan asli ayah." Gumam Fiat.
●●●
"Jane, Sebenernya apa sih masalah lo sama Pak Singto? Lo sampe seberani itu ngomong pake lo-gue ke Pak Singto. Kayanya masalah kalian berat banget ya." Ucap Aye, Teman kerja Jane.
Jane tak menjawab, Ia sibuk menyiapkan pesanan. Berbicara tentang Singto membuatnya kesal. Meskipun sudah 2 jam yang lalu Singto pergi meninggalkan kafe, Suasana suramnya masih terasa.
"Kalo lo sepenasaran itu, Mending lo langsung tanya aja ke Singto. Jangan tanya gue."
"Buset, Main Singto Singto aja lo, Tuaan dia woi daripada lo. Lo mah anak kemaren sore, Berani bener tuh mulut. Tiati diomelin Bos Krist."Jane memutar bola matanya. Ia memang sudah tak memiliki sedikitpun rasa hormat pada Singto. Dirinya lebih menghormati sosok hantu seperti Fiat dibandingkan orang itu.
Baru beberapa langkah Jane keluar dari dapur, June sudah mencegatnya. Dengan senyum lebar gadis itu melambaikan tangan. Jane sudah dapat menebak maksud kedatangan anak itu.
"Kak Jane, Fiat nya ada di sini ngga?" Tanya June setengah berbisik. Entah sejak kapan mereka berdua menjadi akrab.
"Ada ngga yaaa...." Jawab Jane setengah meledek. Sebenarnya ada sedikit rasa cemburu melihat June mencoba mencari Fiat kembali.June menghela napas karena tak langsung mendapat jawaban.
"Hahahaha ada kok, Tapi aku kerja dulu ya, Nanti kita ngobrol ngobrol lagi.
"Siap! Semangat Kak Jane."●●●
Sudah 15 menit June menatap Jane. Kedua mata mereka beradu pandang hingga membuat Jane tak nyaman. 3 menit sekali June mengajukan pertanyaan yang jawabannya selalu sama.
"Ini Fiat bukan?" Tanya June. Jane menggeleng sambil mengulum senyum.
"Ini Fiat bukan?" Dengan senyum yang masih sama Jane menggeleng. June mendesah pelan. Ia berharap Fiat kembali merasuki tubuh Jane seperti hari itu.
Senyum Jane memudar tatkala melihat Fiat yang duduk di samping June tersenyum menatap wajah gadis itu. Posisi mereka terlalu dekat, Meskipun June tak merasakannya.
"Kata Kak Jane dia ada di sini. Panggil dong."
"Kalo udah disini ngapain dipanggil?"
"Ya maksud aku Fiat nya disuruh masuk ke tubuh kakak. Aku mau ngobrol."
"Ngobrol sama aku kan bisa. Lagian Fiat nya ngga mau masuk, Ngga bisa dipaksa." Terlihat jelas kekecewaan di mata June. Menyadari itu, Senyum Fiat turut memudar."Kak Jane, Hibur June dong." Pinta Fiat.
"Hah? Hibur? Lo pikir gue badut? June, Fiat tuh emang anaknya suka ngelunjak ya? Dia minta aku buat hibur kamu." Ucap June to the point."Fiat nya di sebelah mana kak? Please kasih clue dong."
"Cla clue cla clue, Noh di sebelah kamu."June segera mengubah posisi duduknya, Namun bukannya berhadapan, June justru duduk membelakangi Fiat.
"Eh anu, Sebelah kanan June bukan sebelah kiri."
"Ah iya iya. Fiat, Kalo lo beneran ada di sini, Gue harap lo bersedia masuk ke tubuh Kak Jane lagi. Ya? Please... Masih banyak yang mau gue omongin sama lo, Gue juga punya banyak cerita yang mau dibagiin ke lo. Kasih tau gue kalo nanti lo udah masuk ke tubuh Kak Jane lagi ya. Gue harus pergi, Ada urusan. Padahal tadi gue sengaja ngulur waktu biar bisa ngobrol sama lo. Yaudah Kak Jane, Aku pamit pulang ya."Jane mengangguk dan mengantar June hingga depan kafe, Mereka saling melambaikan tangan. June berjalan perlahan meninggalkan kafe milik Krist itu.
"Tanpa diminta, Gue juga bakal senang hati jagain Fiat." Gumam Jane pelan, Sangat pelan.
Jangan lupa vote!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
NEPENTHE ( Sequel Of 1000 Angsa Kertas )
FanfictionSetelah kepergian Fiat, Krist masih harus melanjutkan sisa hidupnya. Mencoba berdamai dengan masa lalu dan menata masa depan, Menghadapi lika liku, Pahit manis dan suka duka kehidupan. Kisah baru mulai Krist tapaki, Hingga akhirnya ia bertemu dengan...