Apa yang lebih menyakitkan bagi Fiat selain mendengar ucapan ayahnya tadi malam? Seharian ia hanya terdiam, Mengikuti Jane kemanapun gadis itu pergi. Berulang kali Jane menanyakan keadaannya, Tak peduli apa yang orang lain lihat. Ia benar benar khawatir melihat Fiat yang biasanya aktif kini hanya bungkam.
"Fiat, Lo beneran ngga mau cerita? Mumpung gue belum berangkat kerja nih."
"Nanti aja kak. Mending Kak Jane berangkat kerja dulu."
"Yaudah lo mau apa biar ngga sedih lagi, Gue traktir deh."
"Ngga usah kak."Jane menghela napas. Percuma ia membujuk Fiat sedemikian rupa. Pada akhirnya anak itu hanya menolak semua tawarannya dan memilih diam.
Selama bekerja Jane terus memperhatikan Fiat yang terduduk di salah satu kursi, Memandangi orang berlalu lalang dengan tatapan sedih.
"Selamat datang, Silahkan." Jane tersenyum ramah menyapa seorang gadis berwajah cantik yang memasuki kafe. Ia memakai dress selutut dengan arloji kecil melingkar di pergelangan tangannya.
"Om Krist nya ada ngga kak?" Tanya gadis itu.
"Oh Kak Krist nya lagi keluar. Ada urusan apa ya? Nanti biar saya yang sampein."
"Kakak karyawan baru ya?" Jane mengangguk.
"Pantes, Saya cuma mau ngobrol sama Om Krist. Semua orang disini udah kenal saya kok kak."
"Ah gitu ya, Kalo gitu silahkan duduk dulu, Mungkin bentar lagi Kak Krist balik."●●●
"Kak Jane, Tau ngga cewe di depan tadi siapa?"
"Siapa?"
"June!!"Tak heran jika ekspresi Fiat berubah begitu gadis itu memasuki kafe. Rupanya ia adalah June, Seseorang yang pernah atau mungkin masih Fiat cintai.
"Pantes tadi lo langsung semangat. Samperin gih, Lo mau ngomong sama dia?"
"Mau, Emang boleh minjem tubuh Kak Jane?"
"Boleh, Asal ngga aneh aneh."
"Janji ngga dipake buat aneh aneh. Kak Jane emang the best!"Rasanya melegakan melihat Fiat kembali ceria. Jane menunggu saat yang tepat untuk bisa berbicara dengan June.
"Eh itu pesenannya June kan? Biar gue aja yang anter." Ucap Jane. Ia mengambil alih pesanan June dari tangan karyawan lain dan membawakannya ke sang pemesan.
Terlihat June dan Krist sedang berbincang. Laki laki itu sudah kembali beberapa menit yang lalu.
"Kamu kesini sendirian June?" Tanya Krist pada gadis itu. June menggeleng."Tadinya mau sama Mick, Tapi dia nya ada urusan. Yaudah deh kesini sendirian."
"Mick? Mick siapa?"
"Pacar aku, Rencana nya sih aku mau kenalin dia ke Om Krist hari ini tapi gagal.""P-permisi." Jane meletakkan french toast dan milkshake oreo yang dipesan oleh June. Ia agak tergagap setelah tak sengaja mendengar pembicaraan dua orang didepannya.
"Makasih ya kak." Ucap June. Jane mengangguk dan tersenyum lalu pergi ke belakang. Saat berbalik badan matanya tak sengaja menatap Fiat yang mematung di belakangnya.
"Lo ngga papa?" Tanya Jane tanpa suara pada Fiat. Yang ditanya hanya mengangguk pelan. Jane tahu Fiat tak benar benar baik baik saja.
"Kak Jane ke belakang aja dulu, Nanti aku nyusul."
Fiat terus berdiri di tempat memperhatikan gadis cantik bernama June itu tersenyum sembari bercerita pada Krist. Gadis itu dekat namun tak tergapai. Senyumnya tak lagi bisa Fiat nikmati, Karena ia bukan lagi alasan mengapa June tersenyum begitu lebar.
"Jadi... Udah move on dari Fiat nih?"
"Aku ngga bisa nyebut perasaan ini sebagai 'Move on' Om. Ini lebih ke fase rela dan sadar kalo sampe kapanpun Fiat udah ngga akan pernah balik lagi. Aku butuh sandaran, Setelah ditinggal Joe dan Fiat. Mick dateng ke kehidupan aku dan perlahan bantu aku bangkit. I really love him. Aku ngga bisa jadi sekuat ini kalo ngga ada dia.""Bener June. Gue emang ngga akan pernah bisa kembali lagi, Gue ngga akan pernah bisa jadi sandaran buat lo. Lo berhak bahagia sama yang lain. Cewek sekuat lo butuh penopang yang sempurna. Maaf cuma bisa jadi luka buat lo. Maaf gue ngga bisa ngelap air mata lo. Maaf karena gue ngga bisa nepatin janji buat ngga pergi ninggalin lo. Maaf June."
Lagi lagi semua berjalan tak sesuai dengan ekspektasi. Hati June bukan miliknya lagi. Namun Fiat dapat memaklumi itu. Tak ada yang sama untuk waktu yang lama. June bisa berubah kapan saja. Yang bisa Fiat lakukan hanya menerima kenyataan kalau June sudah milik orang lain.
Tak ingin hatinya semakin patah, Fiat memilih untuk pergi ke belakang menemui Jane. Namun ia tak dapat menemukan Jane di sana. Satu satunya tempat yang sudah pasti Jane kunjungi adalah rooftop. Dan benar saja, Jane sudah duduk menikmati semilir angin malam.
"Kak Jane..." Fiat memanggil Jane dengan suara lirih.
"Lo ngga papa?" Masih dengan pertanyaan yang sama, Jane lontarkan pada Fiat. Namun kali ini Fiat menggeleng lalu mendekati Jane, Membuat gadis itu berdiri dan merentangkan tangannya.Mereka berdua berpelukan, Jane membiarkan Fiat menangis di pelukannya.
"Kita... Udahan aja ya kak bantuin aku nya. Aku ngga papa jadi hantu luntang lantung." Ucap Fiat, Ia sudah putus asa.
Jangan lupa vote nyaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
NEPENTHE ( Sequel Of 1000 Angsa Kertas )
FanfictionSetelah kepergian Fiat, Krist masih harus melanjutkan sisa hidupnya. Mencoba berdamai dengan masa lalu dan menata masa depan, Menghadapi lika liku, Pahit manis dan suka duka kehidupan. Kisah baru mulai Krist tapaki, Hingga akhirnya ia bertemu dengan...