Nerima perjodohan?

415 54 118
                                    

Sebelum baca, vote terlebih dahulu biar enak membacanya.

-H A P P Y R E A D I N G-


Sesampainya di sekolahan Vina melihat Varo dan kedua teman-temannya di koridor. Ia tidak menghiraukan keberadaan Varo dan kedua temannya. Ia berjalan dengan sedikit cepat untuk segera memasuki kelasnya.

"Woilah tumben baru datang, kesiangan lagi ya?" tanya Alice.

"Angkutan penuh semua," jawab Vina sembari duduk di sebelah Alice.

Alice mengangguk-ngangguk, lalu ia tak sengaja melihat wajah Vina yang tidak kayak biasanya.

"Vin, mata lo kenapa sembab gini anjir?" tanya Alice sembari memegang wajah Vina.

"E-enggak kok," jawab Vina terbata sembari melepaskan tangan Alice dari wajahnya.

"Jangan bohong Vin, lo kenapa? Cerita sama gue," ujar Alice sembari menatap wajah Vina dengan tatapan mengitrogasi.

Vina diam saja sembari menunduk.

"Jawab Vina, lo kenapa?" tanyanya lagi.

Masih tidak ada jawaban dari Vina.

Alice membuang napas kasar lalu ia memegang pundak Vina seraya untuk menatap kepadanya.

"Jangan ada yang di tutup'in, kita sudah sahabatan sejak lama, kita harus saling terbuka satu sama lain, dan kita juga harus saling membantu," jeda Alice.

"Lo kenapa? Ada masalah apa? Sini cerita sama gue," lanjut Alice.

Alice memejamkan mata sebentar lalu membukanya lagi, "Gu-gue mau dijo-jodohin," ujar Vina sembari menahan tangis.

Alice melebarkan kedua matanya, "APAA?!!" teriak Alice membuat seisi kelas langsung menatap kepadanya. Alice yang tau dirinya di tatap, langsung membekap mulutnya sendiri.

"Lo, serius?" tanya Alice lagi, kali ini ia tidak berteriak.

Vina mengangguk sebagai jawabannya.

"Dijodohin sama siapa?" tanya Alice.

"Va-varo," jawab Vina sembari memejamkan matanya.

Lagi-lagi Alice dibuat terkejut dengan jawaban Vina.

"APA!? Buset, lo seriusan mau dijodohin sama si Varo?" tanya Alice.

"Iya"

"Terus lo nerima perjodohan ini?" tanya Alice.

Vina menatap wajah Alice, "Gue gak mau dijodohin Lice, Gue gamau nikah muda, gue masih pengen menikmati masa remaja gue," sahut Vina dengan mata berkaca-kaca.

Alice langsung membawa Vina kedalam dekapannya sedetik kemudian Vina langsung menangis di dalam dekapan Alice.

"Gue ngerti perasaan lo sekarang, kalau lo gak siap nerima perjodohan ini lo gak usah maksain, karna nikah bukan permainan. Nikah bukan sekedar nikah. Tetapi, nikah harus barengan dengan hati yang ikhlas. Bukan hanya hati yang ikhlas melainkan harus dibarengi dengan kecintaan, kasih sayang. Percuma kita nikah, kalau kita gak cinta," tutur Alice sembari mengusap punggung Vina.

"Tapi gue gak bisa nolak permintaan nyokap-bokap gue Lice, gue gak mau bikin mereka sedih," jawab Vina.

Alice melepaskan pelukannya, "Jangan mentingin orang lain dulu Vin, lo juga harus mentingin diri lo sendiri. Jangan pernah maksain sesuatu dengan keterpaksaan, karena itu gak bakalan pernah baik untuk kedepannya. Lo boleh kasihan sama orangtua lo, tapi orangtua lo mikir sama perasaan lo gak? Gue gak ngelarang lo buat nikah, tapi ini masalah hati lo. Lebih baik lo matengin lagi aja pikiran lo, gimana baiknya, gue bakal dukung lo kok."

A L V I N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang