02

1.8K 199 22
                                    


Tegar tanpa sengaja, menjadi kuat karena di paksa.
Beginilah keadaan, berjalan sesuai alur takdir bukan keinginan yang kita ukir.
di lukai,di caci. Menjadi makanan sehari-hari.
Mentari mejadi saksi.
Sedangkan di malam hari, rembulan menjadi saksi akan tangis yang tak pernah kering.
Saat malam, menjadi diri sendiri.
Saat pagi, kembali dengan topeng senyum rekayasa.
Entah kapan semua berakhir, yang jelas pedih ini, begitu nyata.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Di rumah

"ANAK SIALAN! KELUAR KAMU. SAYA AKAN MEMBERI MU PELAJARAN," Teriakan sang Ayah megema di rumah itu

"Apa dia buat masalah lagi Yah?" Tanya vino

"Dia telah membuat malu Ayah Boy!" Kesal sang Ayah

"Sudah Ayah tentang saja biar aku urus gadis gak berguna itu!" Ucap vino

"Baik lah. Ayah serahkan pada mu Boy," Ucap sang Ayah dengan senyum mengerikan

Vino pergi menuju ke kamar Aisyah. Setelah sampai di depan pintu, taiba tiba vino menghentikan lagkahnya

Dia melihat kearah Aisyah yang tengah menagis di pojok ranjangnya

"Andai lo bukan penyebab kematian bunda. Mungkin gue akan sayang sama lo" Batin vino menatap ke arah sang adik dengan rasa sedikit prihatin

"Tapi gara gara lo bunda gue meningal! Gue jadi gak bisa gerasain kasih sayang bunda! Gue benci sama lo Aisyah!" Batin vino penuh amarah

Vino membuka keras pintu kamar Aisyah, Ia masuk dengan membawa sepotog kayu panjang tidak terlalu besar.

Aisyah tersentak dan melihat ke arah pintu kamarnya. Betapa terkejutnya Ia saat melihat sang kakak yang datang dengan membawa sepotog kayu

"Ya Allah tolong lindungi aku, aku takut" Batin Aisyah dengan airmata yang mengalir semakin deras

"BERDIRI!" pinta vino dengan nada membentak

Aisyah menggeleg kuat untuk menolak

"BERDIRI GUE BILANG!!" suara vino kini makin mengeras

Aisyah terus saja menggeleng

Tampak raut wajah vino yang makin memerah, dia dengan paksa menyeret tangan Aisyah agar berdiri

Aisyah mencoba menghindar dan Memberontak, namun apalah daya dia begitu lemah

Vino mendorong tubu Aisyah ke lantai. Satu persatu cambukan mendarat di tubuh Aisyah

"Aa.... Hiks.. Hiks.." Hanya itu yang dapat keluar dari bibir tipis Aisyah

Air matanya tesur menerus mengalir, "sakit" Hanya itu yang dapat Aisyah rasakan sekarang

"Ya Allah skit, bantu aku" Batin Aisyah

.....

😭😭𝙞𝙣𝙞 𝙜𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙨𝙞𝙝 𝙨𝙪𝙖𝙧𝙖 𝙘𝙖𝙢𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖.
....

Aisyah terus saja berdoa dalam hati. Dia memohon semoga ada orang yang dapat membantunya sekarang

"Sudah cukup Boy." Vano pun meghetikan aksinya

"KAMU! Keluarga sanjaya ada di bawah. Kamu harus menuruti apa yang saya bilang jika kamu membantah. Maka malam ini adalah terakhir kalinya kamu bisa bernapas. PAHAM!!" Tekan sang ayah

Aisyah mengangguk lemah.

"Tutupi lukamu itu. Jangan sampai keluarga sanjaya melihatnya!" Ucap sang ayah

"Ni Baju kamu pakek. Jangan malu maluin!" Ucap sang ayah lagi sambil melempar baju itu ke arah Aisyah.

Ayahnya keluar di susul oleh kakaknya.

Aisyah perlahan berdiri, badanya kini begitu sakit. Rasanya tulang tulangnya patah dan nyeri

"Aku tutupin pakek apa ya? Aku gak punya alat rias," Batin aisyah bingung

"Terus bajunya gimana ya? Masa aku harus pakek baju yang dikasih ayah itukan kebuka banget" Saat sedag memikirkan hal itu. Tiba tiba seorang ART masuk ke kamar Aisyah

"Non Aisyah pasti sedag bingung kan? Maaf non tadi saya menguping pembicaraan no dengan tuan besar. Mari non bibik bantu, dan masalah baju..." ART itu megantug ucapanya

Dia mengeluarkan sesuatu dari plastik hitam yang Ia bawa

"Tada... Ini ada baju sengaja bibi belikan buat non. Tapi maaf ya, bajunya murahan," Ucap ART itu sambil menunduk. Sebut saja nama ART itu Bik wati.

Aisyah tersenyum. Dan mulai mengerak gerakan taganya
"Terimakasih.Bik"
Arti gerakan tagan Aisyah

Untungnya bi wati bisa mengunakan bahasa isyarat.

"Ya non sama sama, " Ucap bi wati sambil tersenyum

Bi wati pun mulai membantu Aisyah bersiap siap

.
.
.
.
.
.

𝘿𝙞 𝙧𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙢𝙪....

Aisyah kini telah bergabung dengan orang orang itu. Maya dia terpukau dengan penampilan Aisyah yeng mengunakan pakaian Syar'i, tampak Aisyah begitu terlihat angun

Berbeda halnya dengan sang ayah. Yang geram melihatnya, sang ayah pikir bahwa Aisyah sedang mempermalukan nya sekarang

"MasyaAllah nak. Kamu cantik sekali." Puji maya

Aisyah membalasnya dengan senyum manis

"Kampungan" Batin seseorang orang itu adalah Bumi

"Jadi begini, saya sudah membicarakan soal perjodohan ini lagi ke Aisyah. Dan dia menyetujuinya, benarkan Aisyah?" Sang ayah menatap Aisyah dengan tatapan seolah igin membunuh

Aisyah menganguk lalu tersenyum

"Soal yang di kafe itu. Aisyah ingin meminta maaf pada kalian semua," Ucap sang Ayah

Aisyah menatap sag ayah, yang seperti nya tagah memberikan kode padanya

Aisyah yang mengerti pun. Mengambil pulpen dan secarik kertas yang ada di dekatnya

"ᴍᴀᴀғ ᴀᴛᴀs ᴋᴇᴊᴀᴅɪᴀɴ ᴅɪ ᴋᴀғᴇ. sᴀʏᴀ ᴡᴀᴋᴛᴜ ɪᴛᴜ ᴄᴜᴍᴀɴ sʏᴏᴋ, ᴊᴀᴅɪ sᴀʏᴀ ᴍᴇɴɢᴀᴍʙɪʟ ᴋᴇᴘᴜᴛᴜsᴀɴ sᴇᴄᴀʀᴀ ᴛɪᴅᴀᴋ sᴀᴅᴀʀ" Tulis Aisyah di kertas itu

Maya yang membacanya tersenyum lembut. Lalu menyerahkan kertas itu kepada suami dan anaknya

Bumi yang membaca nya kesal.

"Sit! Awas lo gadis bisu. Lo berani bermain main dengan gue" Batin Bumi marah besar

Aisyah yang melihat raut marah di wajah Bumi hanya bisa menunduk

"Setiap langkah yang aku pilih. Selalu saja bertemu pada luka yang lain" Batin Aisyah

"Tapi aku percaya. Allah telah menyiapkan hal paling indah yang tak pernah ku duga duga nantinya, semoga aku bisa segera mendapatkan kebahagian itu. Walau hari itu adalah hari terakhir untuk ku di dunia" Batin Aisyah lagi. Dia berusaha agar tidak menangis


JEJAK LUKA AISYAH  [𝗘𝗻𝗱]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang