Sepertinya aku cenderung impulsif yang kadang suka maksa diri buat bodo amat sampai tahu-tahu bingung apa aja yang udah dikerjain tanpa pikir panjang haha
Tahu-tahu bikin ini. Tahu-tahu bikin itu. Tapi cuma dikit yang kelar.
Kadang pengin nangis kalau inget banyak waktu udah terbuang, tapi sesuatu yang lagi dikerjain itu nggak beres eh malah mulai sesuatu yang baru lagi.
Kayak ngeliat info lomba nulis, mau nulis itu. Padahal masih ada tanggung jawab menyelesaikan naskah on-going.
Dan sekarang tiba-tiba buka cover shop, upgrade skill gambar lagi sampai mumet, dan nggak tahu bakal manjang atau nggak karena belum ada yang pesen😂
Tiba-tiba buat itu secara impulsif karena pengin aja.
Awalnya memang gambar-gambar karena gabut (kerjaan lagi berhenti dulu) tapi lama-lama kayak bosen kalau nggak ada motivasi.
Seperti menyenangkan orang lain dengan hasil tangan kita dan juga menyenangkan hatiku karena dapat bayaran😂
Dan melakukan hal secara mendadak sampai sangat serius untuk beberapa waktu sering banget aku lakuin. Kayak capek sendiri lama-lama.
Contohnya aku niat bikin konten promosi ig, udah jadi nih beberapa. Tinggal jalan eh niat buat promosi menguap gitu aja karena datang hal baru lagi.
Dan aku baru sadar kalau segala hal yang berhasil aku lakukan adalah karena berkompetisi.
Bisa dengan orang lain, waktu, bahkan diriku sendiri.
Sayangnya kalau aku berkompetisi sama diri sendiri itu kurang bisa disiplin karena nggak ada 'hukuman' yang kalau misal kita gagal melakukan sesuatu itu.
Kalau kerja sama sama orang lain, aku bisa dapat tekanan.
It's kinda weird. But, it's me.
Kayak aku berhasil nulis 100rb kata sebulan itu karena aku pengin ikut lomba nulis.
Nulis satu buku 15 hari juga udah dua kali. Lagi-lagi karena lomba.
Lebih cepat namatin cerita di akun daydreamproject10 ketimbang akun sendiri juga karena aku merasa ada orang-orang yang berjalan bareng aku, dan aku nggak mau kalah ketinggalan dari mereka.
Jujur agak sebel si karena cuma aku yang berkompetisi di DDP 2.0 🤣 sisanya belum lanjut-lanjut nulis lagi padahal kesepakatannya udah ini itu yang pada akhirnya ga disepakati.
Dan setelah itu beres, aku merasa kosong.
Kayak jadi bingung harus ngapain ya hari ini? Apa si yang harus lo kerjain?
Padahal ada banyak list cerita yang pengin banget aku tamatin. Tapi ya melawan diri sendiri itu susah banget.
Ini juga mungkin relate sama kalian yang ingin melakukan sesuatu, sesederhana posting foto estetik di ige deh. Tapi musuh terbesar itu bukan ide, bukan tenaga, bukan waktu, melainkan rasa malas.
Dan rasa malas bisa berkamuflase jadi apa pun.
Kayak, "Ah, besok aja kan bisa." (Kayak masih napas aja besok #eh)
"Duh, tapi film ini rame banget." (Padahal bisa nonton kalau udah kelar kerjaan.)
"Aku sibuk banget, nggak bisa ngatur waktu." (Kadang waktu itu bukan disisain, tapi disediain).
Oke, kalimat terakhir agak nusuk ya wkwk
Dan sepertinya, rasa malas juga sedang berkamuflase jadi rasa 'ingin berkompetisi' pada diriku, again.
Beberapa waktu aku bisa mengatur waktu karena membuat checklist harian, tapi ketika ada situasi yang membuatku terpaksa nggak bisa menyelesaikan semua checklist. Besoknya berantakan lagi🤣
Hidup ini emang tempatnya menyesuaikan. Nggak ada kehidupan yang statis. Hidup itu dinamis.
Maksudnya, dulu kamu anak SD yang jajan seribu aja udah cukup bikin perut kenyang, tapi ketika kamu SMP harus makan nasi baru kenyang. Dulu kamu seorang anak satu-satunya, tiba-tiba muncul adik yang menjadikanmu kakak.
Ritme kehidupan kita pun bakal ikut berubah karena situasinya sudah nggak sama lagi.
Misal yang biasanya ritme idupmu dibangunin emak bapak, pas ada adik, kamu yang harus bangun duluan untuk bangunin adik kamu.
Ini cuma contoh kecil. Tapi perhatiin lagi deh dalam keseharian kamu. Pasti selalu ada ritme yang berubah dari waktu dulu dan sekarang. (Aku yakin jadi banyak yang kena gejala remaja jompo karena rebahan mulu sejak covid-19🤣)
Ritme kehidupan berubah. Sikap kita sama diri kita sendiri pun HARUS berubah.
Karena aku pernah dengar kalimat yang bunyinya, "Melakukan hal-hal sulit akan membuatmu mudah. Melakukan hal-hal mudah akan membuatmu sulit."
Contohnya, produktif itu sulit tapi dampaknya akan mudah untuk kita di masa depan karena skill meningkat atau kalau kerja bisa naik jabatan misalnya.
Sedangkan rebahan, nontonin yutub/film itu hal yang mudah. Tapi kamu bakal kesulitan di masa depan karena nggak ada progres yang kamu lakukan untuk perbaikan hidup kamu di masa depan.
Oke, saia tercerahkan.
Dan mungkin, aku juga harus membuat ritme kehidupanku sendiri yang bisa terbebas dari kompetisi. Just enjoy whatever you do.
Tapi aku nggak berpikir haus kompetisi itu hal yang buruk, tapi ketika itu jadi beban apalagi membuatku bergantung pada hal itu. Aku rasa itu mulai jadi hal yang buruk.
Akhir kata, lagi-lagi aku nggak tahu ini nulis apa. Hanya keresahanku akhir-akhir ini aja yang ngerasa, "Kok aku gini dan gitu." dan sedikit merasa bingung harus ngapain lagi ya? (padahal banyak hal yang bisa dikerjain😭)
Semoga semua orang yang sedang merasa kehilangan motivasi segera menemukannya.
Aku pun berharap begitu.
Love,
Onlyana
14 Februari 2022. Hari kasih sayang katanya. Duh, jadi inget Chef El yang bikin gado-gado jadi menu romantis wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Diary
RandomKetika Kata Bercerita~ Hanya tulisan suka-suka milik Ana agar tak lagi sesak di kepala. ©Copyright Onlyana 2020