Jawaban judulnya iya, sih, tapi bukan iya pasti.
Karena nyatanya kita itu hidup sendirian.
Aku suka menulis sesuatu tentang persahabatan karena aku rasa itu hal yang manis. Tapi ternyata nggak semua akhir persahabatan itu manis, Kawan.
Dulu, kalian bisa main bareng, curhat-curhat, sampai melakukan hal random bareng-bareng, tapi seiring dengan waktu dan situasi yang memaksa kalian untuk berpisah kok lama-lama jadi kayak musuhan, ya? Padahal dulu deket banget, sekarang cuma bisa jadi penikmat story medsos-nya aja.
Hal itu wajar, kok. Yang nggak wajar, kalau kita selalu berharap orang itu akan memilih kita dalam situasi apa-pun.
Yang nggak wajar, kalau kita berharap bisa mengendalikan kehidupan sahabatmu agar dia nggak ketemu orang baru, agar dia nggak berteman lagi dengan orang yang baru, sampai pada akhirnya secara nggak langsung dia meninggalkan kamu karena lebih sering berinteraksi dengan orang baru itu.
Sampai sini paham kan kalau pertemanan atau persahabatan yang sering orang-orang sebut itu circle, nggak selalu berakhir manis dan selama-lamanya.
Aku sering banget menemukan seseorang curhat kalau dia pengin banget punya circle. Dia merasa kesepian. Dia iri dengan orang lain yang bisa have fun bareng temen-temen. Dan dia merasa sedih tentang hal itu.
Aku ngerti banget perasaan itu dan aku juga mengerti perasaan ketika kita disadarkan bahwa ternyata selama ini kita hidup itu sendirian.
Teman/sahabat itu hanya support system yang kadang bisa juga lelah dan membutuhkan support system lain. Dia nggak selamanya bisa bantuin atau nemenin kamu.
Teman/sahabat itu memang penangkal sepi, tapi selalu ada masanya kita punya kegiatannya sendiri-sendiri dan kita nggak bisa memaksa mereka buat selalu ada sama kita.
Kita hidup itu nyatanya untuk diri kita sendiri.
Kalau kata Kak Alvi Syahrin (yang quotesnya itu muncul tepat banget di saat aku mulai ovt soal ini),
"Mungkin circle kita bukan pertemanan, melainkan mimpi-mimpi yang harus aku perjuangkan, buku-buku yang harus aku baca agar aku bisa berkembang dan bermanfaat untuk diriku dan orang lain, podcast-podcast insightful untuk urusan duniaku, kajian-kajian menyentuh hati untuk urusan akhiratku."
Dan ya, ketika kita mampu mengubah pola pikir kita terhadap suatu masalah, beban beratnya masalah itu juga bisa berubah.
Oke, gapapa aku emang nggak punya temen, tapi aku nggak kesepian. Ada buku-buku yang belum kubaca, ada tayangan edukasi, ada hal-hal produktif yang bisa dilakukan. Kenapa kita menganggap teman itu hanya berwujud manusia?
Padahal, mungkin, hal-hal yang nggak berwujud manusia tadi bisa jadi teman yang lebih bermanfaat agar diri kita bisa berkembang.
Semua orang yang datang pasti pergi, semua orang yang dulu pernah sedekat nadi bisa jadi sejauh matahari, tapi kamu punya diri kamu yang nggak akan pernah meninggalkan kamu. Dan kamu punya Pencipta Dirimu yang nggak akan pernah berubah untuk kamu.
Yang rasa sayangnya nggak pernah luntur.
Yang selalu sedia telinga untuk mendengarkan keluh kesahmu.
Yang bisa mengabulkan harapan-harapanmu.
Yang selalu merindukan kamu agar selalu berdekatan dengan Dia.
Kita mungkin merasa sepi, tapi nyatanya kita nggak pernah sendirian.
Jadi, circle itu bukan hanya soal pertemanan. Ada banyak circle selain pertemanan. Kenapa circle itu nggak kita anggap?
Love,
Ana Latifa
25 Feb 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Diary
RandomKetika Kata Bercerita~ Hanya tulisan suka-suka milik Ana agar tak lagi sesak di kepala. ©Copyright Onlyana 2020