Sebagai ketua osis ganteng di SMA Bakti Husada ini, Brian sudah menempatkan dirinya sebagai orang yang mempunyai status paling tinggi. Buktinya pagi pagi begini dia sudah berjaga didepan gerbang, mengerahkan pasukan osis untuk merazia siswa siswi yang tidak lengkap memakai atribut sekolah.
Banyak yang mengeluh, banyak yang mengumpat tapi tak berani adu bacot langsung karena Brian adalah sosok yang paling disegani di sekolah ini. Bagaimana tidak, ketua geng berandalan saja kini sedang bertekuk lutut! Membuat semua orang shock berat dan terdiam. Logikanya saja, orang senakal si ketua geng saja bisa mingkem, jadi orang biasa seperti mereka tak bisa dengan mudah menentang Brian, bukan?
"Jadi, mau nyerah?" Brian berucap, dia memegang name tag yang sedari tadi ia curi dari orang di hadapannya ini dan dimainkan hingga si empunya merasa sangat kesal.
"Kembaliin!"
"Ambil sendiri."
Seolah keadaan ini adalah ejekan bagi si berandal. Name tag itu memang tak diacungkan tinggi tinggi, hanya saja setiap ia ingin mengambilnya Brian segera mengelak dan bergerak gesit.
"Gue yang menang oke? Gue catet nama lo. Habis ini ke ruang bk buat nerima poin."
"Ngentot! Mana bisa gitu."
"Nar udah nar, ntar kita kena masalah... lu inget kan ngab dia ketos galak?" Seorang teman si berandalan itu melerai dan dengan paksa menariknya kearah bk.
Mereka menerima hukuman dengan malas malasan, banyak keluh kesah nya padahal kesalahan mereka cuman tak memakai dasi dan jas almamater.
"Cuih, si Brian itu songong amat. Apa hebat nya sih dia!"
"Hebat nya ya dia ketos lah, jadi berkuasa."
"Halah, kayak sekolah ini milik dia aja."
Keduanya misuh misuh tak jelas tapi masih melakukan hukuman juga pada akhirnya, yaitu membersihkan area toilet laki laki yang baunya jahanam sekali.
"Bagian gue udah kelar, lu buruan dong." Miko, teman si berandalan yang masih sibuk mengelap wastafel itu berucap dan berkacak pinggang.
"Duluan aja kalau lo gak setia kawan."
"Oke, bay."
"Anjing! Dasar lu ya." Sungutnya saat Miko melengos meninggalkan dia seorang diri.
Tangan itu melempar lap kain kearah kaca hingga cipratan air nya mengotori kaca itu lagi, padahal sebelum nya sudah bersih berkat Miko.
Mulutnya terus mengumpat tanpa menyadari keberadaan seseorang yang sedari tadi bosan menunggu selesainya pekerjaan ini.
"Woy, lo niat ngejalanin hukuman gak sih? Gitu aja lama banget." Brian berucap lalu menendang ember air kotor nya hingga tumpah mengotori lantai.
"Sialan! Berani berani nya ya lo anak babi! Liat nih jadi kotor lagi."
"Bersihin aja lagi, Winar."
Orang yang dipanggil Winar itu sudah memerah akibat menahan emosi, dia ambil ember tadi lalu dibanting kearah Brian dengan kencang. Berharap ember itu kena ke kepala anak sombong bertittle ketos itu.
"Eits gak kena."
Parahnya lemparan ember itu meleset dan malah mengenai kepala wakil kepala sekolah yang sengaja lewat mengecek!
"Jir sialan bangsat babi ngentot! Kena lagi nih gue." Winar mingkem dibalik tubuh Brian saat melihat tatapan mematikan dari wakil kepala sekolah yang terkenal killer itu.
"Siapa yang berani lempar ember nya hah!" Teriakan maung itu menggelora dan sontak membuat bulu kuduk Winar berdiri semua.
"Anak ini pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Kira Kita Searah
Random(TAMAT) "Tanda tandanya kita sama deh." "Sama apaan?" "Ya sama sama belok, kira kira kalau gue nembak lo diterima gak?" "ndasmu!" Winar benar benar bingung dengan perangai si Brian. Dia bisa bikin suasana hatinya naik turun kayak roller coaster...