Hari senin, pukul 8 pagi
"Sambutan dari ketua OSIS SMA Husada, waktu dan tempat dipersilahkan."
Brian naik ke panggung aula, ia menatap seluruh siswa siswi yang hadir disini namun merasa aneh karena sosok yang ia cari tidak kelihatan.
"Saya Brian Bramastya mengucapkan terima kasih atas antusias setiap kelas pada pekan olahraga tahun ini. Perlu diingat bahwa adanya pekan olahraga ini adalah untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan kerjasama kelas. Menumbuhkan rasa solidaritas dan juga kompetitif. Jadi, saya harap kita semua bisa mengikuti acara ini dengan baik...."
Sampai sambutan nya selesai pun Brian masih tidak bisa menemukan keberadaan Winar. Padahal kelas anak itu sudah berkumpul paling depan.
Saat di lapang pun, ketika cabang olahraga pertama dimulai, Brian sempat bingung karena Winar tidak menampakan batang hidung nya.
"Kelas XI IPS 3 melawan X IPA 1."
Sempat terjadi keributan sebelum seseorang masuk ke lapangan.
Jorfi tidak langsung memulai acara namun malah bertanya ke kelas XI IPS 3. Membuat Brian dan yang lainnya heran.
"Disini ditulis perwakilan kelas kalian itu Winar, kok jadi Biang?"
"Eng... Winar gak ada. Kita kira dia kesiangan tapi sampai saat ini pun belum datang."
Brian sudah tidak bisa menahan rasa khawatirnya. Bahkan ia tidak bisa fokus memperhatikan permainan hingga membuat Arjuna cukup kesal.
Satu jam berikutnya, Winar tetap tidak ada.
Dua jam... tiga jam... empat jam... Bahkan sampai acara hari ini hampir selesai pun Winar tidak ada.
"Maaf, yang namanya Meis hari ini sekolah gak?" Brian bertanya langsung ke ketua kelas X IPA 1. Jawabannya adalah sebuah gelengan dan gerutuan si ketua kelas.
"Harusnya dia ikut di tim voli, tapi gak hadir tanpa alasan apapun. Jadi tim kita gak maksimal karena kurang orang."
Hati Brian berdebar tidak karuan. Sialnya ia tidak bisa langsung pulang karena harus memeriksa hasil perlombaan olahraga hari tadi dan menentukan babak final untuk esok lusa.
Sampai sore sekali beres nya dan Brian langsung melesat ke rumah Winar.
"Eh? Bang Brian. Masuk bang."
"Maaf gak bisa lama lama. Abang kesini cuman mau nanyain Winar, dia ada?"
"Hm? Loh... Dia gak sekolah? Disini gak ada kok."
Brian langsung tidak enak hati, segera dia ambil ponsel pada saku jaketnya kemudian menelepon Winar. Namun tidak diangkat, bahkan pesan pesan sedari kemarin pun belum dilihat.
"Jangan khawatir bang, paling abang Winar tahu kalau emak lagi dirumah sodara terus nyusul kesana."
"Kalau gitu bisa pastiin gak, Sam? Telepon emak atau gimana gitu."
"Bisa, masuk aja yuk? Gak enak disini mah."
Pada akhirnya Brian menunggu di ruang tamu sedangkan Samsul ke kamarnya hendak mengambil ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Kira Kita Searah
Random(TAMAT) "Tanda tandanya kita sama deh." "Sama apaan?" "Ya sama sama belok, kira kira kalau gue nembak lo diterima gak?" "ndasmu!" Winar benar benar bingung dengan perangai si Brian. Dia bisa bikin suasana hatinya naik turun kayak roller coaster...