15

2.2K 293 13
                                    

"Mak, Winar berangkat ya."

Hari kegiatan amal sudah tiba, semua orang disuruh berkumpul di depan gerbang sekolah sebelum pukul 8 pagi.

Winar udah naik angkot bareng Miko, keduanya masih nampak mengantuk sampai ketiduran lagi, untung saja ada yang turun juga di dekat sekolah.

Winar agak degdegan, entah kenapa perasaannya mulai tidak enak.

"Miko, gue pengen balik."

"Heh, belum aja nyampe." Miko pegangin tangan Winar erat erat supaya anak itu tidak kabur.

"Semuanya, cepat berkumpul dan isi absensi. Setelah itu naik ke dalam bis sesuai urutan nomer absensi." Pak Edison berucap lantang sambil membawa secarik kertas absensi.

Semua patuh dan satu persatu mulai masuk ke dalam bis sesuai dengan urutan.

"Nabiang Inuyasa."

"Hadir pak." Biang sedikit terkejut tapi maju juga kedalam bis.

Miko dan Winar udah berharap harap cemas mau sebangku barengan. Lebih untung kalau kebagian duduk yang tiga kursi, jadi ketiganya tak perlu pisah pisah.

"Jorfi Ardana Pradipta." Eh nama Jorfi yang terucap. Miko dan Winar kesel banget sampai menatap nyalang kearah Jorfi karena sudah mencuri tempat duduk bersama sahabat mereka.

Selanjutnya banyak lagi nama nama berpasangan yang disebutkan.

"Mickolas Eka Putra dan Arjuna Estungkara." Sekali lagi Miko dan Winar terkejut, pupus sudah harapan duduk dan bercanda bersama selama perjalanan.

Tempat duduk mereka terpisah dan terseling banyak kursi.

Winar berdiri sendiri sesudah melihat teman temannya masuk duluan. Ia lihat nama orang lain yang mulai masuk setelah dipanggil. Winar agak sedih karena dia dipanggil terakhir kali dan duduk sendirian pula. Mana jauh sama Miko dan Biang, Winar rasa perjalanannya kali ini sungguh membosankan.

Bis mulai melaju setelah pak Edison memberi petuah dan tujuan keberangkatan mereka. Acara ini bukan hanya untuk membantu anak anak di panti asuhan saja, melainkan menjadi sarana bersosialisasi dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Selain itu masih banyak lagi.

Winar menghela nafas bosan, ia kurang suka anak kecil. Ia ingat bahwa dulu Samsul sangat berisik dan gencar sekali mengganggunya, jika ada kesalahan Winar yang kena omel, jika jajan harus berbagi, jika punya sesuatu harus dipinjamkan. Winar tak suka itu, jadi pergi ke panti asuhan bukan lah sesuatu yang mendebarkan baginya.

Ditengah rasa bosannya, Winar teringat dengan ucapan Pawin. Dia ikut juga di kegiatan ini kan. Winar berdiri dan memperhatikan kepala siswa siswi yang sedang sibuk melakukan kegiatan masing masing. Ada yang sedang tidur, ada yang lagi nyemil, ada yang nangis di pojokan karena takut mabuk perjalanan. Diantara semua orang disini pasti ada Pawin!

Yah, setidaknya hal yang mendebarkan dalam perjalanan ini adalah misi menemukan Pawin!

"Yang ikut ada 40 ekor. Kurangin gue, Miko, Biang, Arjuna, Jorfi, Brian... jadi 34 ekor lagi."

Winar sedang menghitung dan kira kira tinggal segitu lagi orang yang berkemungkinan adalah si Pawin. Kini yang jadi masalah, gimana Winar bisa menemukannya? Ngedeketin 34 orang itu sulit bagi Winar, soalnya orang lain cenderung bakalan menjaga jarak sebelum Winar sempat menyapa.

"Haaah, gak tau lah... ntar lagi deh nyari nya." Winar menghela nafas lagi lalu mulai duduk menatap kearah jendela.

"Hela nafas gitu nanti bisa bisa jiwa nya ikut kesedot keluar loh."

Ku Kira Kita SearahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang