16

2.5K 301 31
                                    

"Fuaah... akhirnya sampai juga. Duh pegel." Miko turun dari bis lalu meregangkan sedikit tubuhnya.

Hal itu terlihat oleh Arjuna, dia terkekeh dan dengan jahil nya malah menggelitik perut Miko yang sedang melakukan stretching.

"Bangcat jangan kau nodai aku!" Miko menyilangkan kedua tangannya didepan dada seraya berteriak seperti itu. Padahal yang menjadi target kelitikan itu perut nya, sungguh sia sia sekali.

Matanya bergulir, menatap heran kearah Winar yang nampak kesal sekali dengan pipi yang memerah padam.

"Nar, sini! Oy Biang juga sini." Miko berseru hingga membuat kedua sahabatnya mendekat. Mereka berdua sama sama menunjukan ekspresi aneh. Membuat Miko bertanya tanya.

"Kalian kenapa?"

"Gak kenapa kenapa." Keduanya menjawab kompak dengan ekspresi wajah muram.

"Hm... pasti terjadi sesuatu nih."
Miko menatap curiga, tapi dia juga tak ambil pusing soal kedua sahabatnya itu.

Pasalnya kini pemandangan yang tersuguhkan didepan matanya sangat sangat indah hingga sayang untuk dilewati.

Sawah sawah terbentang hijau bagai permadani di kaki langit. Gunung menjulang berpayung awan.

"Ohh indah pemandangan." Miko langsung teringat lagu anak anak kesukaannya waktu dulu saat melihat pemandangan ini. Dia menghela nafas, merasakan terpaan angin segar yang masuk kedalam paru parunya.

Sudah sampai ke tempat indah seperti ini mana bisa Miko murung! Anak itu segera berlari kesana kemari, ia ajak kedua sahabatnya itu hingga akhirnya mereka semua kembali ceria lagi.






"Jadi, selama perjalanan kalian ngapain aja?" Arjuna bertanya kepada Brian dan Jorfi.

"Gak ngapa ngapain, Biang kayaknya sensitif kalau ada yang mabuk. Kursi kita deket sama pak Edison yang mabok perjalanan. Anak itu jadi bete dan sebagai gantinya karena gue wangi, gue sembunyiin aja dia di ketek gue. Soalnya berisik ngedumel mulu." Jorfi menjawab santai sambil memegang kedua ketiaknya.

"Anjir! Kasian amat si Biang. Pantesan wajahnya muram gitu." Arjuna menatap heran dan menggelengkan kepalanya.

"Tapi habis itu dia ketiduran, lucu." Ucap Jorfi yang sedang menatap Biang seraya tersenyum kecil. Dia sepertinya melupakan kata katanya sendiri tentang "... lagian cowok sama cowok itu jijik." *terselip di bagian 5

"Lo sendiri?" Jorfi berhenti menatap Biang saat mata mereka saling bertemu. Ia kemudian menoleh dan bertanya kepada Arjuna.

"Gue sama Miko cukup menikmati perjalanan. Gak nyangka dia anaknya humoris sama bawel, jadi perjalanannya gak ngebosenin. Yah walau awalnya dia bete karena gak satu kursi sama si Winar." Jawab Arjuna sambil merogoh saku celananya.

"Dia bahkan ngasih gue camilan. Oh iya, lo gimana Brian?"

Kini Arjuna dan Jorfi menatap penasaran kearah Brian yang uwow sedang senyum senyum mesum saat melihat Winar yang sedang nungging hendak mengambil satu tangkai padi yang sudah menguning.

"Oke lo gak usah ditanya deh, gak jauh dari ikeuh ikeuh kimochi. At least makasih udah ngatur tempat duduk kita Bri."

Arjuna berucap sambil mengajak Jorfi untuk menjauh dari Brian.

Kalau Brian sih masih masa bodoh. Dia justru mengambil ponsel nya lalu mengetik beberapa teka teki untuk Winar.

|Winar ini gue Pawin, lo masih inget kan kalau gue bakalan ngasih tau identitas gue disini?


Setelah mengirim pesan itu, Brian perhatikan Winar. Lucu sekali jika saat menerima pesan darinya anak itu akan tersenyum sambil memerah. Dia nampak semangat untuk membalas pesannya.

Ku Kira Kita SearahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang