Winar memang patuh membenarkan tanaman yang kemarin acak acakan. Hanya saja wajah nya cemberut tanpa sadar disepanjang waktu karena sebal dengan kehadiran Brian. Ditambah lagi anak anak lain yang lewat selalu berbisik bisik tetangga dan tertawa secara terang terangan.
"Dah kelar, gue cabut ah."
Winar melempar sekop kecil ke ember lalu pamit sama Brian tanpa melihat wajah anak itu. Bukan takut kok, tapi karena sebal aja liat muka Brian.
Anak itu ngacir menuju keran air terdekat lalu mencuci tangan dan mencuci muka, jadilah keadaan nya basah kuyup seperti si Ketty kalau sudah kecemplung ke got.
"Aduh laper." Winar memegang perutnya lalu menatap nanar uang sisa dua ribu hasil malak si Sam.
Tiga ribu sudah ia pakai tadi pagi buat bayar angkot, sisa dua ribu ini harus ia bayar ke bendahara kelas karena ada jadwal bayar kas. Berarti gak ada sisa dong buat jajan. Winar juga gak bisa ngutang ke bu kantin, hutang nya dah nunggak.
"Malak ah~"
Jalan satu satunya adalah malak. Winar tersenyum lalu mulai berjalan ke arah area kelas 10. Banyak siswa siswi yang nunduk takut saat melihatnya, membuat Winar semakin pd buat malak.
"Oy Jujun, udah lama ya gak ketemu."
"Eh? K-kak Winar."
Anak pertama incaran nya Winar ini namanya Jujun. Dia anak paling lemah, hobinya pas istirahat pergi ke tempat sepi dan makan bekal sendirian. Anak nya kurang pd dan kayaknya gak punya temen juga. Sasaran empuk buat di palak ya kan?
"Minjem duit lah lima ribu, ntar besok gue bayar."
Winar merangkul bahu Jujun lalu tersenyum sambil nadahin tangannya. Si jujun udah ketakutan sampai ngambil duit aja gemeteran. Tapi dia nurut dan ngasih uang enam ribu, ada dua ribuan tiga.
"Lo udah jajan?" Winar nanya setelah mengambil uang nya.
Jujun mengangguk lalu membenarkan kaca matanya yang melorot.
"Oh kalau udah jajan mah gue gak merasa bersalah jadinya. Makasi ya, baii." Winar menepuk kepala Jujun lalu balik ngincar adik kelas lain buat dipalak.
"Ya gimana mau jawab belum, kan takut kena pukul." Jujun bicara gitu saat Winar udah pergi. Dia berjongkok dan menangis dipojokan karena kesal udah berbohong tadi.
Balik ke Winar, kini dia datang ke kelas 10 Ips 2. Disini anak anak nya kalem kalem dan pada hobi baca, jadi Winar teriak teriak supaya mereka ngeliat kearah nya dengan penuh.
"Oy! Lo pada yang suka pulang lewat jalan Rawa Entog, sekarang sering lewat geng motor nya anak SMK teknik. Hati hati, mending lepas jas pas lewat situ. Sebagai perlindungan bilang aja nama gue saat kalian kena hadang."
Anak anak kelas yang awalnya kesal karena terganggu pun pada akhirnya mengangguk dan berterima kasih karena kebaikan Winar yang memperhatikan mereka.
"Tapi gak gratis! Satu orang dua ribu."
Anak anak kelas langsung mesem dan berdecih, tapi tak berani juga lawan Winar. Anak itu kan rumor nya udah ikut tawuran kesana kemari, ngeri bos. Alhasil mereka menurut.
Winar tersenyum senang, lumayan. Yang pulang ke area Rawa Entog ada 10 anak dan mereka nurut semua ngasih uang dua ribuan.
"Makasih ya, jangan takut sekarang mah."
Winar pergi dan berjalan santai ke luar kelas. Dia melewati kerumunan orang orang dengan sembrono lalu meletin lidah saat ada yang merasa terganggu.
"Loh, Bri. Itu bukannya anak badung yang lagi lo pantau?" Arjuna menyahut dan menunjuk Winar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Kira Kita Searah
Random(TAMAT) "Tanda tandanya kita sama deh." "Sama apaan?" "Ya sama sama belok, kira kira kalau gue nembak lo diterima gak?" "ndasmu!" Winar benar benar bingung dengan perangai si Brian. Dia bisa bikin suasana hatinya naik turun kayak roller coaster...