Hangat seperti selimut yang selalu melindungi dari angin malam.
Wangi mint yang tidak terlalu kuat.
Besar sampai bisa memberikan rasa nyaman.
Winar tidak ingat jika guling nya terasa seperti ini.
"Mmmh."
Sampai ia membuka mata, yang pertama kali ia lihat adalah leher guling!
Tidak tidak, mana ada guling punya leher.
Winar mengucek matanya, menghilangkan belek yang menempel. Lalu ia pun mendongak, baru sadar jika yang sedang berbaring diatas ranjang ini adalah si ketos mesum yang berperan ganda menjadi si Pawin dan menyatakan perasaan dipanti lusa kemarin.
Winar berusaha tenang, walau kini jantung nya berdebar parah. Ia bahkan sampai takut jika Brian mendengarkan detakan itu.
Kalau keadaannya begini, Winar tidak mau jadi orang yang pertama kali bangun. Ia memejamkan mata lagi, pura pura tidak tahu kalau saat ini sedang dipeluk Brian dan tertidur lagi.
Tak tahu saja dia jika Brian sudah bangun sejak tiga puluh menit yang lalu. Iseng, ingin tahu bagaimana reaksi Winar ketika tahu mereka tidur bersama dengan posisi seperti ini.
Ternyata reaksinya tidak heboh seperti yang ada di kepalanya. Justru Winar nampak nyaman nyaman saja, sampai ketiduran kembali seperti itu.
Brian bangun tanpa pergerakan yang mampu membuat Winar terganggu. Dia benarkan letak bantal pada kepala Winar lalu mengecek kondisi kaki anak itu. Ternyata sudah tidak terlalu bengkak, walau sepertinya masih tidak nyaman untuk diajak berjalan.
Brian celingukan mencari letak kamar mandi. Sampai ia menemukan Sam sedang memberi makan kucing hitam berkalung biru.
"Oh bang Brian udah bangun?"
"Iya, boleh tau dimana kamar mandi nya?"
"Oh sebelah sana, tapi bentar deh. Emaaaaakk-!!"
Samsul berjalan ke dapur mencari emak. Nampak nya dia bicara jika Brian mau numpang mandi dan meminta bantuan emak buat nyiapin baju baru buat Brian.
Alhasil saat ini Brian sudah punya satu setel baju baru beserta dalaman nya. Samsul bilang itu kebiasaan emak, menyimpan beberapa setelan baju baru sengaja jika ada tamu seperti Brian.
"Habis mandi nanti makan bareng ya Nak Brian." Begitu ucap emak dari dapur sambil tersenyum.
Brian mengangguk setuju, setelahnya dia mandi dan memakai baju pemberian emak. Begitu pas dan nyaman.
"Tante, ada yang bisa Brian bantu?"
"Eh udah selesai? Kalau gak keberatan susun aja piring nya ya."
Tentu saja Brian tidak keberatan sama sekali, jadi selain menyusun alat makan, dia juga membantu emak buat memotong sayuran yang mau dijadikan lalapan.
Brian sedikit heran karena menu sarapan nya begitu banyak. Tapi setelah emak menjelaskan, barulah dia bisa memaklumi.
"Winar terluka, dia harus makan banyak. Tapi kalau emak cuman nyiapin buat dia doang, nanti bapak sama Samsul cemburu."
Saat asik menyiapkan sarapan, tiba tiba keduanya dikejutkan dengan suara teriakan dari kamar Winar.
Emak buru buru mematikan kompor, Brian pun juga menyimpan pisau dan sayuran yang belum selesai dipotong. Mereka langsung melesat ke kamar Winar.
Disana bisa ia lihat Samsul sedang menarik tangan Winar yang malah masuk ke kolong kasur.
"Bercanda bang sumpah! Lagian mana ada kaki abang diamputasi gara gara dipatuk ular." Ucap Samsul masih berusaha menarik tubuh Winar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Kira Kita Searah
Random(TAMAT) "Tanda tandanya kita sama deh." "Sama apaan?" "Ya sama sama belok, kira kira kalau gue nembak lo diterima gak?" "ndasmu!" Winar benar benar bingung dengan perangai si Brian. Dia bisa bikin suasana hatinya naik turun kayak roller coaster...