Saat ini Sheva sedang berada di tempat kursus. Kursus memasak. Bersama dua sahabatnya Sheva mendaftarkan diri kursus yang kebanyakan berisi perempuan ini.
Mulanya Sheva tidak ada ketertarikan sama sekali pada memasak—kalau makan sih gas ya—tetapi karena ajakan sahabatnya beberapa minggu lalu kini ia mencintai kegiatan ini. Skill nya pun sudah semakin berkembang.
Berkat iseng karena tidak ada kegiatan setelah lulus, sekarang gadis itu punya satu kemampuan yang bisa ia banggakan.
Kursus selesai beberapa menit lagi. Sheva melirik sekilas jam tangan berwarna peach yang melingkar di pergelangan tangannya. Sedangkan tangannya masih sibuk mengaduk krim dan coklat leleh untuk hiasan kuenya.
Yap, hari ini mereka belajar tentang bakery. Cara baru, teknik baru, pelajaran baru dan ilmu baru dari guru mereka sang pengelana kuliner.
Sheva membuat kue coklat. Kue yang sudah ribuan kali ia buat dan selalu berhasil. Tetapi kali ini dengan cara yang berbeda. Kue coklat dengan hiasan lelehan coklat di atasnya hemm terlihat sangat menggiurkan.
Bel tanda selesainya kursus berbunyi tepat saat Sheva meletakkan sebuah ceri di atas kuenya.
"Oke adik-adik kursus hari ini kita sudahi saja ya. Saya lihat kalian sudah bisa dengan baik menerapkan teknik-teknik yang saya ajarkan. Terbukti tadi hasilnya enak-enak. Silakan hasil karya kalian dibawa pulang untuk dinikmati. Sekian terimakasih." Sang pendidik kursus pun keluar dari kelas. Diikuti murid-muridnya yang langsung berhamburan.
Sheva sempat berbasa-basi dan bercanda dengan kedua sahabatnya sebelum keduanya dijemput secara bergiliran.
"Halo ma!" Sheva menelepon mamanya.
"Iya ada apa Sheva?"
"Mama belum jemput aku?"
"Kamu belum baca chat dari mama? Mama ada acara di kantor papa kamu jadi gabisa jemput. Minta jemput Jonathan aja sana."
Sebelum sempat melontarkan jawaban telepon sudah dimatikan. Tandanya mau tak mau ia harus menelepon Jonathan dan meminta laki-laki itu menjemputnya.
"Halo assalamualaikum bapak."
"Wa'alaikumusalam, saya bukan bapak kamu."
"Iya maaf om," Terdengar decakan dan helaan nafas dari seberang.
"Pak Jon bisa jemput saya? Mama gabisa jemput ada acara di kantor papa."
"Bisa saja," Jonathan menggantung kalimatnya.
"Yess!!"
"Tapi panggil saya yang benar dulu."
"Itu kan udah bener. Pak Jon. Pak Jonathan."
"Saya bukan bapak kamu Sheva. Saya juga bukan supir kamu. Panggil yang benar dulu."
Sheva mendengus. "Iya iya manggilnya gimana?!" tanya gadis itu sedikit ngegas.
"Mas. Mas Jonathan."
Sheva mendecak kesal mendengar jawaban Jonathan. Percayalah di seberang sana Jonathan mati-matian menahan tawanya.
"Mau tidak? Kalau tidak yasudah. Jalan kaki aja. Saya tutup telponnya." Jonathan pura-pura akan menutup telponnya.
"Eh jangan jangan. Iya iya saya panggil gitu." Sheva terdengar pasrah.
"Buruan." Senyum Jonathan sudah mengembang sempurna padahal Sheva belum mengatakannya.
"Mas Jo bisa jemput aku ga? Aku sendirian daritadi nunggu gaada yang jemput." Suara Sheva dibuat selembut salju agar Jonathan luluh dan langsung terbang menjemputnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Om om [ END|SUDAH TERSEDIA S2 ]
Romance[CERITA INI HANYA UNTUK YANG UDAH PERNAH BACA DAN MAU BACA ULANG. BUAT PEMBACA BARU DISARANKAN GA USAH BACA. AKU MALES NGASIH WARNING MULU] Kisah klasik tentang perjodohan. ⚠️ ADA BEBERAPA PART YANG MENGANDUNG KONTEN DEWASA ⚠️ Gimana pendapat kalian...