MWO | 36

42K 817 1
                                    

Pagi harinya semua sudah siap. Jonathan sudah memakai topi khas pemancing—atas paksaan istrinya—dan membawa beberapa alat pancing di tangannya. Ia meminta tolong kepada salah satu warga di sana agar dibelikan benda itu di pasar.

Sheva juga sudah terlihat cantik dengan pakaian yang tak jauh berbeda dengan sang suami. Sama-sama memakai topi khas pemancing, tetapi gadis itu memilih menggunakan kaos berwarna putih dan celana pendek berwarna hitam sebagai bawahan.

Entah bagaimana nanti jadinya kaos putih miliknya jika dipakai memancing tapi ia merasa sangat sempurna sekarang.

Matahari belum tinggi tetapi keduanya sudah berangkat menuju tempat janjian dengan bapak-bapak pemilik rakit. Baru diketahui ternyata nama bapak itu adalah Liu Ying.

Pak Ying sudah menunggu mereka. Walaupun jam yang ditentukan untuk mulai memancing masih beberapa menit lagi tetapi mereka memutuskan untuk berangkat sekarang. Sebelum ramai dan banyak pemancing lain.

Sebelum mulai memancing, pak Ying mengajak keduanya untuk mencari umpan terlebih dahulu. Berupa cacing tanah.

Menurut pak Ying, tempat yang paling banyak terdapat cacing tanah adalah di dekat bukit. Jaraknya hanya beberapa ratus meter dari sini. Ketiganya berjalan kaki menuju bukit dengan pak Ying sebagai penunjuk jalan

Bukit bulan. Itulah makanya. Bukit dengan rerumputan penuh menghiasinya. Pasti terlihat indah jika mereka datang lebih pagi. Karena dari tempat ini mereka bisa menyaksikan matahari 'tumbuh' dan menyebarkan seluruh sinarnya.

Sheva tanpa rasa jijik menggali setiap tanah yang ditandai pak Ying sebagai tempat ramai dihuni cacing tanah. Tangannya merogoh dan menarik-narik ekor cacing tanah itu. Mengumpulkannya di sebuah kotak kecil yang diberikan pak Ying.

Jonathan tidak percaya melihat istrinya yang tidak ada geli-gelinya memegang cacing tanah. Jujur ia ia tidak pernah bermain-main dengan tanah seperti ini. Sedari kecil ia hanya diam di rumah. Bukan karena kekangan orang tuanya melainkan dari dirinya sendiri yang tidak pandai bersosialisasi.

Cacing-cacing panjang mulai terkumpul. Lebih banyak dari biasanya kata pak Ying. Sebab ada tiga orang langsung yang terjun mencarinya. Jonathan lah yang mendapat cacing paling sedikit. Ya karena itu tadi. Ia belum terbiasa.

Sheva dengan semangat menunjukkan hasil buruannya. Cacing-cacing menggeliat di dalam kotak kecil seolah meronta ingin dikeluarkan.

Boot gadis itu penuh lumpur. Untung saja tidak dengan kaos putihnya.

Merasa cukup dengan cacing yang didapatkan, ketiganya meninggalkan tempat berlumpur itu dan menuju sungai.

Keadaan masih sama dengan sebelum mereka mencari cacing. Hanya ada satu pemancing yang terlihat di tengah sungai.

Kali ini mereka tidak menaiki rakit bambu. Melainkan perahu dengan ukuran kecil milik pak Ying.

Sheva berusaha menjaga keseimbangannya agar tak jatuh. Jonathan memegangi tangan istrinya dari belakang. Setelah Sheva duduk barulah ia duduk di belakang gadis itu.

Pak Ying memegang dayung perahu di paling depan. Sheva di tengah membawa alat pancing dan ember berisi umpan. Jonathan di belakang sesekali membantu pak Ying mendayung jika dibutuhkan.

Pak Ying memelankan laju perahunya. Laki-laki itu berhenti di tempat yang menurutnya strategis untuk memancing ikan. Ia menarik jangkar sederhana dari batu dan pemberat lainnya kemudian menjatuhkannya ke dasar sungai.

Alat-alat pancing sudah dipasangi umpan pada ujungnya. Pak Ying memulai pertama dengan menjatuhkan kail pancing ke dalam air. Jonathan pun melakukan hal yang sama tetapi di sini yang berlawanan dengan pak Ying. Sedangkan Sheva hanya membantu memasangkan umpan pada kail. Ia mungkin akan mendapat giliran terakhir.

Mereka tidak ada yang berbicara. Agar tidak menimbulkan keributan dan membuat ikan enggan mendekat.

Sheva bisa melihat jelas ikan-ikan bersisik emas dan silver itu mulai mendekat ke kail pancing milik pak Ying. Ia menahan nafas dan berharap semoga ikan itu sedang lapar dan mau melahap cacing tanah gemuk itu.

Dan hap. Ikan itu melahap cacing umpan dalam sekali hap. Pak Ying membiarkannya sebentar, setelah dirasa mulut ikan sudah sepenuhnya menyangkut pada kail barulah ia tarik sekuat-kuatnya.

Ikan emas besar didapatkan laki-laki tua itu. Sheva menatap takjub ke ikan tangkapan pak Ying. Ukurannya tidak main-main. Bisa disantap 5-6 orang.

Jonathan seperti tak mau kalah. Laki-laki itu sampai membekukan tubuhnya agar tidak menimbulkan getaran sedikit pun. Ia kesal melihat Sheva yang lebih tertarik dengan pancingan pak Ying daripada memperhatikan dan menyemangati dirinya.

Seperti pepatah usaha tak akan mengkhianati hasil, tak lama kail pancing Jonathan bergerak seperti ada yang menarik dari dalam sungai.

Pandangan Sheva seketika teralih pada kail pancing suaminya itu. Gadis itu menyuruh Jonathan segera menarik pancingnya agar ikan yang sudah didapatkan tidak lepas. Dalam sekali tarikan, ikan besar sudah berada di tangan mereka. Tidak sebesar milik pak Ying tetapi cukup untuk dimakan mereka berdua.

Acara memancing masih berlanjut. Mereka juga mendapat udang air tawar dan beberapa hewan air lainnya.

Sheva dan Jonathan sebenarnya ingin menyerahkan semua hasil tangkapan kepada pak Ying sebab nantinya tidak akan termakan oleh keduanya. Mereka tetap akan memesan makanan dari restoran.

Tetapi pak Ying yang baik hati itu memaksa keduanya untuk ikut ke rumah pak Ying untuk memasak ikan, udang dan teman-temannya itu. Keduanya tidak menolak. Dengan senang hati mengikuti langkah kaki pak Ying.

Rumah pak Ying tak jauh dari lokasi memancing. Hanya beberapa puluh meter saja. Rumah khas pedesaan yang asri menyambut mereka. Wanita paruh baya—yang sepertinya istri pak Ying—sedang mencuci beras di depan rumah. Wanita itu menyambut kedatangan ketiganya.

"Eh bapak udah pulang. Sama siapa ini pak?" Bu Ying bertanya kepada suaminya dalam bahasa China.

Pak Ying pun membalasnya dengan bahasa yang sama. "Ini yang tadi pagi bapak bilang, bu. Temen bapak mancing hari ini." Pak Ying menunjuk Jonathan dan Sheva. Pasangan suami-istri itu menunduk dan tersenyum ke arah bu Ying.

Sheva dan Jonathan memperkenalkan diri mereka dalam bahasa Inggris. Bu Ying mengangguk-angguk dan balas memperkenalkan dirinya. Wanita paruh baya itu mengajak keduanya masuk ke dalam rumah terlebih dahulu sementara pak Ying menaruh alat pancing.

Pasangan suami-istri itu disuguhi teh sebagai minuman sambutan. Sheva dan Jonathan meneguknya sebagai tanda hormat kepada tuan rumah.

Tak lama pak Ying bergabung dengan ketiganya di ruang tamu rumah itu. Mereka melepas penat sejenak dengan obrolan dan candaan sebelum akhirnya mulai memasak hasil tangkapan mereka.

Rupanya pak Ying dan bu Ying memiliki satu anak laki-laki. Tetapi karena sekarang jam nya anak-anak masih di sekolah jadi belum bisa dilihat penampakannya.

Setengah jam waktu untuk mengolah masing-masing bahan mentah menjadi makanan lezat. Keempatnya membagi tugas, bu Ying dan Sheva memasak udang dan teman-temannya, sedangkan pak Ying dan Jonathan membakar ikan di luar dibantu anak pak Ying yang baru pulang sekolah. Sehingga masakan bisa cepat terhidang.

Di ruang makan sederhana rumah pak Ying, duduklah lima manusia melingkari meja. Kelimanya membaca doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing sebelum akhirnya menyantap makanan.

Aroma harum ikan bakar dan udang bumbu pedas sedari tadi menarik-narik hidung mereka agar segera mengambil dan menyantapnya.

Dan benar saja. Saat makanan baru menyentuh lidah, rasa lezat memenuhi seluruh rongga mulut Sheva. Begitu pula dengan Jonathan dan ketiga orang lainnya.

Mereka semua makan dengan lahap. Bahkan pak Ying yang tak biasanya makan banyak pun sampai mengambil nasi dua kali. Putranya juga tak mau kalah dari sang bapak. Jonathan yang melihat nafsu makan keduanya merasa terpancing untuk menambah satu piring nasi lagi.

Tidak ada yang tersisa di meja makan. Bahkan bumbu pedas udang pun sudah ludes dituang ke atas nasi dan dimakan tiga jantan itu. Sheva dan bu Ying merasa kenyang hanya dengan melihat ketiganya menyantap makanan.

Ini akan menjadi makan siang yang tak terlupakan bagi dua sejoli itu.

—————
morninggg🌪️
semoga kebayang yaa, jangan lupa votmen🤤

Married with Om om [ END|SUDAH TERSEDIA S2 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang