MWO | 34

43.3K 950 1
                                    

votmen😈

—————

Pasangan suami-istri itu bergandengan tangan menuju peron stasiun gerbong yang akan mereka tumpangi. Jonathan membantu istrinya menaiki satu persatu tangga untuk mencapai lantai gerbong yang lumayan tinggi.

Keduanya mencari tempat duduk yang masih kosong. Di kereta cepat ini tidak ada nama khusus untuk penumpang. Yang penting punya tiket dan bisa duduk.

High-speed Train dari Guangzhou South station mulai melaju. Meninggalkan stasiun dan menuju tempat tujuan. Yangshuo.

Yangshuo adalah sebuah kabupaten di bawah yurisdiksi Kota Guilin yang terletak di timur laut Guangxi, China.

Ada banyak sekali wisata di sana dan menjadi rekomendasi banyak turis yang sudah pernah berkunjung ke tempat itu.

"Perutnya masih sakit?" Jonathan memecah keheningan diantara dirinya dan sang istri. Sedari tadi hanya suara halus mesin kereta mengisi pendengaran keduanya.

"Udah agak mendingan."

"Mau diusap lagi?"

"Ih, ini kan masih di kereta. Mas mau digerebek? Yang ada ga jadi liburan malah nginep di kantor polisi."

Jonathan terkekeh. Tangannya masih menggenggam botol minyak angin yang diberikan ibu-ibu asing tadi. Perlahan ia buka tutup botolnya, menuangkannya sebagian ke tangan besarnya, mengusap-usapkannya ke tangan sang istri yang terasa dingin.

"Tangan kamu dingin banget padahal di luar udaranya anget. Kamu sakit?" Jonathan tidak peka. Tangan Sheva dingin karena perlakuan manisnya sedari tadi. Gadis itu gugup.

"Engga kok. Tangan mas kali yang dingin trus nular." Sepertinya kebiasaan Jonathan memberikan alasan bodoh lah yang menular pada istrinya.

Jonathan hanya geleng-geleng. Melanjutkan mengusap-usap tangan Sheva sekalian modus menggenggam tangan gadis itu sampai tak terasa kereta cepat itu sudah berhenti di stasiun tempat tujuan.

Sheva tertidur selama perjalanan. Menyandarkan kepalanya nyaman di bahu sang suami. Lengannya mengapit lengan Jonathan dan telapak tangannya ia biarkan berada di genggaman laki-laki itu.

Usapan lembut Jonathan di kepala gadis itu menyadarkan Sheva. Gadis itu membuka mata dan menguceknya, menghilangkan lem tak kasat mata yang melumuri kelopak matanya.

"Yuk turun." Jonathan mengerti istrinya masih mengantuk. Ia menggandeng dan melindungi Sheva dari himpitan orang-orang asing yang berkerumun di pintu keluar kereta. Tubuhnya seperti benteng pelindung Sheva.

Kali ini tidak ada Joseph yang mengantar mereka. Keduanya menyetop taksi yang lewat dan menaikinya. Jonathan mengatakan tujuan mereka kepada supir taksi tersebut sedangkan Sheva hanya menikmati jeli yang diberikan Jonathan.

"Mau?" tawar Sheva melihat Jonathan yang memperhatikannya.

Jonathan menggeleng. "Kamu abisin aja."

Sheva mengangguk-angguk. Menikmati jeli kenyal sembari memperhatikan pemandangan indah di luar. Letak matahari belum tinggi, masih sekitar 40° dari permukaan tanah.

Sinarnya masuk menembus kaca jendela. Memberikan kehangatan bagi manusia di dalamnya. Sheva meminta izin kepada supir di depannya untuk membuka kaca jendela. Setelah mendapat anggukan, barulah gadis itu berani menurunkannya.

Angin segar negara tirai bambu itu menyambut wajah cantiknya. Terasa segar dan menenangkan.

"Ahhhh.... Enaknya.."

Jonathan hanya mengamati apa yang dilakukan istrinya. Tidak banyak protes asal yang dilakukan gadis itu masih dalam kategori aman.

Laki-laki itu memilih tenggelam dalam pikirannya sambil memejamkan mata.

Married with Om om [ END|SUDAH TERSEDIA S2 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang