16 - The dream

5 2 0
                                        

Enjoy guys, maaf banget kalau cerita ini rada gajelas yaa. Dan thankyou banget buat yang udah baca apalagi vote 💙💙💙

Happy Reading!!

*****

Sesuai permintaan sang bunda, hari ini Arthan akan pulang dan tidur di rumah. Katanya sebagai hadiah kedua setelah kue tempo hari, maka Arthan tak bisa menolak. Cowok itu menyugar rambutnya yang sedikit berantakan, angin malam menyeruak masuk kedalam jendela kamarnya, sangat dingin.

"Than-" cowok itu menoleh, mendapati papanya tengah berdiri di ambang pintu.

"Papa boleh masuk?"

"Masuk aja." jawab Arthan seadanya,

Pak Prata segera masuk dan duduk di tepi kasur, ia menerawang ke atas, mendapati interior mewah yang Arthan sangat sukai.

"Ehm, kapan kamu terakhir renovasi kamar ini, Than?"

"Warna dindingnya udah mulai pudar." Arthan mendecak pelan, jujur ia sangat malas untuk bicara dengan papanya ini.

"To the point aja."

"Kamu sudah setuju soal tawaran papa yang kemarin?"

"Belum,"

"Kenapa? Universitas disana sangat bagus dan rata-rata mahasiswanya berprestasi, anak teman teman papa banyak loh yang disana!" papar pak Prata.

"Arthan gak pengen kuliah disana."

"Than, papa ini-"

"Aku ngantuk pa, besok aja." potong Arthan, papanya pun mendengus kesal lalu keluar kamar dengan gusar.

Sejak kelas 12, papa Arthan sudah memilihkan universitas untuk Arthan melanjutkan pendidikan, tapi masalahnya cowok itu sama sekali tidak tertarik pada universitas dan jurusan pilihan Prata. Maka dari itu, ia dipindahkan papanya ke Jakarta agar mama Arthan-Tere, bisa membujuknya. Sebelum itu, Arthan tinggal di Bandung bersama nenek dan kakeknya.

>>><<<

Keesokan harinya, Arthan bersikap biasa saja. Masih makan pagi dirumah dan menanggapi ocehan unfaedah dari kakak perempuannya.

"Lo tau nggak Than, mall yang ada di pertigaan jalan?" tanya Vei pada adiknya.

"Gak tau,"

"Kudet banget gilak, padahal udah rame di ig. Ajakin lah pacar lo kesana, bagus banget sumpah." Vei memasukkan satu roti langsung kedalam mulutnya.

"Kamu punya pacar?" Prata dan Tere sontak bertanya bersamaan, keduanya menatap anak bungsunya dengan berbinar.

"Enggak ma, pa! Kak Vei aja ngawur."

"Mana ada-nih ya, kemarin cewek yang di pesta tuh sapa kalo bukan pacar lo." tuding Vei kejam,

"Kakk, gue gak pacaran sama dia." elak Arthan bersikukuh.

"Eleh-elehh, ngaku aja udahh."

"Enggak ya!"

"Anjirt muka lo merah, iya yang udah pacaran nihh." Vei semakin gencar menggoda, sedangkan Arthan berusaha tenang meski tak bisa.

"Kak-"

Hendak menjawabi tudingan kejam Vei, Prata sudah menengahi perbincangan keduanya. "Makan!"

Oke, jika pak Prata sudah angkat suara. Jelas kedua anak itu akan diam tanpa suara, aura mengintimidasi Prata sangat kuat hingga mampu membuat siapapun takut. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar, itupun tidak sering. Setelah Arthan menghabiskan roti dan jus jambunya ia berpamitan berangkat sekolah. Begitupun dengan Vei yang pamit untuk masuk bimbel, maklum saja anak akhir.

NEYZOMETRA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang