27. Mereka mengawasi kami!

2.4K 146 0
                                    

Selesai ganti baju, aku pergi ke belakang menyusul Rere. Sebenarnya mas Azra nyuruh aku bareng ke belakang, katanya takut aku kenapa-kenapa. Tapi aku tinggalin lah dia, lagian aku gak bakal kenapa-napa.

Sesekali aku terkejut saat melihat lukisan-lukisan di dalam ruang tamu itu sedikit bergoyang, mereka seperti sedang mengawasiku.

Aku pun mempercepat langkahku menuju halaman villa, disana sudah ada Rere dan Bang Alan yang sedang berenang.

"ASTAGFIRULLAH," pekikku.

Kini aku sudah sampai di halaman, tapi aku hampir saja terlompat saat melihat pemandangan yang tidak menyenangkan.

"Kalian ngapain sih!" Sinisku sambil menutup mata dengan kedua tanganku.

"K-kita gak ngapa-ngapain," jawab Alan.

"Santuy kali res, bang Alan cuma ambil daun yang nyangkut di rambutku doang. Gak usah nethink deh," teriak Rere.

Aku membuka mataku, namun aku kembali terkejut ketika ada tangan kekar yang tiba-tiba berada di bahuku. "Ish mas Azra!!"

Lelaki itu terkekeh geli.

"Kenapa sih?" Tanya Azra gemas.

"Kamu ngagetin!"

"Hm, maaf ya?" Katanya. Kemudian Mas Azra mengedarkan pandangannya ke arah bang Alan, "Alan! Pakai bajumu."

Sang empu pun terkejut, "Siap, salah!"

Kemudian bang Alan segera berlari ke kursi santai, memakai baju miliknya yang sudah tergeletak disana.

"Emang kenapa mas?" Tanya ku polos.

"Sudah, lupakan itu" jawab mas Azra, aku pun memutar bola mata malas.

Tiba-tiba lengan kekar itu menarikku ke arah kolam renang, menuntunku pelan-pelan agar tidak terjatuh. Karena kolam milik fasilitas Villa ini, jadi cukup dalam bagiku.

Aku mengepakkan tanganku, melempar air ke arah wajah suamiku yang tampan ini.

"Jangan bermain-main," katanya.

Hm, gak jadi tampan deh. Maksudku galak dan jelek.

Lalu aku memberikan tatapan tajam kepadanya, "pelit, huh."

BRAKK!

Kami berempat dikagetkan oleh suara keras itu, Bang Alan segera berlari memeriksa ke asal suara. Rupanya iru berasal dari dalam villa.

"M-mas apa itu?" Tanganku memegang erat ke lengan mas Azra, suara itu membuat hatiku gelisah dan tanganku bergemetar.

Mas Azra mengusap puncak kepala ku yang ditutupi jilbab, "Jangan takut sayang."

Tak lama kemudian, bang Alan kembali dengan wajah tiada ekspresi atau bisa di bilang wajah datar.

Rere beranjak dari kolam, "apa itu bang?"

"Lukisan jatuh, sudah abang benerin kok."

Deg

Entah kenapa jantungku kini berdetak lebih kencang, pikiranku teringat kepada lukisan besar di ruang tamu tadi.

"Mas, takuttt." Ringisku.

"Gapapa dek, paling cuma angin."

"Mas tau gak? Tadi pas aku lewat lukisan itu, dia goyang-goyang. Masa di dalem ruang tamu bisa ada angin sekenceng itu, lukisannya besar loh mas."

"Udah jangan di pikirin, nanti kamu stres" ucapnya berusaha menenangkan ku, tetapi itu tidak membuatku lebih tenang.

Kemudian lelaki itu membantuku keluar dari kolam, karena hari sudah semakin sore. Aku juga belum sholat Ashar, kalau sholat sebelumnya sudah aku qadha.

Saat melewati lukisan tadi, aku memilih untuk berpindah posisi di samping kanan mas Azra. Karena tadi posisiku tepat berada di samping lukisan besar itu.

Lalu mas Azra merangkul diriku, dan membisikkan sesuatu "jangan takut, ada saya."

Bukan baper, malah itu membuatku semakin merinding. Sampai bulu kundukku berdiri terus menerus. "Aku merinding denger suara kamu," bisikku lagi.

Mas Azra pun langsung memberikan tatapan tajam kepadaku, aku tertawa melihat ekspresinya saat ini.

~~

Sesudah shalat Isya, tidak ada kegiatan lagi yang akan kami lakukan selain tidur. Tetapi, sudah beberapa kali aku memejamkan mataku. Tetap saja rasanya sulit sekali.

Dengan posisi tidur mas Azra yang memelukku, membuatku kesusahan untuk bergerak. Akhirnya, aku berhasil mengambil handphone milik lelaki itu. Waktunya kepo!!

Sudah lama sekali jari-jemari ku mengscroll beranda WhatsApp miliknya, aku tak tidak melihat pesan yang aneh. Namun, tiba-tiba saja ada notif yang berbunyi di handphone ku. Tertera nama Rere disana.

Aku pun membalas pesannya...

Aku nulis ini sendirian di kamar, smpe merinding haha

Di Tilang Mas Suami Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang