12. Deep Talk

5.3K 537 26
                                    

"Pulang malam, ponsel nggak bisa dihubungi, ngapain aja kamu...?!"

Papi membuka pembicaraan dengan suara rendah, mencoba meredam emosi agar tidak kelepasan membentak sang putri. Papi menatap tajam Markus yang tampak sangat gugup ditempatnya. Mereka sedang berada di ruang tamu, dengan posisi Markus dan Mikhaila duduk di hadapan sosok yang paling tua.

"Papi, maaf... Mikha hiks.. tadi pagi Mikha buru-buru hiks.. Mikha lupa ngecek batre hp..."

Astaga Mikhaila! Your boyfriend is watching! Kalau seperti ini, Papi mana sanggup melanjutkan peran sebagai Ayah yang galak nan menakutkan?! Well, Papi sudah briefing dengan Michella sebelumnya.

"Sayang~ udah jangan nang..."

"Heh! Minggir kamu!"

Dengan tega Papi mendorong tubuh Markus ke samping, lalu menempatkan dirinya di tengah-tengah Markus dan Mikhaila. Markus sampai di buat kebingungan karena ulah sang calon mertua yang seenak jidat lebarnya memotong perkataan yang lebih muda.

"Iya sayang, iya... udah jangan nangis lagi, papi minta maaf ya?"

"PAPI! Tadi katanya nggak bakalan luluh?! Belum sampe 5 menit loh, Papi~"

Siapa lagi oknum yang merasa paling dirugikan selain si bungsu Michella? Mami Dara sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan pasangan Ayah dan putri bungsunya itu. Michella jelas tidak terima saat menyaksikan drama yang sudah susah payah dia rencanakan harus gagal. Gadis bar-bar itu tiba-tiba muncul di balik dinding lalu berjalan menghampiri Papi.

"Michelle diam dulu, Princess Papi lagi nangis."

Meh! Katanya mau jadi sosok Ayah yang tegas? Dasar kampang.

"Udah dong... Papi nggak jadi marah, loh... Sekarang putri Papi masuk kamar dulu, trus mandi biar lebih segar." Papi berucap seraya menepuk-nepuk punggung Mikhaila.

"Nggak mau! Bilang aja Papi mau marahin kak Mark, iya kan? Nggak boleh!"

Well, agaknya sosok Markus sedikit terlupakan.

"Loh! Kata siapa? Papi cuma mau ajak Markus main catur, betul kan, Mark?"

Markus kontan di buat gelagapan. "I-iya om, main catur hehe." Balasnya.

"Tuh kan... kak Mark sampe gagap gitu... pasti mau dimarahin Papi nih!"

"No sweety~ Absolutely no! Markus, tell her!"

Seruan Papi diikuti dengan pelototan garang ke arah Markus. Gila! Markus benar-benar di buat panas dingin sebab wajah seram Pria disampingnya.

"Mikha sayang... ke kamar dulu, mau ya? Nanti kakak ajak jalan-jalan..."

"Cih! Nggak ada yang beres di rumah ini."

Michella masih ada di sana, omong-omong. Gadis itu berkacak pinggang menyaksikan opera sabun yang sedang berlangsung. Setelah berucap demikian, Michella segera berlalu pergi meninggalkan tiga orang yang dia anggap kumpulan manusia idiot. Dasar anak durhaka!

"Papi janji dulu nggak marahin kak Mark..."

"Iya, Papi janji..."

"Awas kalo boong! Nanti Mikha nggak mau ngomong sama Papi lagi..."

"Iya, iya..."

"Bener, ya? Papi udah janji, loh..."

"Astaga, Mikhaila! Papi janji nggak akan marahin pacar kamu, puas?"

"Ya udah... Mikha ke kamar nih! Kak Mark~"

Chu~

Rasanya Papi akan pingsan sebentar lagi. Apa-apaan itu, Mikhaila?! Gadis manja itu tiba-tiba mengecup bibir Markus lalu berlari menuju kamarnya. Diam-diam Markus melirik Papi, dan lelaki itu kontan memucat saat dihadapkan dengan wajah galak Papi.

The Thing About Mark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang