18. Queen of My Heart

5.1K 453 52
                                    

"Mikha, relax..."

Sarah menatap kesal Mikhaila yang duduk disampingnya. Gadis cantik itu merasa geram dengan kelakuan Mikha yang sedari tadi misuh-misuh tidak jelas seperti seseorang yang sedang menahan sembelit. Padahal dosen masih menyampaikan materi perkuliahan di depan sana, gara-gara si anak Mami, Sarah jadi ikut-ikutan tidak bisa fokus. Sial!

"Duh, masih lama nggak ya?" Celetuk Mikhaila dengan wajah memelasnya.

"10 menit lagi... Makanya diem dulu."

Mikha hanya bisa pasrah, mencoba untuk tidak terlihat gelisah. Well, si montok sedang di landa kepanikan sebab memikirkan nasib kekasihnya yang sedang bertempur di ruang sidang. Gadis itu sudah panik sejak kemarin hingga dia meraung-raung pada Papi untuk memberi izin menginap di apartemen Markus. Pagi tadi pun Mikha masih tetap panik sampai-sampai harus ditenangkan terlebih dahulu oleh Markus. Ada-ada saja. Markus sampai di buat bingung, yang mau sidang siapa yang demam panggung siapa.

10 menit berjalan begitu lama, Mikha benar-benar tidak sabar untuk segera menemui Markus. Dia harus memastikan keadaan Markus agar bisa tenang. Markus memang pintar! Mikha percaya itu. Tapi, kekasih mesumnya kadang bisa melakukan hal-hal yang tidak terduga kala sedang berada dalam situasi kurang bersahabat. Bisa jadi Markus menoyor kepala dosen penguji saat emosinya mulai terpancing, siapa yang tau?

Ketika dosen di depan sudah selesai mengucap kalimat penutup dan melangkah keluar ruangan, secepat kilat Mikhaila berlari bak orang kesetanan, sehingga mengundang puluhan tatapan heran dari teman-teman seperjuangannya.

Mikha membawa langkah kakinya melewati salah satu koridor Fakultas. Di ujung koridor, dia melihat kerumunan orang-orang di depan sebuah ruangan yang kerap dijadikan sebagai ruang sidang. Dan ruangan itu juga digunakan oleh kekasihnya hari ini.

"Udah selesai, ya?" Gumam Mikhaila seorang diri.

Dalam kerumunan sekali pun, Mikha tetap bisa menemukan Markus dengan mudah. Bagaimana tidak? Kekasihnya begitu mencolok dengan penampilan rapi tidak seperti biasanya. Kemeja putih bersih di padu celana hitam khas bapak-bapak kantoran, jangan lupakan sepatu hitam mengkilat serta kacamata bulat yang bertengger di hidung mancung lelaki 25 tahun itu. Yang paling membuat Mikha kesal adalah jidat mulus Markus.

Markus berpenampilan seperti perampok saja banyak yang suka, apalagi Markus berpenampilan rapi dengan jidat kemana-kemana?! Astaga! Mikha tidak rela!

"Kak Mark!"

Teriakan Mikhaila sontak membuyarkan gelak tawa orang-orang yang mengerumuni Markus. Mikhaila menggeram kesal saat mendapati seorang perempuan yang diyakini salah satu seniornya sedang berusaha mendekati Markus. Perempuan itu tampak mau-malu menyerahkan kado pada Markus.

'Cih! Dasar caper!' Inner Mikha.

"Sayang, sini!"

Markus melambaikan tangan ke arah Mikhaila. Lelaki itu tampak kesusahan sebab banyaknya jumlah hadiah yang dia terima. Mikhaila mendekati Markus dengan wajah cemberut, kentara sekali kalau dia sedang cemburu buta.

"Mas-nya selesai sidang kok nggak di kasih senyum?" Goda Markus.

Orang-orang di sekitar, khususnya para perempuan di buat tercengang karena perlakuan lembut Markus pada Mikhaila. Well, se-Fakultas memang sudah tau kalau Markus itu taken, tapi mereka mencoba menutup mata. Mereka pikir Markus mungkin hanya main-main saja. Memang siapa yang bisa percaya kalau Markus si anti perempuan benar-benar jatuh cinta? Bagi mereka sangat tidak masuk akal.

"Kak Mark genit! Mikha nggak suka~"

Keluhan Mikhaila di sambut hangat oleh Markus. Wajah cemburu Mikhaila sangat lucu, hingga Markus tidak tahan untuk mencubit pipi berisi kekasihnya. Markus memang pelit senyum, tapi hari ini adalah hari spesial, benar? Mana mungkin Markus menghancurkan moment bahagia dengan memasang tampang galak?

The Thing About Mark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang