"Heh tuyul! Ngapain lu senyum-senyum??! Sinting lu?"
Michella menatap heran sang kakak. Mata elang gadis itu sama sekali tidak teralihkan dari sosok Mikhaila yang sedari tadi senyum-senyum sendiri. Sesekali Mikhaila juga tertawa cekikikan sambil memandang jemarinya. Apa mungkin Mikhaila sedang kesurupan? Atau mungkin... sudah gila?"Apaan sih, nggak bisa banget liat Mikha seneng..." Balas Mikha sewot.
"Ya abis elu ketawa-ketawa sendiri... Bikin merinding aja... mana Papi Mami belom pulang... duh."
"Mikha tuh lagi seneng tau~ nih liat nih! Kemarin kak Mark beliin Mikha cincin. Cantik kan?"
"Meh! Kirain apaan. Lebay banget."
"Yeee... bilang aja Icel sirik, iya kan?"
"Cincin doang ngapain sirik! Gue juga bisa beli sendiri kaleeee..."
"Kok beli sendiri? Dibeliin dong~ kenapa? Jomblo ya? Huuuu...." Ledek yang lebih tua.
'Sial! Minta digeprek ni bocah' Begitulah suara hati Michella.
Tidak mau kalah, si bungsu dengan jahil mendekap tubuh Mikhaila lalu menyingkap kaos gadis malang itu ke atas, hingga memperlihatkan tubuhnya yang dipenuhi bercak-bercak kemerahan hasil perbuatan Markus.
"PI!! PAPI!!! LIAT NIH TUBUH ANAK PAPI!"
Teriakan lengking Michella kontan menggema. Dia mendengar suara mobil memasuki perkarangan rumah, omong-omong. Sudah pasti mobil si Papi, bukan? Bagus Michelle! Kali ini Mikhaila tidak boleh dilepaskan.
"Ampun Icel! AMPUN!!!"
"PAPIII...Hmmmpplp..."
"Ok! Ok! Mikha minta maaf! Jangan cepuin ke Papi! Nanti Mikha beliin Icel cincin!"
Mikha mencoba bernegosiasi dengan adiknya. Gadis semok itu enggan membuka bekapan tangannya sebelum yang lebih muda setuju.
"Ya? Ya? Ya?" Pinta Mikha dengan raut memohon.
"Wuihhhhh... pada ngapain itu tindih-tindihan?"
Kemunculan Mami yang diikuti Papi dari belakang sontak menginterupsi perang sipil yang sedang berlangsung. Mikha yang lengah tidak sadar kalau sang adik sudah berhasil lolos.
"Biasa Mi, anak kesayangan mami sawannya kumat..." Sahut Michelle.
Mikhaila sedikit lega sebab adiknya masih bisa di ajak bekerja sama untuk kesekian kalinya. Well, Mikha tidak tahu saja kalau Papi sudah lebih dulu mengetahui segalanya.
"Lu harus jajanin gue selama satu bulan!"
Michella berucap lirih di depan wajah Mikhaila, lalu gadis nakal itu melenggang pergi, menjauh dari tiga orang lainnya. You did well, Michella.
***
Beberapa hari setelahnya...
Kediaman Alatas sedang ramai dikunjungi oleh keluarga besar Markus. Tidak hanya keluarga inti Li yang ada di Surabaya, tapi sepupu-sepupu Markus yang ada di Jakarta juga ikut hadir dalam pertemuan 2 keluarga tersebut. Bahkan Nanny Mikhaila jauh-jauh datang dari Manado, demi bertemu langsung dengan keluarga dari sang calon cucu menantu.
"Mbak Mikha, kok mau sama koh Markus? Orangnya burik gitu..."
"Aca..."
Agaknya Markus mulai lelah dengan sikap Marsha. Sedari tadi Marsha tidak berhenti mencerca Mikhaila dengan pertanyaan-pertanyaan aneh seputar Markus. Saat ini yang muda-muda sedang berkumpul di ruang tengah, sedangkan para tetua berada di ruang tamu, membicarakan hal-hal serius, mulai dari rencana pernikahan Markus-Mikhaila, sampai masalah bisnis yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan agenda hari ini. Memang apa lagi yang diharapkan ketika orang kaya sedang berkumpul?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thing About Mark (END)
FanfictionKetika si gadis manja berhasil mengungkap jati diri senior paling galak se-antero raya! CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • 18+ • Harsh words • Semi baku • Lokal • Romance, fluffy, frienship, family