13. My Universe

4.9K 500 16
                                    

"Kok gitu?"

"Maaf, sayang, klien kakak nanti sore harus berangkat ke Berlin, jadi kakak nggak bisa..."

Tuttt...

"Loh? Halo? Mikha sayang? Halo? Sial dimatiin, ngambek ni pasti..."

Markus mengacak rambutnya frustasi. Dia sudah berjanji akan mengajak sang kekasih jalan-jalan hari ini, namun tiba-tiba salah satu klien showroom menghubungi, meminta waktu bertemu sebelum berangkat ke luar negeri. Markus harus memikirkan cara agar kesayangannya tidak marah berlama-lama. Bisa gila dia kalau diabaikan si montoq.

Lelaki itu kembali meraih gawainya lalu mengetik sebuah pesan, lalu mengirimnya pada salah satu kontak. Tidak membutuhkan waktu lama, berselang beberapa menit kemudian seseorang mengetuk pintu ruangan dan membukanya perlahan.

"Ada apa, koh?"

Orang itu kontan melempar pertanyaan kala melewati pintu ruangan Markus. Dia berdiri di tengah-tengah ruangan dengan wajah kebingungan.

"Jam 10 nanti gua ada pertemuan sama pak Tama. Lu yang gantiin bisa kan?"

"Loh? Emang koko kenapa?"

"Lu nggak perlu tau, sekarang gua tanya bisa nggak? Gua buru-buru ni..."

"Pak Tama gimana?"

"Gampang, yang penting lu nya mau dulu..."

"Emang gua punya pilihan?"

"Hm... nggak sih."

"Nah, itu tau..."

"Ok! Berarti lu bisa. Gua harus cabut sekarang, jadi tolong banget gantiin gua di kantor. Urusan sama Pak Tama nanti gua kabarin lagi. Udah itu aja, gua percayain showroom hari ini sama lu, Ndre..."

Markus berucap cepat sambil merapikan berkas-berkas yang berserakan di atas meja. Bahkan sebelum Andre sempat merespon, Markus lebih dulu berjalan ke luar ruangan dengan langkah besar, mengabaikan sosok Andre yang hanya bisa melongo menyaksikan tingkah aneh sepupu sekaligus bosnya itu.

"Koh Markus akhir-akhir ini bukan koh Markus..."

Andre bergumam saat punggung lebar Markus menghilang di balik pintu ruangan. Bagaimana mungkin Andre tidak heran? Markus adalah seorang workaholic. Lelaki itu akan mengabaikan segala hal saat berada di ruang kerjanya, terlebih sebentar lagi akan ada pertemuan penting bersama klien. Namun sekarang lelaki galak itu justru mengalihkan tugasnya pada seorang bawahan.

***

"Nah... ini dia biang keroknya!"

"Pagi, Om..."

"Am om am om. Anak saya nggak mau sarapan gara-gara kamu. Dari tadi nggak mau keluar kamar sampai istri saya di buat pusing, tau?!"

"Ya maaf, Om... ini juga saya udah bela-belain datang sampai harus batalin janji sama klien..."

Markus tidak terima disalahkan mentah-mentah, okay? Gila! Papi Mikhaila benar-benar menakutkan. Baru saja dibukakan pintu bukannya di sambut dengan sapaan ramah, malah di semprot dengan kata-kata pedas. Untung calon mertua, kalau tidak sudah Markus colok itu matanya.

"Saya nggak mau tau, anak saya harus keluar kamar dan sarapan. Kalau tidak, jangan harap kamu bisa liat wajah anak saya lagi. Saya berangkat ke kantor dulu."

"I-iya, Om. Saya temuin Mikhaila sekarang..."

"Sana!"

The Thing About Mark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang