HAI CHIKA- 01

3K 433 21
                                    

"Sial."

BRAKK!!

Seorang gadis yang memakai kaos hitam dengan menguncir rambutnya ke atas ini menendang meja di depannya sangat kencang, hingga meja itu tergeser ke belakang. Dia emosi. Ntah apa alasannya, tapi gadis ini terlihat marah sekali.

"Jaga perilaku dan ucapan kamu pada Kakek." Pria tua yang memakai kemeja putih dipadu dengan rompi coklat menatap cucunya yang tadi telah menendang meja di hadapan cucunya itu.

"Huh." Gadis ini tersenyum remeh.

"Jaga perilaku dan ucapan? emang peran Kakek di kehidupan aku itu apasih? sampai-sampai aku harus jaga perilaku." Dia melipat kedua tangannya di depan, bersikap angkuh.

"Yessica," tekan si pria tua. Dia menajamkan pandangan pada cucu dari anak pertamanya ini. "Kamu jang--" Belum juga dia berbicara sepenuhnya, cucunya itu malah pergi meninggalkan dia di ruangan kerjanya ini.

Dengan wajah kesal, sang gadis penyuka basket ini berjalan cepat menuju kamarnya pada rumah sang kakek. Lebih baik ia mempersiapkan segala barang-barang miliknya kemudian kembali pulang ke rumahnya. Sungguh, baru dua hari tinggal di rumah ini, batinnya sudah tertekan sekali.

Yessica Tamara. Yang akrab disapa, Chika. Dia adalah cucu kedua dari keluarga Mahendra, keluarga yang sangat terpandang karena keluarga tersebut berisikan para pebisnis yang sukses.

"Kak Chika."

Itu suara Christy. Adik sepupu Chika, yang menjadi cucu terakhir di keluarga Mahendra ini. Dia berjalan mendekati kakaknya yang berhenti di depan pintu kamar.

"Apa?" Chika menoleh malas.

"Ini--" Christy menyodorkan sebuah mangkuk. "--aku sama Mami tadi buat puding, nah ini untuk kak Chika."

Gadis berkaos hitam ini menatap puding yang disodorkan kepadanya. Sebenarnya dia ingin sekali mencoba puding yang terlihat enak itu. Namun, karena Christy berkata kalau dia membuat puding bersama Maminya, hal ini malah membuat rasa iri menjalar di hatinya. Dia sangat iri.

Christy punya Mami. Sedangkan dia?

Christy membuat puding bersama Mami. Sedangkan dia?

Di kehidupan ini dia tak punya sosok Ibu. Itu berarti dia tidak bisa melakukan hal yang dilakukan Christy dengan maminya. Contohnya seperti membuat puding ini.

"Kak?" Christy sedikit memajukan wajahnya untuk menyadarkan Chika yang melamun.

"Ah--" Chika tersentak, mengerjapkan matanya.

"Kakak kenapa melamun deh? nih, pudingnya."

Chika menggeleng. "Bawa balik, aku gak suka."

"Yahh." Ada rasa kecewa di hati Christy begitu puding buatannya ditolak Chika mentah-mentah. Padahal dia sudah membuat puding ini dengan kerja keras dan sangat totalitas. Eh sama Chika malah ditolak.

Dia membuat puding ini, karena Chika tengah menginap dirumah kakek mereka. Rumah besar ini, menjadi rumah utama keluarga Mahendra. Sumpah demi apapun, rumah ini mewah dan lebar sekali. Melebihi rumahnya Sisca Kohl.

Bukannya merasa kasihan, Chika malah melenggang masuk kedalam kamarnya, menutup pintunya dengan kuat.

Christy masih berdiri di depan pintu kamar kakaknya. Dia mencabik bibirnya, dengan tatapan sendu menatap puding yang ditolak Chika tadi.

"Udah jangan diliatin, ayo ke dapur lantai tiga, kita makan pudingnya bareng Oma."

Suara seseorang menyapa telinga Christy. Dia membalikkan badannya kebelakang, kemudian tersenyum sumringah melihat siapa pemilik suara tadi.

HAI CHIKA! | CHIKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang