HAI CHIKA - 05

2.1K 414 17
                                    

Sebelumnya mau menjelaskan, HC ini aku upload ulang HC yang chapture 1-19 ya, biar bersambung sama upload HC yang ada disini. Jadi untuk kedepannya, aku masih upload chapture yang lama setelah itu lanjut yang baru.

Untuk Dear Universe juga. Itu alurnya gak ada yang di ubah ya. Aku sekedar upload ulang bukan publish. Jadi angka yang komen, baca, kasih bintang dulu, terhapus semua.









5. MISTERI.


Mobil mewah berwarna hitam kini memasuki rumah besar bergaya bangunan eropa kuno. Mobil itu parkir di depan pekarangan rumah, diantara dua mobil mewah lainnya. Chika. Gadis itu keluar dari dalam mobil mewah tersebut berbarengan dengan Zee dan Christy.

"Ini mobil siapa?" Zee menatap dua mobil yang ada di samping kanan dan kiri mobil yang ia naikin tadi.

"Capek deh, tiap hari ada aja mobil baru yang terparkir disini."

"Kayaknya antara Mami aku sama Mama kamu deh yang beli mobil baru," kata Christy yang berdiri di sebelah Zee.

Tak berlangsung lama, sebuah mobil mini cooper berwarna biru muda berjalan pelan memasuki karangan rumah besar keluarga Mahendra.

Mobil itu terparkir di belakang mobil yang dinaiki ketiga cucu Mahendra, kemudian pintu mobil itu terbuka dan memunculkan Fiony yang memakai kemeja putih dan rok pendek kotak-kotaknya.

Ketiganya langsung terdiam menatap Fiony yang juga terdiam menatap mereka.

"Nona Fiony, tas nya." Seorang supir berseragam lengkap, memberikan tas sekolah Fiony.

"Iya."

Fiony mengambil tas tersebut, lalu berjalan masuk kedalam rumah besar itu tanpa menyapa ketiga gadis yang masih berdiri di sebelah mobil sedan hitam. Chika pun ikut masuk juga, dengan wajah datarnya. Dia sama sekali tak mengajak adik sepupunya itu untuk masuk kedalam juga.

"Masuk yuk, kita kasih makan si Jamal," ajak Zee pada Christy.

"Yuk."

Kemudian, keduanya pun berjalan masuk kedalam rumah sambil bergandengan tangan.

o0o



"Yaampun nenekku, sayangku, buah dadaku, rindu banget!!!" Olla langsung memeluk sosok nenek kesayangannya yang baru saja keluar dari bandara. Nenek itu memakai kemeja hitam dan celana kulot hitam.

Tak lupa, sebuah kacamata hitam bertengger di wajahnya.

"Ih buah dada, emang dada ada buahnya?" tanya Ara yang memegang susu kemasan di tangannya.

Mira melotot. Dia menoyor kepala Ara dengan pelan, "gak usah sok polos deh."

"Lah? gue beneran gak tau, sumpah."

"Bacot." Mira menatap Zeya, sang nenek yang selalu dianggap sebagai ATM berjalannya laskar bulan.

"Ada oleh-oleh gak, Nek? emas, perak, saham, sertifikat rumah?" tanyanya dengan enteng.

"Buset." Dey menggelengkan kepalanya dengan pelan, "kenapa gak sekalian jadi ahli warisnye aje lo."

"Oh, boleh aja. Silahkan, jadikan gue sebagai ahli waris keluarga lo," kekeh Mira diikuti oleh Olla.

"Ngab? kok diam aja daritadi?" Ara menatap wajah Zeya dengan sedikit memajukan wajahnya kedepan.

"Apa karena pake masker? makanya gak mau ngomong?"

Zeya, dia memutar bola matanya dengan malas. Menurunkan maskernya, dan berhasil menciptakan tawa renyah dari keempat sahabat cucunya.

"Hah? HAHAHAHAHAHA." Ara tergelak,

HAI CHIKA! | CHIKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang