HAI CHIKA - 13

1.5K 298 10
                                    

         
                13. GADIS BERMATA COKLAT.

Ara tidak tahu, sebesar apa luka yang dipendam Chika selama ini sehingga Chika bertingkah seperti itu. Tapi yang jelas, Ara mengerti. Sebesar dan sedalam apa luka yang ditoreskan dalam hidup gadis yang masih terduduk di ujung memeluk kakinya sendiri.

"Kak Chika--" gumamnya setelah dia maju beberapa langkah mendekati kakak kelasnya itu.

"Semuanya jahat, semuanya jahat. Dua belas, dua belas--" kata Chika dengan nada ketakutannya.

Agaknya keberanian Ara sangat besar kali ini. Terbukti dari dia yang tetap melangkah maju dan bahkan gadis itu sudah memegang pundak Chika yang terduduk memeluk kaki, ketakutan.

Namun beberapa detik kemudian dia merutuki dirinya sendiri karena sok-sokan berani menghadapi Chika, karena sekarang dia malah mendapatkan risikonya. Yaitu---

"Hik." Ara berjengit kaget.

----Chika mencekik lehernya dengan ekspresi menyeramkan.

Kedua tangan gadis berponi depan itu pun terangkat memegang tangan Chika, berusaha menghentikan aksi mencekik Chika ini.

"K-kak Chika, lepasin. Sakit!!" kata Ara tersendat-sendat.

Tubuh Ara gemetar hebat. Anak itu terlihat ketakutan sekali karena tingkah Chika ini. Di dalam hatinya dia terus berteriak meminta pertolongan- walaupun tak ada gunanya dia membatin seperti itu.

Melemah, Ara semakin lemah.

"L-lepasin, sakit.."

Ntah kekuatan darimana, tiba-tiba pandangan Chika yang tadinya tajam seperti sebuah pisau yang baru saja di asah, kini tatapan itu berubah menjadi tatapan teduh yang menenangkan. Dia melepaskan genggaman tangannya dari leher Ara, kemudian menatap gadis di depannya dengan lekat.

"Ara, kamu gak pa-pa?"

Bernafas lega, Ara memegang lehernya kemudian menatap tajam gadis di depannya ini. Dilihat dari tatapan matanya, sepertinya ada rasa takut dan tak suka ia perlihatkan pada gadis bermata coklat itu.

"Gue mau pulang!" bentaknya kemudian bergerak ingin pergi.

"Ara."

"Ara."

Chika langsung sigap memegang tangan Ara agar menghentikan kepergian anak itu.

"Jangan pergi, Ra."

Ara menoleh kebelakang setelah menghempaskan tangan Chika hingga tangan gadis bermata coklat itu terlepas dari tangannya.

"Lo gila ya?! lo tadi hampir bunuh gue, Chika!" bentaknya dengan suara gemetar. Jujur saja, Ara ingin menangis karena ketakutan melihat tingkah Chika tadi.

"Bukan aku, Ra. Tapi Shin."

"Shan Shun Shin, gila lo!"

Chika terdiam mendengar bentakan terakhir Ara. Wajahnya berubah datar, dan ia menunjukkan tatapan kosongnya.

Ara pun sedikit kaget karena dia kelepasan dalam berkata. Dia mengusap hidungnya kemudian menghela nafas panjang. "Maaf, aku gak ber-"

"Aku memang gila."

Chika terkekeh paksa lalu tersenyum miris. "Kamu orang kesekian yang bilang aku gila."

"Chik, ak-"

"Pergi, Ra. Aku gila. Mending kamu pulang, dan tinggalin orang gila ini sendirian disini."

Gadis berponi depan itu menghela nafasnya mendengar ucapan Chika ini. Dia mengangguk pelan, kemudian membalikkan tubuhnya dan bersiap untuk pergi.

Chika langsung terduduk dengan tangan yang memegang atas kasurnya. Dia menundukkan kepalanya kemudian terisak. Ntahlah. Dia tak tau kenapa dirinya menangis seperti ini. Perasaan hati dan tubuhnya sama sekali tak dapat berkerja sama dengan baik.

HAI CHIKA! | CHIKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang