HAI CHIKA - 18

2.4K 394 16
                                    

Selesai sudah upload ulangnya. Selanjutnya, akan chapture baru ya. Ah iya, chapture 19 dan 20 sudah di upload dari awal.

         
                18. MATI ATAU TERSIKSA?

Ara tersenyum tipis menatap Chika yang sibuk memakan nasi goreng pesanannya di kantin. Setelah sibuk bercerita di taman belakang, dia mengajak Chika untuk makan di kantin. Karena masih banyak sisa waktu istirahat, jadi ajakannya langsung dituruti oleh Chika.

Beberapa hari lagi pemilihan jabatan OSIS akan dilaksanakan. Dan sebentar lagi, dia dan yang lainnya akan naik tingkatan. Hmm..

Bagaimana ya kehidupan selanjutnya, nanti?

"Ara, kamu gamau makan juga?" Karena melamun, Ara tak menggubris pertanyaan Chika ini. Hal itu tentu membuat sang pemilik bola mata coklat ini terheran menatap Ara yang duduk di depannya.

"Ara, Ara, Ara, Ara."

Ara tersentak. Dia memfokuskan diri menatap Chika. "Hmm, paan?"

"Ara, Ara, Ara, Ara."

"Apa?"

"Ara, Ara, Ara."

"Apasih Chik? Panggil-panggil Ara mulu."

Chika terkekeh. "Enak banget nyebut nama kamu. Araa, Raaa ..."

Gadis penyuka warna hitam ini memutar bola matanya malas. Dia melipat kedua tangannya di atas meja, kemudian menatap nasi goreng yang ia pesan juga tadi.

"Chik." Ara mendongak, menatap lekat sosok Chika yang menatap dirinya dengan tatapan polos sekaligus mengunyah nasi goreng.

Lama berpikir dalam diamnya, Ara langsung menggeleng. "Gak jadi."

"Dih, gaje." Chika kembali menyuap nasi goreng kedalam mulutnya. Dia sangat lapar. Ntah apa alasannya, pokoknya dia sekarang sangat-sangat lapar.

Namun kembali. Kembali Ara memanggilnya. Sedikit jengkel, Chika pun mendongakkan kepalanya menatap Ara. "Apasih, Ra? Panggil aku mulu."

"Aku bahagia sekarang."

Chika mengernyitkan alisnya. "Bahagia?"

"Iya bahagia."

"Kenapa bahagia?"

Ara menggeleng. "Gak tau."

"Kok gak tau sih?"

"Hmmm--" Ara memajukan wajahnya, menatap lekat wajah Chika yang kebingungan melihat tingkahnya. "Gak tau deh, kenapa aku tiba-tiba ngerasain bahagia. Tapi coba kamu senyum."

Langsung saja Chika menerbitkan senyuman manisnya.

"Oh, ternyata aku bahagia liat senyuman kamu." Ara langsung tertawa setelah berucap seperti ini. Dia semakin mengencangkan tawanya melihat wajah Chika yang bersemu merah itu. Benar-benar lucu sekali gadis di depannya ini.

Menghalau ke-baperannya, Chika memajukan bibirnya. "Senyum aku atau senyum Indah?"

"Ya senyum kamu lah. Kenapa bisa ke Kak Indah sih."

"Hari selasa, jam setengah 7 pagi, di dekat tangga koridor gedung IPA, kamu bilang pagi itu cerah karena senyuman si Indah-Indah itu."

Ara terbelalak mendengarnya. Astaga. Kuat sekali ingatan Chika ini? Dia saja tidak ingat kalau dirinya pernah berucap seperti itu.

"Buset, enggak-enggak. Itu kan dulu. Sekarang udah beda."

Chika mencibir. "Bisit, inggik-inggik. Iti kin dili. Sikiring idih bidi."

Ara tersenyum. "Serius Chika. Itu dulu, sekarang udah enggak."

Lagi-lagi Chika mencibir. "Nyenyenyenye."

HAI CHIKA! | CHIKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang