e. Eleven AM and Escape decision

451 130 34
                                    

"Hoam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hoam.." Gio terbangun karena alarm yang sudah hampir tiga kali di snooze nya. Hari ini ia tidak ke kantor, ia sudah ada janji temu dengan Miko dan Elina, lagi dan lagi.

Untuk apa? Hari ini ia sudah janji untuk ikut bersama Miko dan beberapa rekan nya kembali ke butik yang tempo hari. Baju groomsmen nya sudah selesai dirombak ulang dan ia diminta untuk mencoba hasil rombakan di butik yang sama dengan beberapa hari lalu.

Gio membuka kontak sekretaris nya dan segera menelpon, "...- Iya, nanti saya ke kantor setelah makan siang, siapkan semua berkas yang butuh saya baca ya," ucap Gio sebelum mengakhiri panggilan nya.

Dengan langkah gontai Gio bersiap, sungguh sebenarnya ia sedang malas, terutama bertemu Elina. Namun, Gio bisa aja, tentu tidak ada. Dirinya sudah mengiyakan sejak awal tawaran Miko dan jelas ini bukan saat yang tepat untuk berubah pikiran, masa itu sudah lewat.

Setelah bersiap ia segera melajukan mobil nya ke tempat butik itu, janji temu nya di jam sebelas menjelang siang ini.

Kenapa kemarin gue nge-iyain chat nya Miko sih? Oon banget. batin Gio sembari mulai menjalankan mobil nya. Suasana jalanan cukup lengang saat Gio berkendara menyusuri nya. Waktu menunjukan sekitar pukul sepuluh, hari ini Gio sengaja agak datang mepet dengan janji temu nya, mengapa? Oh tentu menghindari kecanggungan dengan Elina.

Gio terus menyetir dengan kecepatan tak lebih dari 30 km/jam. Namun, saat melewati satu lampu lalu lintas ia melihat seseorang yang cukup familiar baru saja masuk ke sebuah cafe. Tanpa berpikir dua kali Gio segera memutar balik dan mengikuti gadis itu masuk ke dalam cafe. Ia memarkirkan mobil nya tepat di depan cafe yang nampak teduh itu. Dengan langkah santai Gio berjalan memasuki cafe itu, untuk apa? Tentu untuk memastikan gadis yang baru dilihatnya.

Ting~

"Selamat datang di Leaf of you, silahkan menu nya." Ucap seorang pelayan menyambut Gio, namun justru tatapan acuh yang didapat pelayan itu.

Feromon ini? Beneran Lavin kan ya? Batin Gio mencium aroma yang terasa menenangkan itu lagi. Gio yang bahkan belum ada sehari berpisah masih mampu mengenali nya.

"Saya mau menemui teman saya dulu, sepertinya ada di atas, bisa kan?" tanya Gio sembari mencuri pandang pada tangga di belakang pelayan itu berdiri. Dalam diam pelayan itu menatap kagum pada sosok Gio yang pagi ini nampak memukau, setelan kemeja maroon dipadukan dengan celana kain dan sepatu hitam pekat nya. Gio mempesona.

"Mbak?" Gio melambai kecil didepan wajah pelayan itu, membuatnya berkedip cepat beberapa kali.

"Si-..silahkan, nanti bisa turun ya jika mau pesan, saya dibalik meja bar." ucap pelayan itu dengan senyum menggoda yang nyatanya diacuhkan Gio. Lelaki itu memilih berjalan dengan langkah besar menaiki anak tangga.

Bertemu sebentar dan kembali ke butik tak masalah kan? masih ada waktu juga, batin Gio lagi, diliriknya jam di pergelangan tangan yang jarum panjangnya masih menunjukan angka empat.

LavenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang