f. Fall first, Fall harder.

437 123 71
                                    

Elina termenung, jam di pergelangan tangan nya telah menunjukan pukul dua belas tepat, namun Gio, lelaki yang ditunggunya dan Miko tak kunjung datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elina termenung, jam di pergelangan tangan nya telah menunjukan pukul dua belas tepat, namun Gio, lelaki yang ditunggunya dan Miko tak kunjung datang.

"Coba telepon lagi Yang," ucap Elina pada Miko yang memang tengah sibuk dengan ponsel nya.

"Masih nggak aktif Yang, udah lah biarin aja. Lagi meeting kali dia." Balas Miko seadanya. Ada rasa khawatir, namun Miko memilih acuh. Bagi Miko absen nya Gio bukan kendala berarti.

Mungkin Meeting,

Mungkin kesiangan bangun dan lupa bawa ponsel,

Mungkin baterai nya habis dan lupa di charge,

Mungkin lupa menyalakan paket data,

Mungkin,

Banyak sekali mungkin di benak Miko, namun sekali lagi dirinya acuh. Toh juga Gio sudah besar.

Drtt...

"Halo Vin?"

"Ha? Enggak. Ini gue juga lagi nunggu dia."

"Ha? Gimana Vin? Suara cewek? Nggak kok, Gue bareng Elina terus ini. Dan Gio nggak lagi sama kita," Elina seketika mendekat saat Miko menyebut Gio dipercakapannya dengan seseorang di balik telepon, entah siapa.

"Siapa?" Bisik Elina berusaha mencuri dengar.

"Iya, nanti gue kabarin. Thanks ya Vin info nya, gue tutup."

"Vincent. Dia nyariin Gio juga," balas Miko pada Elina setelah lebih dulu mematika telepon nya.

"Harus nya Gio ada jadwal bareng Vincent abis makan siang nanti, tapi tuh anak ngilang Yang." Ucap Miko yang kembali sibuk dengan ponsel nya. Jujur rasa khawatir nya bertambah, setelah Vincet bilang Gio tak ada di kantor.

"Dia kemana ya Yang? Nggak biasanya Gio begini," respon Elina yang juga nampak khawatir.

Ingatan Elina menelisik jauh pada pertemuan ke dua kali diri nya dan Gio di masa kuliah, jauh sebelum kedua nya memutuskan menjalin hubungan.

"Halo Kavin? Kamu dimana sih?" Tanya Elina cepat saat panggilan nya di angkat si pembuat cemas. Bagaimana tak cemas, ini sudah hampir pertengahan acara orientasi mahasiswa hari ke-2 namun Kavin tak terlihat, jelas saja Elina cemas pada teman baru nya ini.

"Halo Lin? Gue sakit. Udah izin kakak pembina kelompok kok." Elina semakin cemas dengan jawaban Kavin, lelaki yang baru dikenal nya dua hari lalu itu bisa saja membuat dirinya ketar-ketir.

"Kamu dirumah kan?" Tanya Elina lagi. Jika ada yang bertanya bagaimana bisa Elina menelpon Kavin di jam orientasi mahasiswa, jawaban nya karena Elina izin ke toilet.

"Ha?"

"Nggak ngekos kan Kavin? Ada yang ngejaga nggak?"

"Ada bibi kok, nyokap bokap lagi dinas di luar kota. Kenapa Lin-.."

LavenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang