p. POV [part three]

452 99 57
                                    

[03] Vincent dan Kontribusinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[03] Vincent dan Kontribusinya

Lavin merenung, ia bohong tentang pergi ke toilet, yang dibutuhkannya saat ini ialah sendiri dan menjauhi Elina, mungkin.

Huh!

Lavin membuang nafas kesal karena teringat kembali ucapan Elina.

"... Emang kisah aku sama Kavin nggak bisa berakhir bahagia kayaknya, padahal kita masih saling sayang dan pernah sangat bahagia sebagai pasangan, tapi ternyata kita bukan mate. Miris ya, aku harus nikah sama mateku dan Kavin ketemu kamu."

Miris? Tunggu dulu, jadi maksudnya Gio miris ketemu aku?

"Dih! Enak aja bilang gitu." Gumam Lavin kesal. Ia tengah berada di rooftop ballroom mewah pernikahan Elina. Tenang, ia tak akan meninggalkan Gio dan pulang lebih awal, ia hanya merasa terlalu sesak dan panas di dalam, jadi ia memutuskan untuk sekedar mendinginkan pikiran disini.

"Kok bisa sih ya Gio tuh mantanan sama cewek kayak Elina itu? Dia nyebelin banget asli.. Nggak abis pikir aku." Lavin terdengar kembali menyuarakan isi pikirannya, setelah cukup lama ia memendam.

Rasa kesalnya benar-benar memuncak setelah ucapan Elina tadi. Sungguh Lavin kesal setengah mati.

"ARGH! GIO ELINA NYEBELIN BANGET SIH!" Tanpa sadar Lavin berteriak sembari menghentakan kakinya. "Ini juga, Gio nggak nyusulin aku apa ya?" Gumamnya lagi.

"Hust.."

Lavin segera menoleh saat suara seseorang terdengar dari belakangnya. Ia dibuat tersentak saat Vincent berdiri dengan segelas minuman ditangannya.

"Pak Vincent,"

"Ngapain lo disini Vin?" Vincent menyela sembari berjalan mendekat, membuat Lavin nampak takut.

"Pak Vincent sendiri ngapain disini?"

"Gue? Lagi nyari angin. Lo?" Vincent terus berhenti tepat disebelah Lavin yang tanpa sadar mundur hingga bersandar di dinding pembatas rooftop.

"Sama," balas Lavin pelan. Aura alpha Vincent mendominasi, entah mengapa. Mata dan pipinya pun terlihat memerah.

"Sama? Yakin? Kok tadi gue denger lo teriak kesel gitu."

Skakmat!

Lavin tak bisa lagi mengelak.

"Eum, itu, anu-..." Ucapan Lavin terhenti saat tanpa aba-aba Vincent mendekatkan wajahnya pada Lavin. Membuat nafas omega itu tercekat dan dirinya mematung seketika.

"Kok lo bau kek Gio sih?" Mata Lavin membola seketika. Sungguh, jantungnya tak berhenti berdebar kencang sedari tadi.

"Eh, nggak kok pak. Bapak sal-.."

"Nggak usah ngelak Vin, gue tau kok."

Lavin terus saja dibuat tak berkutik dalam percakapan ini.

"Lo udah scenting ya sama Gio?" Tanya Vincent to the point, tatapannya memincing pada Lavin yang memilih diam, tak berniat menjawab, walau nyatanya ia penasaran, mungkinkah Gio sudah menceritakannya pada Vincent.

LavenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang