Kamu,
Saat ku lihat senyum mu manis yang ternyata bengis, aku luluh terbawa arus dalam nikmatnya gaduh yang telah kau seduh, kau racik sehingga aku tertarik.Mari masuk,
Katamu yang sangat syahdu, menarikku tuk berlabuh dan menaruh segala keluh, hingga aku lupa akan dunia yang begitu rusuh.Suara angin pun membangunkan ku, bahwa semuanya telah usai dan aku pun tersadar, kau hanya menyuruh ku berlabuh lalu kembali berlayar, mungkin kau benar, kau terlalu samar, hingga ku tetap harus berlayar.

KAMU SEDANG MEMBACA
TANPA PAMIT
PoesíaAku kira aku akan berakhir dengan nama belakangmu, duduk di teras rumah waktu pagi dan sore, memperhatikan anak-anak kita tumbuh besar dan kita menua bersama. Aku ingin kamu merasakan teh buatanku karena kopiku tidak baik untukmu. Aku ingin berada d...