Jangan lupa vote dan comment nya.
Cerita ini bisa dibaca secara gratis baik di wattpad maupun karyakarsa. Yang berbayar hanya extra part nya saja di karyakarsa. Terima kasih***
"Bilang!!! Bilang sama bapak siapa?! Siapa orangnya??!!!" Kasro berteriak, tapi air matanya tidak mampu dia bendung menyaksikan putrinya bersimpuh sambil menundukkan kepala. Menatap ubin yang semakin dingin di malam hari ini.
Baru seminggu yang lalu putrinya mengabari kalau dia berhasil lulus dan meraih gelar Sarjananya. Bagaimana tidak bangga dia sebagai orangtua. Anak lelakinya berhasil diterima sebagai salah satu prajurit TNI Angkatan Darat dan sekarang sedang bertugas di wilayah Indonesia bagian Timur. Sementara putrinya tentu masih akan mengejar cita-citanya sebagai seorang Pengacara.
Malam ini, pukul sepuluh malam putrinya sudah ada di depan rumah. Kepulangan mendadak yang tidak menyurutkan kebahagiaannya. Baru Kasro ingin merangkul putrinya, nyatanya Mentari langsung luruh di kakinya.
"Maafkan Tari mengecewakan bapak dan ibu. Tari hamil pak..."
Kasro kembali menatap putrinya itu yang belum mampu mengangkat kepalanya. Tidak ada air mata disana, wajah itu biasa saja, tidak peduli sekencang apa dia sudah berteriak. Istrinya sejak tadi terduduk sambil terisak.
"Terakhir kali bapak tanya. Siapa Tari?" Nada suaranya melembut. Mungkin saja kalau tidak dengan kemarahan dan bentakan putrinya mau menceritakan semuanya.
Beberapa menit terdiam, kesabaran Kasro mulai habis. Dia mengambil bantal sofa, memukulkannya ke kepala dan tubuh putrinya membabi buta.
"Kamu nggak mau kasih tahu bapak sama ibu siapa lelaki itu!!! Keterlaluan kamu!!!"
Darsih tidak tinggal diam, sekuat tenaga dia menahan suaminya, jangan sampai suaminya kehilangan kendali. Bagaimana pun yang dihadapan mereka adalah putri mereka, darah daging mereka sendiri, sesalah apapun dia.
"Sudah pak, sudah." Isak tangisnya semakin tidak bisa dibendung. Terlebih lagi ketika melihat Tari diam saja menerima pukulan ayahnya. Tidak ada perlawanan sama sekali. Putrinya yang ceria ini begitu sendu dan menyedihkan.
"Tari, jangan begitu nak. Kasih tahu bapak sama ibu. Kita selesaikan semuanya baik-baik. Ini demi kamu juga." Ucapan Darsih mampu membuat Tari mengangkat kepalanya dari lantai. Sebutir air mata jatuh membasahi pipinya.
"Apa yang mau diselesaikan bu? Untuk apa tahu lelaki itu? Dia tidak mau bertanggung jawab, dia sudah menyuruh untuk menggugurkan kandunganku, dan aku menyetujuinya. Bapak sama ibu hanya perlu membantuku menyingkirkan anak ini."
Mata Kasro menggelap. Dia tidak lagi mengenal siapa wanita yang sekarang ada di hadapannya. Anaknya tidak begini. Dia tidak pernah mendidik anak-anaknya untuk jadi manusia hina seperti ini.
Satu tangan Kasro terulur, mendarat tepat di pipi Tari dengan suara nyaring yang sangat keras. Tamparan keras itu membuat tubuh Tari sedikit terpental kebelakang. Telinganya berdengung, ada sensasi panas yang menjalar di pipi kirinya, membuat cairan di matanya kembali merembes keluar.
"BAPAK TIDAK PERNAH MENGAJARKAN KAMU UNTUK JADI MANUSIA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB SEPERTI INI!!!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)
ChickLitHidup Mentari memang baik-baik saja sekarang. Dia seorang Pengacara yang cukup disegani, punya penghasilan sendiri, mandiri, cantik, pintar, pokoknya masih banyak lagi nilai plus lainnya. Mana ada yang menyangka kalau dulu dia pernah dicampakkan beg...