Jangan lupa vote dan dan comment nya...
***
Melvin Hardy tidak pernah ditolak wanita mentah-mentah. Hanya Mentari yang berani. Tentu saja dia bertanya-tanya apa yang salah dari dirinya? Atau malah justru Mentari yang berbeda dari perempuan lainnya.
Dia tersenyum sendiri. Mentari jelas begitu menggoda iman. Dari pertama kali datang ke pesta lajang Safira, pandangan Melvin sudah terkunci pada wanita itu. Hingar bingar pesta dan musik yang begitu kencang tidak membuat seorang Mentari terhanyut. Dia malah sibuk dengan ponselnya dan segelas cocktail.
Saat Melvin tepat duduk di sampingnya, dia tidak sengaja mengintip apa yang sedang dipandangi Mentari pada layar ponselnya. Ternyata wanita itu larut dalam sebuah bacaan panjang yang tidak Melvin mengerti, tapi kemungkinan yang dia tebak itu adalah pekerjaan, entah apa profesi Mentari.
Kalau biasanya dia bisa mendapatkan teman kencan dengan mudah, tidak dengan Mentari. Melvin harus usaha ekstra keras hanya untuk bisa mendapatkan tanggapan singkat dari wanita itu. Rayuan dan godaannya sama sekali tidak mempan. Padahal kalau boleh dibilang dirinya adalah sang penggoda ulung kalau urusan wanita. Tidak menyesal rasanya hadir di acara Safira kemarin.
Harusnya dia datang ke pesta lajang Gemal, suami Safira karena jelas-jelas Gemal termasuk teman mainnya. Tapi kemarin dia sama sekali tidak berniat datang kesana. Gemal pendiam, kaku, terlebih lagi banyak yang tidak dia kenal disana, acaranya pasti tidak menyenangkan dan membosankan.
Keputusannya untuk merecoki Safira ternyata benar-benar keputusan yang sangat tepat. Kalau kemarin dia datang ke acara Gemal, sudah dipastikan dia tidak akan bertemu dengan bidadari cantik pencabut nyawanya, Mentari.
Pertemuannya dengan Tari yang berikutnya memang benar-benar perbuatan semesta. Dia sama sekali tidak mengatur rencana dan strategi apapun untuk bisa bertemu dengan Mentari, walaupun Melvin yakin mereka juga akan bertemu lagi di pernikahan Safira. Tapi kantor? Yang benar saja mereka satu gedung kantor! Melvin jadi semakin yakin kalau jodohnya sudah ada di depan mata.
Bagi Mentari pertemuan mereka mungkin hanya sebuah kebetulan saja, tapi tidak bagi Melvin. Ada hal lain yang membuatnya begitu terikat dengan wanita itu. Melvin tidak bisa melupakan semua hal tentang Mentari. Suara seraknya, kulit kecoklatan yang menggoda, pembawaan tenangnya, pokoknya semua tentang Mentari masih meninggalkan jejak dengan jelas dan berputar-putar di dalam otaknya.
Oh, ngomong-ngomong soal Mentari, ada satu nama yang patut diberikan penghargaan, Anggun. Kalau bukan karena Anggun, Melvin tidak akan pernah tahu seorang Mentari. Terima kasih kepada mulut bocor Anggun yang menyebut nama Tari tanpa perlu Melvin minta sama sekali. Anggun rese, tapi di waktu dan tempat yang tepat dia bisa jadi sangat berguna.
Melvin melambatkan laju mobilnya. Otak cemerlangnya tiba-tiba saja memunculkan sebuah ide luar biasa. Dia tersenyum jahil, kemudian kembali memepercepat laju kendaraannya. Hampir pukul sepuluh malam, belum terlalu malam. Dia tidak ingin buang-buang waktu lagi. Harus ada yang dia dapatkan malam ini juga, dan dia tahu betul harus kemana.
***
Melvin tersenyum bahagia menatap seorang wanita yang duduk persisi dihadapannya. Wajahnya putih karena menggunakan sheet mask, tapi matanya mampu menunjukkan ketidaksukaan yang jelas pada Melvin.
"Cepetan mau ngomong apa? Gue penasaran sepenting apa hal yang mau lo bicarain ke gue..." Ujar wanita itu sambil melotot kesal.
"Yaelah, tawarin minum dulu kali Nggun, masa gue langsung di todong aja mau ngapain kesini." Jawab Melvin yang tentu saja mampu membuat mata Anggun semakin mau keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)
ChickLitHidup Mentari memang baik-baik saja sekarang. Dia seorang Pengacara yang cukup disegani, punya penghasilan sendiri, mandiri, cantik, pintar, pokoknya masih banyak lagi nilai plus lainnya. Mana ada yang menyangka kalau dulu dia pernah dicampakkan beg...