Happy reading all, jangan lupa vote dan comment nya, thank you...
***
Apa yang paling menegangkan selain dua orang lelaki yang saling tatap tanpa mengeluarkan sepatah kata sedikit pun? Adrian dan Melvin memang tidak saling mengintimidasi satu dengan yang lain, tapi itu jauh lebih mengerikan lagi. Ibarat gunung berapi yang tidak mengeluarkan erupsi, tidak ada yang tahu kapan akan meletus.
Melvin penasaran apa yang ingin dibicarakan sepupunya. Beberapa waktu yang lalu Mentari bicara mengenai pertemuannya dengan Adrian, sekarang gantian Adrian yang memintanya untuk bicara, di restoran sushi, makanan favorit Melvin. Dia sedikit terharu mengetahui Adrian masih mengingat makanan kesukaannya.
Beberapa hidangan sudah tersaji. Melvin yang biasanya begitu antusias melihat sushi jadi tidak berselera, walaupun begitu menggoda. "Ingat tujuan lo datang kesini, jangan tergiur cuma karena sushi yang mau seratus porsi pun bisa lo beli." Batin Melvin menjerit kencang, membuatnya tetap terjaga.
"Biasanya kamu nomor satu kalau masalah ini, jangan bilang kamu takut aku racun?" Adrian menunjuk makanan dihadapan mereka dengan dagunya.
"Langsung saja Mas, mau bicara apa. Kita pernah sangat dekat dulu, tapi terakhir kali seingat aku kita nggak sedekat itu. Aku nggak mau terlalu banyak basa-basi, langsung ke intinya saja."
Adrian ibarat kakak laki-laki bagi Melvin, tapi dulu sebelum negara api menyerang, kekuasaan dan uang. Benar kata orang kalau dua hal itu bisa mengubah seseorang menjadi begitu tidak dikenal.
Berapa banyak Melvin mencoba menghubungi Adrian saat lelaki itu masih di Amerika, berusaha untuk menjaga komunikasi mereka. Adrian terlalu sibuk dengan kuliah dan pekerjaannya, juga kekasih barunya.
Melvin kira ketika sepupunya itu kembali ke Indonesia, semua akan kembali seperti semula. Nyatanya Adrian makin menjauh. Sejak itu Melvin sadar diri, Adrian mulai membuang satu persatu orang-orang yang berhubungan dengan masa lalunya. Dia berubah menjadi Adrian, pebisnis muda yang kreatif dan sukses. Apalah jika dibandingkan dengan Melvin yang baru saja bekerja setelah lulus kuliah saat itu.
Dia juga bukan berasal dari keluarga kaya raya. Setelah ayahnya meninggal, hidup Melvin lebih kurangnya tidak jauh berbeda. Hanya saja dia sedikit lebih beruntung karena memiliki Lora ketimbang Adrian yang merupakan anak paling besar, tulang punggung keluarganya.
"Aku sudah memikirkannya berkali-kali. Berapa kali pun aku pikirkan rasanya memang tidak ada jalan kembali bersama Tari. Dipaksakan pun yang ada kita berdua hanya akan saling menyakiti seperti dulu." Adrian tersenyum miris. Dia teringat kata-kata ibunya saat itu.
"Ada Kai diantara Yan dan Tari ma, ada anak kami. Dia seharusnya tumbuh dengan kasih sayang orang tua yang lengkap kan? Gimana caranya Yan bisa melupakan semuanya begitu saja? Berhenti mencintai Tari saja Yan nggak bisa...."
"Jadi orang tua yang terbaik untuk anak kamu itu banyak caranya. Kamu ndak bisa memaksa seseorang untuk hidup bersama kamu kalau dia memang sudah ndak mau. Fokus pada apa yang sekarang ada di depanmu, jangan lari ke hal-hal yang ndak bisa kamu genggam. Yang terlepas biarkan lepas, kalau memang untukmu, dia akan mencari jalan pulangnya sendiri menghampirimu..."
"Aku nggak akan mengganggu kamu dan Tari lagi, terserah apa yang mau kalian lakukan. Aku hanya ingin menebus semua ketololanku di masa lalu pada Kai." Adrian menyerah, memilih mundur dan melepaskan egonya untuk mempertahankan Mentari dan putranya.
"Mas Adrian nggak perlu khawatir, aku dan Tari nggak akan menjauhkan kalian. Biar bagaimanapun Mas Adrian tetap ayahnya. Just wait, and be patient, semuanya butuh waktu, terutama untuk Kai." Melvin sedikit lega, tapi juga cukup tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)
ChickLitHidup Mentari memang baik-baik saja sekarang. Dia seorang Pengacara yang cukup disegani, punya penghasilan sendiri, mandiri, cantik, pintar, pokoknya masih banyak lagi nilai plus lainnya. Mana ada yang menyangka kalau dulu dia pernah dicampakkan beg...